31 Mei 2020

Baking Dan Pelajarannya


Dimasa pandemik Covid 19 ini saya merasakan bahwa kegiatan bekerja di rumah sangat menyita waktu saya lebih dari waktu kerja secara normal. Mungkin ini disebabkan karena saat ini ada banyak hal yang saya harus persiapkan pasca integrasi perusahaan dimana saya bekerja, pemindahan kantor ke gedung yang baru dan adanya peraturan pemerintah untuk menjalankan pekerjaan dari rumah. Hal ini menyebabkan saya merasakan tekanan yang cukup berat sehingga menyebabkan saya jadi kesulitan untuk tidur. Begitu juga anak saya sudah beberapa kali menyatakan bahwa ibunya selalu bekerja saat di rumah dan kurang membagi waktunya untuk memperhatikannya.

Saya akhirnya secara tidak sengaja mendapatkan ide untuk melepas rasa tertekan karena beban pekerjaan dengan mencoba membuat beberapa hal yang selama ini tidak pernah saya lakukan sebelumnya seperti menikmati saat - saat menulis indah sebagai sarana meditasi, dan juga kegiatan membuat beberapa resep kue bolu sederhana dimana kegiatan ini tidak pernah saya berani lakukan sebelumnya dengan alasan ribet dan susah.

Tapi berkat dorongan dari suami dan teman - teman dekat saya pun memberanikan diri untuk mencoba resep kue sederhana. Langkah awal ini diawali dengan mencari alat - alat pendukung seadanya di rumah seperti mixer dan juga oven manual milik ibu saya yang sudah sekian tahun ada dalam kardus pindahan yang tidak pernah saya sentuh. Saat akhir pekan saya mencari resep sederhana yang menggunakan ukuran bahan - bahan yang diukur menggunakan sendok karena saya tidak mempunyai alat ukur untuk mengukur keperluan bahan kuenya. Satu kue bolu Cappuccino berhasil saya buat sebagai kue bolu pertama yang saya bisa buat dengan hasil yang cukup memuaskan menurut ukuran sebagai pemula yang baru  pertama kali dalam seumur hidup saya mencoba membuat kue bolu (usia saya sudah kepala 4 lho 😁). Bahkan ibu saya pun yang dulunya mempunyai catering yang cukup berpengalaman membuat masakan dan juga kue cukup kaget dan memberikan pendapat yang baik akan hasil kue yang saya buat. Ternyata anak saya pun gembira karena bisa menikmati makanan kecil buatan ibunya dan ini cukup menginspirasi saya untuk membagi waktu dan perhatian dengan membuatkan makanan kecil untuknya setiap akhir pekan sebagai pengganti waktu - waktu yang banyak tersita di hari kerja. Bahkan saya pun mengajaknya untuk membantu saya membuat kue dan menikmati waktu yang menyenangkan bersama - sama.

Dan kegiatan ini terus berlangsung dan membuat saya jadi bersemangat setiap kali menjelang akhir pekan. Keletihan dan rasa tertekan di hari - hari kerja pun mencair setiap kali saya mecari resep kue baru untuk saya buat di hari Sabtu atau Minggu.
Memang hasilnya seringkali tidak baik seperti bantat, miring, rasanya kurang pas, dll. Bahkan tangan saya pun harus terkena oven panas saat tergesa - gesa membuka oven karena kue sudah mulai terlalu coklat alias agak gosong. Tidak cuma itu,  halangan dikala aktivitas pun terjadi juga seperti oven yang rusak karena tidak terbuka pintunya, mixer yang berdecit bunyinya seperti mau copot pemutarnya bila dipakai untuk high speed (maklum alat - alat itu adalah alat yang dulu dipakai ibu saya dan sekarang diwariskannya pada saya). Tapi saya selalu merasa puas dan bahagia. Bahkan hal itu membawa saya untuk berkeinginan untuk terus mencobanya lagi untuk bisa mendapatkan hasil yang mengalami perubahan yang semakin baik juga saya mencari pertolongan dari suami dan orang lain untuk mendapatkan jalan keluar untuk memperbaiki alat - alat pendukung yang rusak atau apabila resep kurang baik hasilnya. Dan alhasil dari bolu, pastel tutup, cakwe, puding bahkan roti berhasil saya coba untuk buat. Dan tanpa terasa sudah sebulan lebih saya melakukannya. 

Dan malam ini disaat pemerintah kami sedang mempersiapkan diri untuk mulai membuka kegiatan "New Normal" pasca Pandemic ini dan kami akan mempersiapkan diri untuk kembali melakukan kegiatan pekerjaan normal kembali di kantor , saya melihat kebelakang akan semua hal yang telah terjadi dan saya lalui. Saya melihat bahwa tidak ada yang tidak mungkin apabila kita mau mencoba dan tidak terpaku pada kata "Tidak Bisa". Asal ada keinginan dan tekad juga kemauan untuk tidak menyerah pada setiap masalah dan kegagalan yang kita hadapi selama membuat kue, maka segala kemungkinan keberhasilan akan kita dapatkan. 

Saya bersyukur untuk Work from Home karena pandemic Covid 19, masalah pekerjaan di kantor yang baru, dan kepada pelajaran selama membuat kue selama satu bulan di bulan May. Dari membuat kue saya banyak belajar melihat strength yang ada dalam saya, belajar melihat bahwa dalam setiap masalah / pergumulan selalu ada jalan keluar apabila kita tidak mudah menyerah pada kondisi dan keadaan di sekeliling kita,  juga tidak ada yang tidak mungkin dalam Tuhan. Jikalau Tuhan ada didalam kita Dia akan membawa kita untuk belajar mengembangkan apa yang selama ini belum tersentuh untuk di develop dan hal yang buruk menurut manusia akan dijadikanNya sebagai sesuatu yang mendatangkan kebaikan untuk kita. 

14 Mei 2020

Undangan Kebaikan

Malam ini saya berpikir kenapa ya sudah beberapa kali kami menerima kebaikan - kebaikan dari orang - orang yang tidak pernah kami pikirkan akan melakukan itu kepada saya dan keluarga sebelumnya.

Tapi kami juga merasakan setelah kami menerima kebaikan mereka, rasa syukur dan kerinduan untuk ingin juga melakukan kebaikan untuk orang lain pun menjadi pemicu yang kuat untuk saya dan suami lakukan kepada orang lain. Dan kami rasakan sesuatu yang menurut kami adalah kebahagiaan atau sukacita tersendiri yang tidak bisa diungkapkan dengan kata - kata setelah melakukannya.

Saya jadi teringat saat kebaikan demi kebaikan bergulir bergantian saat kami mulai membagikan kebaikan - kebaikan kecil seperti pada saat kami membeli tahu di tukang tahu langganan kami yang menawarkan dagangannya ke rumah kami. Kami sudah merasakan rasa enak dari tahu tersebut dan kami juga teringat saudara yang tinggal tak terlalu jauh dari rumah yang mana kami seringkali berbagi cerita bagaimana kami harus bisa melakukan pengaturan pengeluaran uang dengan hati - hati karena kami sama - sama masih menyicil biaya cicilan rumah yang buat kami lumayan besar. Sewaktu membeli tahu langganan kami ini, saya teringat kepada mereka dan kami ingin membagikan tahu dan risoles yang kemudian kami antarkan ke rumah mereka. Setelah peristiwa tahu tersebut beberapa hari kemudian kami menerima kiriman wedang uwuh dari tetangga sebelah kami yang setelah kami minum enak sekali rasanya dan cukup menyehatkan untuk kami konsumsi pada masa pandemic Covid 19 ini.

Dan kebaikan - kebaikan kecil ini terus kami lakukan lagi kepada orang lain dan selalu ada kebaikan - kebaikan yang lain yang kemudian kami terima kembali dari orang lain dalam bentuk yang berbeda - beda.

Saya teringat cerita wanita Sunem dan suaminya yang membuatkan ruangan di atas rumah mereka untuk dijadikan ruangan istirahat bagi Elisa apabila sedang mengunjungi tempat mereka saat ada pelayanan disana (2 Raja - Raja 4:8-17). Kebaikan dan perhatian suami istri ini menjadi pemicu bagi Elisa untuk memberikan kembali kebaikannya kepada mereka dengan mencari tahu apa yang menjadi kebutuhan wanita Sunem dan suaminya tersebut.

Dari peristiwa demi peristiwa ini saya belajar satu hal bahwa Tuhan selalu memberikan kepada kita undangan berupa kebaikan - kebaikanNya melalui orang - orang yang ada disekitar kita baik yang kita kenal maupun tidak kita kenal. Tuhan memberikan kebaikan dan berkatNya kepada kita melalui orang - orang yang juga menerima undangan kebaikan Tuhan.
Tuhan tidak memaksa kita untuk menerima undanganNya. Dia sangat lembut dan tidak pernah memaksa kita untuk merespon undanganNya. Dia hanya menunggu apabila kita merespon dan menerima undanganNya maka saat itulah Tuhan menggerakkan kita untuk membagikan kembali kebaikanNya sebagai undangan kebaikanNya Tuhan kepada orang lain. Dan kebaikan Tuhan akan terus bergulir seperti rantai yang tidak pernah terputus untuk terus bergerak memberkati orang - orang di seluruh dunia ini. Sehingga melalui kebaikan kita yang diajarkan Tuhan, seluruh manusia di muka bumi ini bisa merasakan kasih dan kebaikan Tuhan yang nyata melalui kita anak - anakNya di dunia.
 
Oleh karena itu jangan pernah berhenti untuk membagikan undangan KebaikanNya Tuhan kepada orang - orang yang Tuhan ingatkan kepadamu untuk menerima kebaikanNya Tuhan. 


18 November 2019

"JANGAN CENGENG!”


Entah mengapa kata – kata ini terus menerus muncul dan bergema di dalam pikiranku. 
Sampai aku merebahkan badanku di tempat tidurpun masih saja bergema dan membuatku sulit untuk memejamkan mata.
Berawal dari kesaksian yang diceritakan sahabatku  malam itu dimana seperti biasa kami selalu melakukan pertemuan jika ada salah satu dari kami yang mengalami kesulitan atau permasalahan. Pertemuan kami di sebuah tempat makan membawa kami pada acara makan malam bersama dan berpindah ke sebuah café untuk pada akhirnya kami saling mengingatkan satu sama lain supaya tidak menyerah pada permasalahan seberat apapun dan mau berbagi kepada kami supaya kami bisa saling menolong.

Salah satu dari teman kami menceritakan apa yang dialami dan dirasakan pada saat dia berada di negara lain untuk melanjutkan study dan mengalami kesusahan pada saat  beradaptasi dengan pelajaran kuliahnya, dan pada saat dia menceritakan kegalauan dan perasaannya  kepada suaminya yang mendampinginya selama berada di negara orang tersebut suaminya mengatakan bahwa menjadi orang Kristen itu tidak boleh cengeng! Hadapi setiap hal dan percaya semua akan bisa dilalui dan percaya selalu ada jalan keluarnya. Percaya saja pada Tuhan yang sudah mengirim mereka sampai bisa melanjutkan study di negara orang.

Kata – kata itu terdengar agak kurang berperasaan sebenarnya pada awal saya mendengarnya. Tetapi setelah saya mencerna secara perlahan sembari mendengarkan sahabat saya membagikan ceritanya sampai pada hasil yang didapat setelah semuanya bisa dia lalui, maka pikran saya pun menerawang pada apa yang seringkali saya alami di dalam menjalani setiap fase baik dalam berkeluarga dan juga dalam pekerjaan saya. Memang sangatlah benar adanya bahwa jika kita cengeng seringkali kita akan diperhadapkan kembali dengan masalah yang masih terus saja sama. Apalagi memang kehidupan ini tidaklah semudah seperti yang kita harapkan. Selesai dengan masalah yang satu maka kita akan diperhadapkan dengan masalah yang kadangkala akan lebih berat dari yang sebelumnya. Atau apa yang kita harapkan kadangkala tidak terjadi sesuai harapan kita. Oleh sebab itu mengapa Firman Tuhan memang mempersiapkan kita untuk tidak mudah menyerah pada keadaan walau seringkali seperti tidak ada pintu atau jalan yang terbuka dihadapan kita. Didalam II Tawarikh 15:7 mengatkan “Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu”, Mazmur 31:24 pun mengatakan: “Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada Tuhan!”. Bahkan dalam Yesaya 41:6 Tuhan mengingatkan kita untuk saling menolong dan menguatkan  sahabat, teman atau orang lain sekalipun, supaya tidak menyerah dan menguatkan hati kita sampai Tuhan memberikan jawaban untuk setiap pergumulan atau masalah dalam hidup kita.

Bukan lagi saat nya buat kita untuk cengeng, tapi teruslah percaya karena Allah kita tidak pernah tidak memiliki ide dan cara untuk menolong kita. Dia berjanji untuk tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu ada walaupun kita tidak bisa mendengar, melihat dan memegangnya. Dia selalu ada di hati kita, ya didalam kita. Jadi mengapa harus takut, cemas dan cengeng. Mari kita terus mempercayai Tuhan dan menunggu waktuNya untuk memberikan pertolongan bahkan membela kita.

Aku mempersembahkan tulisan ini untuk sahabat -sahabat wanitaku yang luar biasa.

9 April 2017

Pengharapan melalui sahabat

Senin pagi ini kudorong semangatku untuk memenuhi janjiku kepada sahabat-sahabatku untuk melakukan pertemuan disalah satu rumah mereka. Sebenarnya raga ini sudah melemah karena keletihan dalam masalah yang tidak pernah berhenti didepan pintu jawaban. Tapi ada satu pribadi yang sangat lembut yang tetap memberikan semangat untuk menepati janjiku pada mereka.

Sesampainya di rumah sahabatku, pembicaraan berlangsung sangat cepat dan menyenangkan. Semua kesulitan dan permasalahan yang membuatku terbeban sedikit demi sedikit terangkat. Ternyata bukan hanya aku yang menghadapi pergumulan tetapi sahabat - sahabatku pun mempunyainya walau dalam bentuk yang berbeda. Bahkan menyediakan waktu untuk menghadiri pertemuan kami pun adalah salah satu hal yang tidak bisa dianggap mudah bagi sahabat-sahabatku, dimana mereka bergumul juga untuk datang karena mereka sudah mempunyai tanggung jawab untuk mengurusi anak-anak, membagi waktu dengan pekerjaannya, bahkan ada yang bertempat tinggal sangat jauh.
Jadi semua memberikan waktunya untukku. Betapa malunya aku.

Kami berbincang sampai lupa akan waktu yang sudah bergeser semakin siang dan sudah saatnya untuk makan siang. Seorang sahabat yang memberikan rumahnya sebagai tempat pertemuan telah menyediakan makanan untuk kami dan salah seorang yang lain telah memasakkannya juga. Kami menikmati pertemuan dan makan siang yang luar biasa.

Tidak berhenti sampai disitu, aku masih menikmati penghiburan selanjutnya yang diberikan sahabatku yaitu mesin pembersih bulu untuk bulu kakiku yang tidak pernah lagi dibersihkan, dan perawatan untuk mukaku juga. Sahabat-sahabatku tahu benar cara yang sederhana untuk mengobati keresahan dan kegalauan hatiku. Mereka membawakan alat-alat perawatan mereka untuk dipakaikan kepadaku dan juga tadinya akan ada kelas makeup yang disediakan untukku juga.

Hari itu memang diawali dengan airmata tapi diakhir dengan ucapan syukur dan kegembiraan bahwa tetap ada pengharapan baru. Pengharapan yang asalnya dari Tuhan dan disampaikan melalui perpanjangan tanganNya di bumi, yaitu pengharapan melalui sahabat!

"My best friend is the best medicine in this world. The ingredients are simple. It is just caring and sharing.” —Anonymous-

18 November 2016

MENCINTAIMU

Mencintaimu adalah mencintai meskipun kamu tidak dapat makan dengan tanganmu sendiri saat ini.

Mencintaimu adalah mencintai meskipun kamu tidak bisa mandi sendiri dan setiap hari aku yang membantumu untuk membersihkan dirimu.

Mencintaimu adalah mencintai meskipun badanmu bau karena bagian ketiakmu yang tertutup bebat luka dan tidak dapat dibersihkan selama berminggu minggu.

Mencintaimu adalah mencintai meskipun kamu tidak bisa mengangkatkan gallon air mineral untuk suplai minuman di rumah ketika mulai habis.

Mencintaimu adalah mencintai meskipun kamu tidak bisa mengantarkan aku dan anak kita kemana - mana.

Mencintaimu adalah mencintai meskipun kamu tidak bisa mengusir binatang melata yang masuk ke kamar mandi kita seperti biasanya.

Mencintaimu adalah mencintai tidak hanya disaat suka, senang dan bahagia, tetapi juga disaat sedih, sakit dan penuh dengan pergumulan.

Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. (1 Korintus 13:13)

31 Oktober 2016

Bersyukur

Saya bersyukur bahwa meskipun saya kehujanan sore kemarin tapi saya masih punya baju kering dan bersih di rumah untuk mengganti baju yang basah kuyup akibat hujan yang turun dengan deras karena cuaca ekstrim tahun ini. Sedangkan masih ada orang - orang yang kehujanan tapi tak punya baju lagi untuk mengganti baju mereka yang basah. Mereka hanya punya baju yang mereka pakai di badannya akibat kebakaran yang melahap habis semua barang-barang yang dimilikinya.

Saya bersyukur meskipun saya  pulang kemalaman sehabis melakukan kegiatan dan juga kondisi jalan yang macet, tapi saya masih bisa pulang ke rumah dan beristirahat dengan nyaman diatas kasur yang empuk.  Sedangkan masih ada orang - orang yang ketika malam semakin larut mereka mulai berpikir dan mereka tidak tahu kemana tempat yang akan mereka datangi untuk beristirahat malam ini karena kolong jembatan yang biasa mereka datangi untuk beristirahat dipenuhi air karena banjir.

Saya bersyukur meskipun kepanasan saat panas Jakarta menyengat kulit dan terguyur hujan yang lebat karena hanya motor yang kami miliki sebagai alat transportasi, tetapi saya masih bisa cepat sampai di tempat tujuan. Sedangkan masih ada orang yang harus berjalan kaki menuju tempat yang mereka akan datangi yaitu rumah sakit tempat anak mereka yang telah berminggu- minggu dirawat karena sakit, dan menyimpan sisa uang yang tersisa  untuk makan siang mereka selama menjagai anak yang sakit daripada menaiki angkot.

Saya bersyukur masih mempunyai orang tua yang walaupun seringkali mengatur dan merajuk jika saya salah menyampaikan sesuatu maksud namun dia adalah orang tua yang telah berkorban, berjuang, mengasihi tanpa pamrih dan selalu mendoakan saya  disaat saya mengalami kesusahan dan masalah.
Sedangkan sangat banyak anak - anak yang sejak mereka membuka mata mereka tidak tahu siapa orang tua mereka bahkan setelah besar mereka hanya tahu bahwa mereka ditemukan oleh pemulung di dalam kardus mie instant bekas di samping tempat pembuangan sampah. Sehingga sampai besar pun tak pernah ada yang menyampaikan kepadanya bahwa mereka dikasihi dan ada orang tua yang menyatakan betapa sayang dan bangganya mereka memilikinya sebagai anak.

Bahkan sekarang saya mengerti benar mengapa saya seringkali diingatkan untuk selalu bersyukur dengan pekerjaan yang saya miliki pada saat itu.
Walaupun banyak tantangan, persaingan, ketidak sempurnaan management tempat kita bekerja, sampai kemacetan jalan menuju tempat bekerja, namun dibandingkan dengan banyak orang di luar sana yang bangun pagi dan mereka tidak tahu mereka akan pergi kemana untuk menyalurkan kemampuan mereka dan mendapatkan penghasilan untuk menyambung hidup keluarganya.

Jadi masihkah kita tidak bisa bersyukur bahkan untuk nafas yang masih bisa kita hirup pagi ini?
Mari terus bersyukur karena pengharapan itu pasti ada.

Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
Mazmur 139:14

30 Oktober 2016

Menikah

Pertemuan hari ini dengan seorang teman yang akan mempersiapkan pernikahan benar - benar mengingatkan saya akan semangat yang saya rasakan saat dimana saya mempersiapkan pernikahan saya dan suami saya 8 tahun yang lalu. Hal itulah yang menyebabkan saya dan suami saya sangat antusias dan senang apabila dimintai tolong untuk membantu atau membagikan apa yang pernah kami alami kepada pasangan - pasangan yang akan mempersiapkan pernikahanya.

Mungkin pembicaraan yang kami bagikan hanyalah tips mengenai hal - hal yang kadang kala terlupakan atau terlewatkan saat mempersiapkan pernikahan mereka atau mengingatkan bahwa pernikahan yang akan mereka adakan adalah moment sekali seumur hidup mereka sehingga perlu untuk dipikirkan, dibicarakan dan di persiapkan lebih matang. Dan yang tak kalah penting adalah apa saja kesalahan - kesalahan yang kami tidak ingin mereka juga alami karena ketidakmengertian mereka. Didalam persiapan - persiapan inilah kemampuan berkomunikasi mereka dimulai untuk dilatih lebih banyak dan menurut kami itu sangat penting untuk mereka. Karena setelah pesta pernikahan selesai maka akan ada komunikasi - komunikasi selanjutnya yang akan dilakukan lebih sering dan semakin  berat.

Tentu menikah adalah hal yang luar biasa bagi setiap pasangan yang telah menjalani hubungan yang special. Karena itu bersukacitalah dan nikmati setiap hal yang akan dihadapi, dipersiapkan, dan dijalani sebagai sesuatu yang besar. Jangan hanya biasa - biasa saja dalam mempersiapkannya. Tentu ini bukan menyangkut pesta yang harus diadakan secara besar-besaran dengan menghabiskan biaya yang besar dan mewah. Tapi lebih kepada bagaimana kamu menaruh effort yang besar dalam mempersiapkan pernikahan yang akan dihadapi. Dan nikmati kehebohan, setiap tantangan dan masalah sebagai hal yang menggairahkan dan mengasyikan. Karena inilah perayaan bagi setiap  pasangan yang telah bergumul sebelumnya untuk mendapatkan pasangan hidup, keputusan untuk berkomitmen, saling mencintai dan setia sampai maut memisahkan.
Kalo pasangan itu sendiri tidak bersemangat dengan persiapan pernikahan mereka bagaimana nanti akan bersemangat dalam menjalani pernikahan mereka kedepan. Jadi bersemangatlah!

Selamat menempuh hidup yang baru.

"Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka". (Pengkhotbah 4:9)