"Jika sumber pendapatan seseorang meningkat, maka garis kebutuhan pun
biasanya turut meningkat," ungkap Fourrita, seorang Financial Planner.
Setiap orang tentunya ingin maju dan bisa mendapatkan penghasilan yang
banyak. Tapi tanpa sadar, majunya seseorang ternyata juga bisa menjadi
bumerang untuk diri sendiri.
Orang sukses yang sudah memiliki
banyak uang misalnya. Karena lingkungan dan keinginan, ia pun terdorong
untuk menjadi lebih konsumtif, entah itu karena membeli barang-barang
branded atau lapar mata saat jalan-jalan ke mal. Umumnya ini terjadi
karena si pelaku tak berpikir secara jangka panjang.
Maka tak
heran, uang pun banyak yang dikeluarkan dan bisa membuat orang mendadak
jadi bangkrut. Apakah hal ini juga terjadi pada Anda?
"Hidup
memang cuma sekali, jadi harus menikmati. Tapi bukan berarti kita
menikmatinya dengan harus selalu membuat keinginan terpenuhi dan
pengularan jadi tidak terkontrol," papar Fourrita.
Oleh karena
itu, sangat penting untuk bisa menyeimbangkan antara pemasukan dengan
pengeluaran. Meskipun uang yang didapat banyak, bukan berarti juga kita
harus hidup mewah.
Fourrita juga menambahkan, orang yang boros
dan selalu ingin memenuhi keinginannya, maka orang tersebut sudah
diperbudak oleh uang yang dimilikinya. Itu tanda ia tidak bisa
mengontrol keinginan dan pengeluarannya tersebut. Masalah keungan tidak
hanya membuat seseorang jadi bangkrut, tapi mereka juga bisa mengalami
stres.
"Stres yang sering dirasakan oleh seseorang sering
dikaitkan dengan perasaan cemas dan takut," jelas dr. Andri, Sp. Kj,
Psychosomatic Clinic di acara Sequislife yang bertema 'Continuously
Well, Aren't You?' Itu.
Berdasarkan data dari American Institute
of Stress, ternyata masalah keuangan berada di posisi keempat dari lima
penyebab utama orang menjadi stres. Sementara di posisi pertama, yaitu
faktor perceraian, lalu hukuman, luka atau sakit, dan terakhir kesulitan
dalam pekerjaan.
Jadi, agar lebih bisa seimbang dalam mengatur
pemasukan dan pengeluaran, mulailah membiasakan diri untuk menyisihkan
sebagian pendapatan. Saran lainnya adalah jangan selalu ketergantungan
dengan kartu kredit.
"Nabung paling bagus 20 persen dari
pemasukan. 10 persen pun sudah bagus. Asalkan terus-menerus dan
konsisten untuk menyisihkan uangnya," tutup Fourrita.
Tampilkan postingan dengan label keuangan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keuangan. Tampilkan semua postingan
29 Mei 2013
4 Februari 2013
Mengatasi Masalah Hubungan karena Penghasilan
Orang ketiga bukan satu-satunya ganjalan cinta,karier kekasih pun bisa
membuat hubungan bergejolak. Salah satu masalah dalam karier bisa
berhubungan dengan penghasilan.
Contoh kasusnya: “Gaji saya dan pasangan tak jauh berbeda. Padahal kami sudah mulai merencanakan pernikahan yang tentunya membutuhkan pengeluaran besar, belum lagi pengeluaran setelah menikah. Sebagai perempuan yang akan hidup dengannya, saya berharap dia memiliki pendapatan lebih sebagai kepala keluarga nanti. Tapi dengan pekerjaannya sekarang, sepertinya tidak mungkin ada lonjakan pemasukan. Bila meminta dia berganti pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi, bisa-bisa ia tersinggung dan berakibat fatal.”
Untuk mengatasi dilema ini, jangan katakan: “Dengan gaji segitu kayaknya hidup kita bakal susah nih, kenapa kamu enggak mencoba melamar pekerjaan sebagai manager?” Sebaiknya katakan: “Keuangan kita memang sedikit lemah, tapi masih bisa kita atasi kok.”
Anda boleh mengungkapkan keinginan Anda dengan bilang, “Pasti lebih asyik kalau kita simpanan lebih.” Lanjutkan dengan kalimat penting, seperti “… tapi karena aku sayang kamu, itu tetap yang paling penting!” Kalimat seperti ini dapat meningkatkan sekaligus menyentuh harga dirinya sebagai pria.
Meski bila terhimpit, pada akhirnya Anda harus mengusulkan pengetatan budget dari pengeluaran Anda berdua. Namun bila Anda masih merasa membutuhkan figur pasangan yang mampu memberikan asupan dana berlebih, coba tanyakan kembali pada diri Anda, “ Apakah memiliki banyak uang lebih penting daripada memiliki cintanya?”
sumber: http://female.kompas.com
Contoh kasusnya: “Gaji saya dan pasangan tak jauh berbeda. Padahal kami sudah mulai merencanakan pernikahan yang tentunya membutuhkan pengeluaran besar, belum lagi pengeluaran setelah menikah. Sebagai perempuan yang akan hidup dengannya, saya berharap dia memiliki pendapatan lebih sebagai kepala keluarga nanti. Tapi dengan pekerjaannya sekarang, sepertinya tidak mungkin ada lonjakan pemasukan. Bila meminta dia berganti pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi, bisa-bisa ia tersinggung dan berakibat fatal.”
Untuk mengatasi dilema ini, jangan katakan: “Dengan gaji segitu kayaknya hidup kita bakal susah nih, kenapa kamu enggak mencoba melamar pekerjaan sebagai manager?” Sebaiknya katakan: “Keuangan kita memang sedikit lemah, tapi masih bisa kita atasi kok.”
Anda boleh mengungkapkan keinginan Anda dengan bilang, “Pasti lebih asyik kalau kita simpanan lebih.” Lanjutkan dengan kalimat penting, seperti “… tapi karena aku sayang kamu, itu tetap yang paling penting!” Kalimat seperti ini dapat meningkatkan sekaligus menyentuh harga dirinya sebagai pria.
Meski bila terhimpit, pada akhirnya Anda harus mengusulkan pengetatan budget dari pengeluaran Anda berdua. Namun bila Anda masih merasa membutuhkan figur pasangan yang mampu memberikan asupan dana berlebih, coba tanyakan kembali pada diri Anda, “ Apakah memiliki banyak uang lebih penting daripada memiliki cintanya?”
sumber: http://female.kompas.com
14 Januari 2013
Mari Menabung Dengan Cara yang Benar
Mendengar kata "menabung", banyak orang yang otomatis mengasosiasikannya
dengan gaya hidup hemat. Akhir-akhir ini malah kata menabung dan
berhemat malah kadang berkonotasi negatif karena cenderung terkesan
serba pelit terhadap segala sesuatu. Tetapi menabung bukan hanya sekedar
hidup hemat.
It’s so much more than just spending less money. So let’s try a new perspective: menabung adalah cara kita ‘membayar’ diri sendiri di masa depan dengan menyisihkan sebagian pendapatan kita hari ini. Menabung bukan lagi merupakan celengan yang hanya diisi uang receh dari sisa-sisa belanja atau rekening dengan saldo yang naik turun karena ada ATM yang memungkinkan kita menarik dana setiap saat.
Idealnya, menabung menjadi fokus utama. Jangan menunggu sisa penghasilan untuk ditabungkan, karena di masa yang akan datang kita pasti akan membutuhkan dana yang kita sisihkan saat ini.
Memang pada kenyataannya, seringkali hal ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Banyak sekali tantangan menabung, antara lain menetukan berapa yang harus kita tabung, apakah produk yang tepat untuk digunakan, dan bagaimana memastikan uang yang sudah kita sisihkan tidak kita sabotase dikemudian hari.
Jadi, bagaimanakah cara yang tepat untuk mulai menyusun tujuan finansial yang realistis dan mengoptimalkan uang yang kita miliki? Berikut langkah-langkahnya:
1. Pilah-pilah utangmu
Berapa banyak penghasilan Anda setiap bulan yang digunakan untuk membayar utang? Ini dapat menyadarkan Anda bahwa melunasi utang adalah cara yang paling sederhana agar Anda bisa menabung lebih banyak. Pada sebagian orang, rasio utang terhadap pendapatan berbanding terbalik dengan rasio menabung terhadap pendapatan. Singkatnya, semakin besar cicilan utang, semakin kecil uang yang ditabung untuk kebutuhan nanti.
Maka, tuliskan semua utang Anda dan pisahkan utang produktif seperti KPR, KPM, KPA, dan utang usaha, dengan uutang non produktif seperti cicilan kartu kredit. Sedapat mungkin, lunasi utang kartu kredit Anda. Sadari bahwa Anda sedang belajar menabung untuk masa depan dan Anda dapat menabung lebih besar jika Anda tidak perlu membayar berbagai macam cicilan utang berikut bunganya.
2. Bangun dana darurat
Satu-satunya alasan yang dapat membuat Anda menunda pelunasan utang adalah untuk membangun dana darurat Anda. Besarnya dana ini berkisar antara 4 – 12 kali dari pengeluaran Anda per bulan. Hitung kebutuhan Anda dan mulailah menabung untuk mencapainya. Membangun dana darurat dapat menjadi latihan awal Anda untuk membiasakan diri Anda menabung dengan disiplin.
3. "Tujuan lo apa?"
...adalah pertanyaan yang menjadi trademark Ligwina Hananto, CEO QM Financial, untuk menggambarkan bahwa menabung perlu tujuan. Selain untuk membantu Anda menentukan produk yang sesuai, tujuan inilah yang nantinya membatasi diri Anda ketika Anda tergoda untuk menyabotase dana yang sudah Anda tabung.
Jika Anda menyabotase dana pensiun, maka Anda tidak akan dapat mempertahankan gaya hidup Anda sekarang saat sudah pensiun nanti. Jika Anda menyabotase dana liburan, maka Anda hanya dapat gigit jari ketika teman-teman Anda sibuk meng-update foto liburan mereka di Facebook. Jika Anda menyabotase dana uang muka rumah, maka untuk seterusnya Anda akan tinggal dengan orangtua atau mertua, dan seterusnya.
Maka tentukan tujuan finansial Anda dan jangan lupa untuk menentukan jangka waktu realistis yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut agar Anda fokus dan semangat mencapainya.
Untuk tujuan jangka pendek, hal ini mudah dilakukan karena Anda hanya perlu mencari angkanya dan menabung secara rutin untuk mencapainya. Untuk tujuan jangka panjang seperti dana pensiun atau dana kuliah anak, Anda perlu memperhitungkan faktor inflasi ke dalam perhitungan Anda. Ada baiknya Anda belajar mengenai produk-produk investasi agar dana yang berhasil Anda tabung dikelola dengan optimal.
4. A journey of a thousand miles begins with a single step
Sekarang selalu merupakan saat yang baik untuk mulai menabung. Jika Anda tidak segera memulai, dana pensiun, dana liburan, dana pendidikan, dan dana-dana untuk tujuan finansial Anda lainnya tidak akan terkumpul dengan sendirinya. Sadarilah bahwa untuk mencapai kebebasan finansial yang selama ini Anda idamkan, ada proses panjang yang harus Anda lalui.
Tidak usah terlalu stress memikirkan jika Anda gagal menabung bulan ini. Niatkan saja bahwa Anda akan lebih baik pada saat gajian berikutnya.
www.qmfinancial.com
It’s so much more than just spending less money. So let’s try a new perspective: menabung adalah cara kita ‘membayar’ diri sendiri di masa depan dengan menyisihkan sebagian pendapatan kita hari ini. Menabung bukan lagi merupakan celengan yang hanya diisi uang receh dari sisa-sisa belanja atau rekening dengan saldo yang naik turun karena ada ATM yang memungkinkan kita menarik dana setiap saat.
Idealnya, menabung menjadi fokus utama. Jangan menunggu sisa penghasilan untuk ditabungkan, karena di masa yang akan datang kita pasti akan membutuhkan dana yang kita sisihkan saat ini.
Memang pada kenyataannya, seringkali hal ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Banyak sekali tantangan menabung, antara lain menetukan berapa yang harus kita tabung, apakah produk yang tepat untuk digunakan, dan bagaimana memastikan uang yang sudah kita sisihkan tidak kita sabotase dikemudian hari.
Jadi, bagaimanakah cara yang tepat untuk mulai menyusun tujuan finansial yang realistis dan mengoptimalkan uang yang kita miliki? Berikut langkah-langkahnya:
1. Pilah-pilah utangmu
Berapa banyak penghasilan Anda setiap bulan yang digunakan untuk membayar utang? Ini dapat menyadarkan Anda bahwa melunasi utang adalah cara yang paling sederhana agar Anda bisa menabung lebih banyak. Pada sebagian orang, rasio utang terhadap pendapatan berbanding terbalik dengan rasio menabung terhadap pendapatan. Singkatnya, semakin besar cicilan utang, semakin kecil uang yang ditabung untuk kebutuhan nanti.
Maka, tuliskan semua utang Anda dan pisahkan utang produktif seperti KPR, KPM, KPA, dan utang usaha, dengan uutang non produktif seperti cicilan kartu kredit. Sedapat mungkin, lunasi utang kartu kredit Anda. Sadari bahwa Anda sedang belajar menabung untuk masa depan dan Anda dapat menabung lebih besar jika Anda tidak perlu membayar berbagai macam cicilan utang berikut bunganya.
2. Bangun dana darurat
Satu-satunya alasan yang dapat membuat Anda menunda pelunasan utang adalah untuk membangun dana darurat Anda. Besarnya dana ini berkisar antara 4 – 12 kali dari pengeluaran Anda per bulan. Hitung kebutuhan Anda dan mulailah menabung untuk mencapainya. Membangun dana darurat dapat menjadi latihan awal Anda untuk membiasakan diri Anda menabung dengan disiplin.
3. "Tujuan lo apa?"
...adalah pertanyaan yang menjadi trademark Ligwina Hananto, CEO QM Financial, untuk menggambarkan bahwa menabung perlu tujuan. Selain untuk membantu Anda menentukan produk yang sesuai, tujuan inilah yang nantinya membatasi diri Anda ketika Anda tergoda untuk menyabotase dana yang sudah Anda tabung.
Jika Anda menyabotase dana pensiun, maka Anda tidak akan dapat mempertahankan gaya hidup Anda sekarang saat sudah pensiun nanti. Jika Anda menyabotase dana liburan, maka Anda hanya dapat gigit jari ketika teman-teman Anda sibuk meng-update foto liburan mereka di Facebook. Jika Anda menyabotase dana uang muka rumah, maka untuk seterusnya Anda akan tinggal dengan orangtua atau mertua, dan seterusnya.
Maka tentukan tujuan finansial Anda dan jangan lupa untuk menentukan jangka waktu realistis yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut agar Anda fokus dan semangat mencapainya.
Untuk tujuan jangka pendek, hal ini mudah dilakukan karena Anda hanya perlu mencari angkanya dan menabung secara rutin untuk mencapainya. Untuk tujuan jangka panjang seperti dana pensiun atau dana kuliah anak, Anda perlu memperhitungkan faktor inflasi ke dalam perhitungan Anda. Ada baiknya Anda belajar mengenai produk-produk investasi agar dana yang berhasil Anda tabung dikelola dengan optimal.
4. A journey of a thousand miles begins with a single step
Sekarang selalu merupakan saat yang baik untuk mulai menabung. Jika Anda tidak segera memulai, dana pensiun, dana liburan, dana pendidikan, dan dana-dana untuk tujuan finansial Anda lainnya tidak akan terkumpul dengan sendirinya. Sadarilah bahwa untuk mencapai kebebasan finansial yang selama ini Anda idamkan, ada proses panjang yang harus Anda lalui.
Tidak usah terlalu stress memikirkan jika Anda gagal menabung bulan ini. Niatkan saja bahwa Anda akan lebih baik pada saat gajian berikutnya.
www.qmfinancial.com
Wujudkan Resolusi Bebas Utang (Serius) di Tahun Baru
Pakar keuangan Andrés Gutiérrez memberi Anda tip membuat resolusi keuangan dan membuat tahun 2013 Anda bebas utang.
Jadi, seperti apa tujuan keuangan yang direncanakan dengan baik? Gutiérrez menyarankan panduan dasar yang terukur: dibatasi oleh waktu, spesifik, tertulis dan terukur. Mengatakan "Saya akan terbebas dari utang" tapi tanpa ada usaha bukanlah rencana yang sukses. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki utang sebesar Rp120 juta bisa mengelola tujuan seperti berikut:
Batas waktu: "Saya akan bebas utang pada Januari 2014" merupakan tujuan dengan batas waktu, namun, apakah realistis? Bagaimana dengan anggaran Anda saat ini? Mungkin lebih baik ambil jangka waktu dua tahun untuk melunasi Rp5 juta per bulan daripada membayar Rp10 juta setiap bulan.
Spesifik: Tentukan tujuan Anda lebih jauh dengan memutuskan bagaimana utang tersebut akan dibayar. Beberapa contoh termasuk pengaturan dana terpisah, mengalokasikan gaji, menjual barang-barang bernilai tinggi (seperti mobil atau perhiasan), atau merencanakan penjualan tanah selama beberapa tahun.
Ditulis: "Ketika Anda menuliskan (tujuan Anda), sisi emosional Anda akan teralihkan oleh sisi rasional Anda," kata Gutiérrez, yang merekomendasikan pasangan menuliskan tujuan pengurangan utang, serta anggaran mereka. Itu adalah kegiatan yang banyak pasangan (terutama orang Latin) tampaknya sering tidak lakukan.
Pengukuran: Beberapa orang mungkin perlu mengecek secara cepat perkembangan tujuan mereka setiap kuartal atau pertengahan tahun untuk memastikan mereka tetap berada di jalur yang tepat.
Menjaga agar rencana tetap dapat dipertanggungjawabkan
Ketika berbicara tentang kesuksesan tujuan, akuntabilitas adalah kuncinya, kata Gutiérrez. Pasangan perlu berunding bersama hingga menyepakati tujuan yang sama, serta membuat pengaturan anggaran. Tujuan, dan anggaran untuk mendukung mereka, harus ditulis secara rinci dengan rencana untuk duduk bersama mendiskusikannya mengukur kemajuan mereka.
Saat seseorang belum memiliki pasangan, banyak orang cenderung hidup tanpa akuntabilitas keuangan yang memadai, biasanya dengan sikap "Saya bisa menghabiskan apa pun, kapan saja saya inginkan.” Ini mentalitas yang bisa menghambat kesuksesan finansial mereka.
"Orang lajang perlu menyingkirkan mentalitas manja dan menjadi orang yang lebih dewasa," kata Gutiérrez. Dia menyarankan mereka yang berutang untuk tetap bertanggung jawab kepada seseorang yang mereka hormati untuk membantu mereka mewujudkan tujuan keuangan dengan baik.
"Bertanggungjawablah kepada seseorang yang mencintai Anda sehingga dapat mengatakan hal yang sebenarnya ketika Anda membutuhkan bantuan mereka. Dan, sebelum membuat keputusan finansial yang besar, konsultasikan kepada seseorang yang Anda hormati. Entah itu seorang teman atau anggota keluarga, setiap orang harus memiliki orang yang bisa diandalkan hidupnya."
Pakar keuangan Andrés Gutiérrez merupakan pembawa acara “The Andrés Gutiérrez Show” dan pembuat Paz Financiera. Seorang pengusaha sukses dan pemilik usaha kecil, Andrés Gutiérrez tahu bagaimana rasanya memulai sesuatu tanpa memiliki apa-apa dan mengumpulkan kekayaan yang bertahan lama.
Setelah membawakan sebuah program keuangan radio San Antonio, ia sering tampil sebagai ahli keuangan di jaringan televisi Telemundo. Andres bergabung dengan tim Dave Ramsey pada 2009 untuk menyampaikan nasihat keuangan kepada masyarakat yang berbahasa Spanyol.
sumber: she.yahoo.com
Empat Langkah Terbebas dari Utang
Melunasi utang atau kredit merupakan resolusi Tahun Baru yang populer.
Jika Anda berjanji melunasi utang Anda dan memulai hidup dengan keuangan
yang lebih seimbang tahun ini, mari perhatikan cara-cara berikut:
1. Bikin daftar
Langkah awalnya, kumpulkan semua tagihan Anda seperti laporan kartu kredit saat ini, kredit mobil, dan KPR. Kumpulkan juga semua dokumen (baik online maupun fisik) yang mengandung informasi mengenai apa saja utang Anda. Bila perlu, hubungi pemberi pinjaman dan tanya lengkap mengenai utang Anda.
Sekarang buatlah semuanya menjadi satu: daftar semua utang Anda, bersama dengan pembayaran minimumnya.
2. Pilih prioritas
Setelah membuat daftar utang Anda, pilih salah satu dan fokuskan untuk dilunasi. Ada dua patokan: Anda bisa memilih utang dengan bunga tertinggi, atau utang dengan jumlah terkecil.
Secara matematis, membayar utang berbunga tertinggi adalah yang paling masuk akal. Namun secara motivasi, berfokus pada utang yang terkecil membuat utang Anda lunas dengan cepat, sehingga membuat Anda bersemangat melunasi utang yang lain.
Apa pun metode yang Anda gunakan, pilihlah sebuah utang dan segera lunasi. Bayarlah cicilan minimum pada semua utang lainnya, namun sebanyak yang Anda bisa targetkan. Dalam bukunya yang berjudul “Life or Debt”, Stacy merekomendasikan Anda menyisihkan 10 persen pendapatan bulanan Anda sebagai "pelunas utang."
Dari mana Anda bisa mendapatkan uang ekstra untuk Anda jadikan sebagai pelunas utang? Dengan melakukan pengecekan pengeluaran Anda dan menyisihkan setiap sen yang mungkin dari anggaran Anda. Kunjungi situs seperti PowerWallet untuk secara otomatis melacak pengeluaran.
3. Gunakan metode bola salju
Setelah melunasi utang pertama, berfokuslah pada utang berikutnya dalam daftar. Untuk utang No 2 ini, bayarlah sejumlah cicilan minimum + cicilan minimum dari utang No. 1 + pembayaran "pelunas utang" Anda. Setelah utang No 2 lunas, lunasi utang No 3: cicilan minimum + jumlah cicilan utang No 1 dan No 2 yang lama + uang "pelunas utang" Anda.
Menambahkan jumlah cicilan utang yang lama ke dalam cicilan utang yang tersisa disebut membuat bola salju, dan itu adalah cara yang bagus untuk melunasi utang. Karena Anda terbiasa membayar utang sejumlah tersebut, namun kini utang pertama tersebut telah lunas, tetap keluarkan sejumlah uang yang sama namun untuk membayar utang ke-2, dan seterusnya.
Kemudian jika Anda bisa menyisihkan "pelunas utang" hingga setara 10 persen dari penghasilan Anda, maka dengan menggunakan metode bola salju Anda bisa melunasi setiap utang yang Anda miliki, termasuk KPR, paling lama 10 tahun.
4. Mencari uang tambahan
Apakah Anda merasa tidak memiliki uang ekstra untuk dijadikan “pelunas utang”? Setelah Anda mulai melacak pengeluaran, Anda mungkin akan terkejut.
Berencana mendapatkan tubuh yang langsing tahun ini? Batalkan keanggotaan gym Anda dan lakukan jogging, atau sewa video latihan untuk berolaraga di rumah. DTarif keanggotaan gym rata-rata sebesar Rp450 ribu per bulan. Jika uang tersebut Anda alokasikan untuk membayar utang selama enam bulan, maka utang Anda akan terlunasi hingga Rp2,7 juta.
Sering perawatan di salon? Coba beli masker rambut dan kerjakan sendiri, atau minta teman Anda untuk memakaikan kuteks ke kuku Anda daripada manicure-pedicure di salon.
Simpulannya - dengan membuat anggaran yang disebut "pelunas utang" dan menerapkan pembayaran utang dengan metode bola salju, Anda akan tetap termotivasi dan membuat utang Anda lunas.
sumber: she.yahoo.com
1. Bikin daftar
Langkah awalnya, kumpulkan semua tagihan Anda seperti laporan kartu kredit saat ini, kredit mobil, dan KPR. Kumpulkan juga semua dokumen (baik online maupun fisik) yang mengandung informasi mengenai apa saja utang Anda. Bila perlu, hubungi pemberi pinjaman dan tanya lengkap mengenai utang Anda.
Sekarang buatlah semuanya menjadi satu: daftar semua utang Anda, bersama dengan pembayaran minimumnya.
2. Pilih prioritas
Setelah membuat daftar utang Anda, pilih salah satu dan fokuskan untuk dilunasi. Ada dua patokan: Anda bisa memilih utang dengan bunga tertinggi, atau utang dengan jumlah terkecil.
Secara matematis, membayar utang berbunga tertinggi adalah yang paling masuk akal. Namun secara motivasi, berfokus pada utang yang terkecil membuat utang Anda lunas dengan cepat, sehingga membuat Anda bersemangat melunasi utang yang lain.
Apa pun metode yang Anda gunakan, pilihlah sebuah utang dan segera lunasi. Bayarlah cicilan minimum pada semua utang lainnya, namun sebanyak yang Anda bisa targetkan. Dalam bukunya yang berjudul “Life or Debt”, Stacy merekomendasikan Anda menyisihkan 10 persen pendapatan bulanan Anda sebagai "pelunas utang."
Dari mana Anda bisa mendapatkan uang ekstra untuk Anda jadikan sebagai pelunas utang? Dengan melakukan pengecekan pengeluaran Anda dan menyisihkan setiap sen yang mungkin dari anggaran Anda. Kunjungi situs seperti PowerWallet untuk secara otomatis melacak pengeluaran.
3. Gunakan metode bola salju
Setelah melunasi utang pertama, berfokuslah pada utang berikutnya dalam daftar. Untuk utang No 2 ini, bayarlah sejumlah cicilan minimum + cicilan minimum dari utang No. 1 + pembayaran "pelunas utang" Anda. Setelah utang No 2 lunas, lunasi utang No 3: cicilan minimum + jumlah cicilan utang No 1 dan No 2 yang lama + uang "pelunas utang" Anda.
Menambahkan jumlah cicilan utang yang lama ke dalam cicilan utang yang tersisa disebut membuat bola salju, dan itu adalah cara yang bagus untuk melunasi utang. Karena Anda terbiasa membayar utang sejumlah tersebut, namun kini utang pertama tersebut telah lunas, tetap keluarkan sejumlah uang yang sama namun untuk membayar utang ke-2, dan seterusnya.
Kemudian jika Anda bisa menyisihkan "pelunas utang" hingga setara 10 persen dari penghasilan Anda, maka dengan menggunakan metode bola salju Anda bisa melunasi setiap utang yang Anda miliki, termasuk KPR, paling lama 10 tahun.
4. Mencari uang tambahan
Apakah Anda merasa tidak memiliki uang ekstra untuk dijadikan “pelunas utang”? Setelah Anda mulai melacak pengeluaran, Anda mungkin akan terkejut.
Berencana mendapatkan tubuh yang langsing tahun ini? Batalkan keanggotaan gym Anda dan lakukan jogging, atau sewa video latihan untuk berolaraga di rumah. DTarif keanggotaan gym rata-rata sebesar Rp450 ribu per bulan. Jika uang tersebut Anda alokasikan untuk membayar utang selama enam bulan, maka utang Anda akan terlunasi hingga Rp2,7 juta.
Sering perawatan di salon? Coba beli masker rambut dan kerjakan sendiri, atau minta teman Anda untuk memakaikan kuteks ke kuku Anda daripada manicure-pedicure di salon.
Simpulannya - dengan membuat anggaran yang disebut "pelunas utang" dan menerapkan pembayaran utang dengan metode bola salju, Anda akan tetap termotivasi dan membuat utang Anda lunas.
sumber: she.yahoo.com
4 Januari 2013
Apakah Penghasilan Saya sudah Ideal?
"Waduh nak, nanti aja ya belinya ya.., sekarang lagi tanggung bulan ni..,"
Kalimat tersebut terkesan akrab di telinga kita. Ya, memang akrab bukan
karena kita suka menggunakan kalimat itu namun kita terpaksa
mengeluarkan kalimat tersebut. Hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa
pemasukan atau gaji yang kita terima ternyata hanya mampu "menghidupi"
kita selama 20 hari atau bahkan kurang dari itu dalam sebulan.
Ya, ini adalah fakta yang terjadi, sering kali kita merasa gaji belum cukup, masih kurang, jangankan untuk ditabung atau investasi, memenuhi keinginan kita saja masih kurang, ya sekali lagi masih kurang!.
Lalu pertanyaan selanjutnya adalah berapa besar gaji yang wajar bagi kita? Pembaca yang bijak, untuk menjawabnya alangkah baiknya jika kita melakukan evaluasi dan introspeksi secara jujur, untuk itu silahkan untuk menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini dan catatlah hasilnya:
1. Sudah berapa lamakah (tahun dan bulan) saya telah menerima gaji?;
2. Sudah berapa kali saya mengalami kenaikan gaji?;
3. Berapa rupiahkah saat pertama saya kita menerima gaji? Berapa rupiahkah besar gaji saya saat ini?;
4. Apakah saya selalu membayar cicilan utang setiap bulan?;
5. Adakah bagian dari gaji yang dapat disimpan untuk investasi?
6. Apakah saat ini saya mengalami defisit (gaji tidak dapat bertahan sampai akhir bulan)?, jika jawabnya ‘tidak’ maka kami ucapkan selamat namun jika jawabanya‘ya’ maka disinilah letak permasalahannya.
Bagi anda yang menjawab ‘ya’ maka langkah selanjutnya adalah lakukan valuasi penghasilan anda, dalam melakukan valuasi, jawabannya hanya ada tiga kelompok, yakni:
1. Tahapan yang buruk (Poor Income Valuation);
2. Tahapan yang wajar (Fair Income Valuation);
3. Tahapan yang ideal (Ideal Income Valuation). Nah berikut ini adalah penjelasan serta solusinya dari kelompok - kelompok tersebut :
Tahapan yang buruk (Poor Income Valuation): adalah tahapan dimana kondisi total pengeluaran lebih besar dari penghasilan atau dikenal dengan istilah "Besar Pasak dari Tiang", dalam kondisi ini arus kas menjadi defisit atau negatif disertai dengan bobot cicilan hutang perbulan diatas 45 persen dari total penghasilan. Perhatikan contoh berikut (tabel 1):
Tabel 1 uraian pengeluaran per bulan, mencakup:
• Besar penghasilan,
• Pengeluaran diluar cicilan utang,
• Cicilan utang tiap bulan,
• Surplus atau defisit penghasilan,
• Surplus atau defisit cicilan utang
Dalam contoh kasus diatas terlihat bahwa: 1. Pengeluaran (defisit) Rp 1.250.000. 2. Cicilan utang melebihi batas wajar maksimal per bulan yakni defisit Rp 1.850.000 atau berlebih sebesar 23,13 persen dari batas maksimal cicilan utang yakni 30 persen atau sebesar Rp 2.400.000.
Ini berarti bahwa, pada kasus tersebut, yang bersangkutan berpotensi untuk menutupi defisit (kekurangan) dengan cara menambah utang. Hmm.., berpotensi untuk ‘gali lubang tutup lubang’, awas hati-hati jika kebesaran lubangnya akan mudah untuk terjerumus!. Utang tersebut biasanya didapat dari Kartu Kredit, Kredit Tanpa Agunan (KTA) atau dengan jenis utang yang lain. Cara tersebut sangat berbahaya dan tidak dapat dibenarkan.
Saya katakan bahwa kondisi dan kebiasan ini wajib dihentikan, stop sesegera mungkin. Saran saya adalah sebaiknya pada kondisi ini segera minta bantuan dana, ingat bantuan dan bukan pinjaman untuk jangka waktu yang pendek. Atau usahakan untuk melakukan pinjaman lunak jangka panjang, kelak akan dikembalikan jika telah ada kemampuan.
Jaminan pinjaman tersebut apa? jika ada properti bisa dilakukan jaminan namun jika tidak ada apapun maka satu-satunya cara adalah jaminan pribadi (diri sendiri), ini bisa dilakukan dengan menghubungi dari relasi ataupun keluarga yang sangat dekat.
Nah kiat anda pun harus jelas, dalam waktu bersamaan sebelum anda meminjam atau meminta bantuan, anda juga harus mencari solusi dengan tujuan agar terjadi peningkatan income hal itu dapat dilakukan dengan cara:
a) Walaupun anda masih bekerja, anda wajib untuk mencari pemasukan tambahan (melalui usaha dengan modal pinjaman kepada relasi atau keluarga terdekat tersebut) lakukan studi kelayakan yang akurat dan objektif agar potensi keberhasilan usaha anda menjadi lebih besar dari kemungkinan gagalnya;
b) Berupaya agar gaji bertambah dengan cara pindah bekerja atau melakukan kerja yang lebih giat lagi (utamanya bagi tenaga penjual atau salesman) sehingga komisi atau bonus bertambah;
c) Menekan pengeluaran rutin (melakukan efisiensi) dengan ketat;
d) Jangan lupa melakukan manajemen resiko melalui asuransi jiwa dengan memiliki Uang Pertanggungan yang cukup untuk mengembalikan pinjaman tersebut (ingat kematian pasti akan datang, namun tidak diketahui waktunya);
e) Sebagai masukan adalah asuransi jiwa tipe YRT (Yearly Renewable Term) bukan yang lain, sebagai contoh seorang pria tidak merokok usia 35 tahun, uang pertanggungan Rp 500 juta, kisaran premi pada asuransi YRT per tahun adalah sebesar Rp 1,5 juta hingga Rp 1,75 juta.
Selanjutnya, anda wajib mengubah menuju tahapan yang wajar, berikut penjelasannya:
Tahapan yang wajar (Fair Income Valuation): adalah kondisi dimana anda tidak defisit, besar cicilan utang masih berada diatas 30 persen dari pendapatan, namun yang bersangkutan mampu untuk melakukan investasi demi kesejahteraan dia dan keluarganya kelak, porsi investasi minimal adalah sebesar 10 persen dari penghasilan. Kemudian adalah bagaimana kita mengubah dari kondisi yang buruk (poor income valuation) menjadi kondisi yang wajar (fair income valuation), nah untuk kasus diatas berapa besar income yang wajar tersebut?, berikut adalah formulasi valuasi penghasilan wajar, yakni:
Total pengeluaran dalam kondisi defisit / 90 persen
Mengapa pembagi harus 90 persen? Hal ini disebabkan karena untuk mencapai zona kebebasan finansial atau anda menjadi lebih kaya maka wajib menyisihkan penghasilan minimal 10 persen dan ditempatkan pada investasi yang tepat serta yang bersangkutan juga harus menjaga cicilan utang terus menurun hingga makin mendekati batasan maksimal 30 persen dari pendapatan anda.
Sehingga contoh kasus (tabel 1 diatas) penghasilan menjadi Rp 10.277.777. Atau untuk jelasnya silahkan perhatikan tabel berikut
Tabel 2:
Analisa:
dari tabel terlihat bahwa defisit sudah nol dan cicilan utang menurun
dari bobot terhadap penghasilan dari 45,95 persen menjadi 41,35 persen.
Kondisi ini sudah lebih baik walau belum menjadi tahapan yang ideal (Ideal Income Valuation).
Tahapan terakhir adalah Tahapan yang ideal (Ideal Income Valuation): pada tahapan ini individu/keluarga tersebut sudah berada pada koridor keuangan yang sehat, yakni sesuai tabel:
Tabel 3:
Adapun formulasi Valuasi Penghasilan Ideal adalah:
Cicilan utang perbulan/30 persen + Pengeluaran (di luar cicilan utang)
Analisa: terlihat bahwa bobot cicilan hutang telah mencapai kurang dari 30 persen yaitu 22,17 persen serta terjadi surplus pendapatan sebesar 41,74 persen dan ada kelebihan dana yang dapat ditambahkan untuk investasi sebesar Rp 8.000.000 atau 41,74 persen.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana saya mendapatkan tambahan penghasilan tersebut?, jawabannya sudah tertera pada artikel ini yaitu berupa kiat anda sebelum meminjam atau meminta bantuan dana (butir a hingga e). Hal ini memang tidak mudah namun setidaknya juga bukan sesuatu yang mustahil. Setidaknya anda sudah mengetahui batasan penghasilan yang sehat sesuai dengan kondisi anda.
Pada contoh kasus ini penghasilan yang defisit sebesar Rp 8.000.000,- harus diperbesar menjadi surplus dalam kisaran Rp 10.277.777 hingga Rp 19.166.167 agar yang bersangkutan dapat menjadi bertambah kaya di kemudian hari.
Sekedar informasi penghasilan dan cicilan utang yang dimaksud disini adalah dapat merupakan penghasilan dan cicilan uutang gabungan (suami & istri).
Namun sebaliknya secara realistis kita harus siap dan wajib melakukan 'pengetatan super ekstra' terhadap pengeluaran jika proyeksi untuk mendapatkan penghasilan tambahan belum nampak, walaupun dana bantuan telah tersedia. (Taufik Gumulya, CFP®/Independent Financial Planner, CEO TGRM Financial Planning Services)
Ya, ini adalah fakta yang terjadi, sering kali kita merasa gaji belum cukup, masih kurang, jangankan untuk ditabung atau investasi, memenuhi keinginan kita saja masih kurang, ya sekali lagi masih kurang!.
Lalu pertanyaan selanjutnya adalah berapa besar gaji yang wajar bagi kita? Pembaca yang bijak, untuk menjawabnya alangkah baiknya jika kita melakukan evaluasi dan introspeksi secara jujur, untuk itu silahkan untuk menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini dan catatlah hasilnya:
1. Sudah berapa lamakah (tahun dan bulan) saya telah menerima gaji?;
2. Sudah berapa kali saya mengalami kenaikan gaji?;
3. Berapa rupiahkah saat pertama saya kita menerima gaji? Berapa rupiahkah besar gaji saya saat ini?;
4. Apakah saya selalu membayar cicilan utang setiap bulan?;
5. Adakah bagian dari gaji yang dapat disimpan untuk investasi?
6. Apakah saat ini saya mengalami defisit (gaji tidak dapat bertahan sampai akhir bulan)?, jika jawabnya ‘tidak’ maka kami ucapkan selamat namun jika jawabanya‘ya’ maka disinilah letak permasalahannya.
Bagi anda yang menjawab ‘ya’ maka langkah selanjutnya adalah lakukan valuasi penghasilan anda, dalam melakukan valuasi, jawabannya hanya ada tiga kelompok, yakni:
1. Tahapan yang buruk (Poor Income Valuation);
2. Tahapan yang wajar (Fair Income Valuation);
3. Tahapan yang ideal (Ideal Income Valuation). Nah berikut ini adalah penjelasan serta solusinya dari kelompok - kelompok tersebut :
Tahapan yang buruk (Poor Income Valuation): adalah tahapan dimana kondisi total pengeluaran lebih besar dari penghasilan atau dikenal dengan istilah "Besar Pasak dari Tiang", dalam kondisi ini arus kas menjadi defisit atau negatif disertai dengan bobot cicilan hutang perbulan diatas 45 persen dari total penghasilan. Perhatikan contoh berikut (tabel 1):
Tabel 1 uraian pengeluaran per bulan, mencakup:
• Besar penghasilan,
• Pengeluaran diluar cicilan utang,
• Cicilan utang tiap bulan,
• Surplus atau defisit penghasilan,
• Surplus atau defisit cicilan utang
No
|
Uraian per bulan
|
Besarnya
|
Bobot VS Pendapatan
|
1
|
Penghasilan Bersih (saat ini) Take home pay
|
Rp 8,000,000
|
86.49%
|
2
|
Pengeluaran (diluar cicilan utang)
|
Rp 5,000,000
|
54.05%
|
3
|
Cicilan utang
|
Rp 4,250,000
|
45.95%
|
4
|
Total pengeluaran = 2+3
|
Rp 9,250,000
|
100.00%
|
5
|
Surplus (defisit) pengeluaran = 1 – 4
|
Rp (1,250,000)
|
-13.51%
|
6
|
Surplus (defisit) cicilan utang = (1*30%) – 3
|
Rp (1,850,000)
|
-23.13%
|
Dalam contoh kasus diatas terlihat bahwa: 1. Pengeluaran (defisit) Rp 1.250.000. 2. Cicilan utang melebihi batas wajar maksimal per bulan yakni defisit Rp 1.850.000 atau berlebih sebesar 23,13 persen dari batas maksimal cicilan utang yakni 30 persen atau sebesar Rp 2.400.000.
Ini berarti bahwa, pada kasus tersebut, yang bersangkutan berpotensi untuk menutupi defisit (kekurangan) dengan cara menambah utang. Hmm.., berpotensi untuk ‘gali lubang tutup lubang’, awas hati-hati jika kebesaran lubangnya akan mudah untuk terjerumus!. Utang tersebut biasanya didapat dari Kartu Kredit, Kredit Tanpa Agunan (KTA) atau dengan jenis utang yang lain. Cara tersebut sangat berbahaya dan tidak dapat dibenarkan.
Saya katakan bahwa kondisi dan kebiasan ini wajib dihentikan, stop sesegera mungkin. Saran saya adalah sebaiknya pada kondisi ini segera minta bantuan dana, ingat bantuan dan bukan pinjaman untuk jangka waktu yang pendek. Atau usahakan untuk melakukan pinjaman lunak jangka panjang, kelak akan dikembalikan jika telah ada kemampuan.
Jaminan pinjaman tersebut apa? jika ada properti bisa dilakukan jaminan namun jika tidak ada apapun maka satu-satunya cara adalah jaminan pribadi (diri sendiri), ini bisa dilakukan dengan menghubungi dari relasi ataupun keluarga yang sangat dekat.
Nah kiat anda pun harus jelas, dalam waktu bersamaan sebelum anda meminjam atau meminta bantuan, anda juga harus mencari solusi dengan tujuan agar terjadi peningkatan income hal itu dapat dilakukan dengan cara:
a) Walaupun anda masih bekerja, anda wajib untuk mencari pemasukan tambahan (melalui usaha dengan modal pinjaman kepada relasi atau keluarga terdekat tersebut) lakukan studi kelayakan yang akurat dan objektif agar potensi keberhasilan usaha anda menjadi lebih besar dari kemungkinan gagalnya;
b) Berupaya agar gaji bertambah dengan cara pindah bekerja atau melakukan kerja yang lebih giat lagi (utamanya bagi tenaga penjual atau salesman) sehingga komisi atau bonus bertambah;
c) Menekan pengeluaran rutin (melakukan efisiensi) dengan ketat;
d) Jangan lupa melakukan manajemen resiko melalui asuransi jiwa dengan memiliki Uang Pertanggungan yang cukup untuk mengembalikan pinjaman tersebut (ingat kematian pasti akan datang, namun tidak diketahui waktunya);
e) Sebagai masukan adalah asuransi jiwa tipe YRT (Yearly Renewable Term) bukan yang lain, sebagai contoh seorang pria tidak merokok usia 35 tahun, uang pertanggungan Rp 500 juta, kisaran premi pada asuransi YRT per tahun adalah sebesar Rp 1,5 juta hingga Rp 1,75 juta.
Selanjutnya, anda wajib mengubah menuju tahapan yang wajar, berikut penjelasannya:
Tahapan yang wajar (Fair Income Valuation): adalah kondisi dimana anda tidak defisit, besar cicilan utang masih berada diatas 30 persen dari pendapatan, namun yang bersangkutan mampu untuk melakukan investasi demi kesejahteraan dia dan keluarganya kelak, porsi investasi minimal adalah sebesar 10 persen dari penghasilan. Kemudian adalah bagaimana kita mengubah dari kondisi yang buruk (poor income valuation) menjadi kondisi yang wajar (fair income valuation), nah untuk kasus diatas berapa besar income yang wajar tersebut?, berikut adalah formulasi valuasi penghasilan wajar, yakni:
Total pengeluaran dalam kondisi defisit / 90 persen
Mengapa pembagi harus 90 persen? Hal ini disebabkan karena untuk mencapai zona kebebasan finansial atau anda menjadi lebih kaya maka wajib menyisihkan penghasilan minimal 10 persen dan ditempatkan pada investasi yang tepat serta yang bersangkutan juga harus menjaga cicilan utang terus menurun hingga makin mendekati batasan maksimal 30 persen dari pendapatan anda.
Sehingga contoh kasus (tabel 1 diatas) penghasilan menjadi Rp 10.277.777. Atau untuk jelasnya silahkan perhatikan tabel berikut
Tabel 2:
Valuasi Penghasilan Wajar (saat nanti)
|
Besarnya
|
Bobot VS Pendapatan
| |
7
|
Pendapatan Bersih Wajar
|
Rp 10,277,777
|
100.00%
|
8
|
Dana yg di Investasikan (wajib)
|
Rp 1,027,778
|
10.00%
|
9
|
Pengeluaran (diluar cicilan utang)
|
Rp 5,000,000
|
48.65%
|
10
|
Cicilan utang
|
Rp 4,250,000
|
41.35%
|
11
|
Total pengeluaran = 8+9+10
|
Rp 10,277,778
|
100.00%
|
12
|
Surplus (defisit) pengeluaran = 7 – 11
|
Rp (0)
|
0.00%
|
13
|
Surplus (defisit) cicilan utang = (7*30%) – 10
|
Rp (1,166,667)
|
-11.35%
|
Tahapan terakhir adalah Tahapan yang ideal (Ideal Income Valuation): pada tahapan ini individu/keluarga tersebut sudah berada pada koridor keuangan yang sehat, yakni sesuai tabel:
Tabel 3:
Valuasi Penghasilan Ideal (saat nanti)
|
Besarnya
|
Bobot VS Pendapatan
| |
14
|
Pendapatan Bersih Ideal
|
Rp 19,166,667
|
100.00%
|
15
|
Dana yg di Investasikan (wajib)
|
Rp 1,916,667
|
10.00%
|
16
|
Pengeluaran (diluar cicilan hutang)
|
Rp 5,000,000
|
26.09%
|
17
|
Cicilan hutang
|
Rp 4,250,000
|
22.17%
|
18
|
Total pengeluaran = 15+16+17
|
Rp 11,166,667
|
58.26%
|
19
|
Surplus (defisit) pengeluaran = 14 - 18
|
Rp 8,000,000
|
41.74%
|
20
|
Surplus (defisit) cicilan hutang = (14*30%) - 17
|
Rp 1,500,000
|
7,83%
|
21
|
Dana yang di Investasikan (tambahan)
|
Rp 8,000,000
|
41.74%
|
Cicilan utang perbulan/30 persen + Pengeluaran (di luar cicilan utang)
Analisa: terlihat bahwa bobot cicilan hutang telah mencapai kurang dari 30 persen yaitu 22,17 persen serta terjadi surplus pendapatan sebesar 41,74 persen dan ada kelebihan dana yang dapat ditambahkan untuk investasi sebesar Rp 8.000.000 atau 41,74 persen.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana saya mendapatkan tambahan penghasilan tersebut?, jawabannya sudah tertera pada artikel ini yaitu berupa kiat anda sebelum meminjam atau meminta bantuan dana (butir a hingga e). Hal ini memang tidak mudah namun setidaknya juga bukan sesuatu yang mustahil. Setidaknya anda sudah mengetahui batasan penghasilan yang sehat sesuai dengan kondisi anda.
Pada contoh kasus ini penghasilan yang defisit sebesar Rp 8.000.000,- harus diperbesar menjadi surplus dalam kisaran Rp 10.277.777 hingga Rp 19.166.167 agar yang bersangkutan dapat menjadi bertambah kaya di kemudian hari.
Sekedar informasi penghasilan dan cicilan utang yang dimaksud disini adalah dapat merupakan penghasilan dan cicilan uutang gabungan (suami & istri).
Namun sebaliknya secara realistis kita harus siap dan wajib melakukan 'pengetatan super ekstra' terhadap pengeluaran jika proyeksi untuk mendapatkan penghasilan tambahan belum nampak, walaupun dana bantuan telah tersedia. (Taufik Gumulya, CFP®/Independent Financial Planner, CEO TGRM Financial Planning Services)
Editor :
Erlangga Djumena
sumber: KOMPAS.com
4 Langkah Mencapai Kecerdasan Finansial
Orang-orang sukses biasanya memiliki kecerdasan finansial yang
bagus. Mereka mampu mengelola uang sehingga aset terus bertambah, dan
bahkan ada yang sampai pada tahap merdeka secara finansial. Apa
maksudnya?
Kalangan seperti ini sudah tidak perlu lagi mengeluarkan tenaga dan pikiran untuk mencari uang, tetapi uangnya sudah bekerja untuk ”tuannya”, yakni kalangan yang sudah merdeka tersebut. Pertanyaannya, apakah Anda sudah merdeka secara finansial?
Menghasilkan secara produktif
Kecerdasan finansial secara ”best practice” paling tidak meliputi berbagai aspek. Pertama, bagaimana menghasilkan uang dengan cara yang produktif. Apa maksudnya? Kita semua yang bekerja pasti menghasilkan uang. Namun masalahnya, apakah cara kita memperoleh uang sudah produktif? Dalam arti sudah setara antara waktu, pikiran, dan tenaga yang tercurah dengan uang yang dihasilkan? Belum tentu.
Coba dengar keluhan di sekitar kita. Sebagian karyawan selalu berpikir untuk mendapatkan kenaikan gaji terus-menerus. Akibat memikirkan kenaikan gaji terus-menerus, kerja menjadi tidak konsentrasi. Atau lebih jauh lagi, output yang diberikan ke perusahaan menurun. Pada gilirannya kinerja perusahaan bisa menurun yang mungkin berdampak pada ketidakmampuan perusahaan untuk membayar gaji dengan baik.
Orang-orang yang cerdas secara finansial, harusnya memahami bahwa sumber pendapatannya diperoleh dari gaji dan bonus, jika yang bersangkutan seorang karyawan/wati. Maka untuk bisa mendapatkan gaji atau penghasilan secara lebih, mau tidak mau harus memberikan output yang lebih besar ke perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga meningkat.
Dengan kata lain, agar bisa mendapatkan uang yang setara dengan waktu, tenaga, dan pikiran yang diberikan, lakukan kegiatan kerja secara efektif, yang memberi pengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Itu berarti bekerja dengan kualitas tinggi, bukan sekadar banyaknya jam kerja atau kuantitas tinggi.
Melindungi uang
Kedua, bagaimana melindungi uang yang sudah diperoleh. Ada istilah ”easy come, easy go”. Uang yang diperoleh dengan mudah, akan mudah pula habisnya. Tetapi, lebih parah lagi, ada kalangan yang sudah susah payah untuk mendapatkan uang, namun di sisi lain sangat mudah menghabiskan atau membelanjakannya. Malah kemudian menjadi ”lebih besar pasak, daripada tiang”.
Lantas bagaimana melindungi uang yang sudah diperoleh, terlepas apakah diperoleh secara mudah atau sulit. Tidak banyak rumusan untuk melindungi uang, karena kata kuncinya ada pada perilaku si pemilik uang. Jika seseorang mampu mengontrol pengelolaan uangnya, maka otomatis uang itu sudah terlindungi. Itu prinsip dasarnya.
Tetapi, secara kecerdasan tentu saja ada juga cara-cara jitu untuk melindungi uang, dalam hal ini pengertiannya adalah melindungi nilai uang. Jika Anda saat ini memiliki uang Rp 100 juta, di mana uang segitu bisa Anda belikan sebidang tanah misalnya. Maka jika uang itu tetap Anda pegang dalam bentuk tunai, maka belum tentu di tahun depan Anda bisa membeli sebidang tanah yang saat ini harganya setara Rp 100 juta. Dengan kata lain, nilai uang Anda mengalami penurunan. Dus, untuk melindunginya dari penurunan nilai, maka uang itu mesti ditukarkan dengan benda lain yang malah nilainya bisa mengalami kenaikan.
Seperti contoh di atas, jika Anda membeli sebidang tanah seluas 100 meter dengan nilai Rp 100 juta, maka di tahun depan, ketika Anda butuh tunai, maka tanah tersebut bisa Anda jual kembali dan harganya bisa dipastikan lebih tinggi dari Rp 100 juta. Sebut saja, misalnya Rp 110 juta. Itu berarti nilai uang Rp 100 juta saat ini setara dengan Rp 110 juta di tahun depan. Simpulannya, hati-hati menyimpan uang secara tunai, karena nilainya akan berbeda setiap tahunnya. Atau dengan kata lain, Anda mesti melakukan lindung nilai terhadap uang yang telah Anda miliki.
Mengelola anggaran
Apakah setelah mampu memberi perlindungan terhadap nilai uang atau uang yang Anda peroleh, maka persoalan selesai? Jelas belum. Cek lagi apakah kegiatan keuangan Anda sudah mampu memenuhi kaidah yang ketiga, yakni, mengelola anggaran keuangan secara efektif. Apa maksudnya? Berapa banyak penghasilan Anda yang habis untuk membiayai perilaku konsumtif, misalnya. Lalu berapa besar dari penghasilan Anda yang bisa ditabung. Atau apakah pembiayaan konsumtif Anda berdasarkan perencanaan atau habis begitu saja, mengikuti naluri.
Untuk bisa digolongkan sebagai kalangan yang memiliki kecerdasan finansial, maka setiap sen uang yang dibelanjakan mestinya berdasarkan suatu kebutuhan, dan sudah dianggarkan sebelumnya. Semuanya terencana, lalu dieksekusi dan kemudian bisa dievaluasi di mana penyimpangannya. Berapa besar penyimpangan tersebut dan selanjutnya mau memperbaiki perilaku keuangan yang dijalani. Jika Anda mampu mengelola keuangan Anda seperti itu, maka peluang Anda menuju merdeka secara finansial bukanlah hal mengada-ada.
Keempat, bagaimana mendayagunakan uang sehingga bisa menghasilkan uang. Kalau Anda sudah mampu berinvestasi dan kemudian hasil investasi itu sudah mampu membiayai kebutuhan rutin Anda, di mana investasi Anda bisa diperoleh secara berkelanjutan, maka Anda sudah masuk dalam kategori cerdas finansial dan tinggal selangkah lagi menuju merdeka secara finansial.
Lantas bagaimana wujud konkretnya? Sederhana saja. Hitung berapa biaya kebutuhan rutin Anda, lalu hitung berapa aset Anda. Setelah itu, alokasikan aset Anda ke dalam bentuk aset produktif yang bisa memberikan penghasilan. Dalam hal ini, Anda tidak perlu mencari keuntungan setinggi-tingginya, tetapi hasil yang langgeng. Dengan cara itu, berarti uang Anda sudah bekerja untuk Anda. Dan Anda akan tergolong dalam kalangan yang disebut sebagai merdeka finansial. Itulah makna kecerdasan finansial.
(Elvyn G Masassya, praktisi keuangan)
Sumber: Kompas Cetak
Kalangan seperti ini sudah tidak perlu lagi mengeluarkan tenaga dan pikiran untuk mencari uang, tetapi uangnya sudah bekerja untuk ”tuannya”, yakni kalangan yang sudah merdeka tersebut. Pertanyaannya, apakah Anda sudah merdeka secara finansial?
Menghasilkan secara produktif
Kecerdasan finansial secara ”best practice” paling tidak meliputi berbagai aspek. Pertama, bagaimana menghasilkan uang dengan cara yang produktif. Apa maksudnya? Kita semua yang bekerja pasti menghasilkan uang. Namun masalahnya, apakah cara kita memperoleh uang sudah produktif? Dalam arti sudah setara antara waktu, pikiran, dan tenaga yang tercurah dengan uang yang dihasilkan? Belum tentu.
Coba dengar keluhan di sekitar kita. Sebagian karyawan selalu berpikir untuk mendapatkan kenaikan gaji terus-menerus. Akibat memikirkan kenaikan gaji terus-menerus, kerja menjadi tidak konsentrasi. Atau lebih jauh lagi, output yang diberikan ke perusahaan menurun. Pada gilirannya kinerja perusahaan bisa menurun yang mungkin berdampak pada ketidakmampuan perusahaan untuk membayar gaji dengan baik.
Orang-orang yang cerdas secara finansial, harusnya memahami bahwa sumber pendapatannya diperoleh dari gaji dan bonus, jika yang bersangkutan seorang karyawan/wati. Maka untuk bisa mendapatkan gaji atau penghasilan secara lebih, mau tidak mau harus memberikan output yang lebih besar ke perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga meningkat.
Dengan kata lain, agar bisa mendapatkan uang yang setara dengan waktu, tenaga, dan pikiran yang diberikan, lakukan kegiatan kerja secara efektif, yang memberi pengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Itu berarti bekerja dengan kualitas tinggi, bukan sekadar banyaknya jam kerja atau kuantitas tinggi.
Melindungi uang
Kedua, bagaimana melindungi uang yang sudah diperoleh. Ada istilah ”easy come, easy go”. Uang yang diperoleh dengan mudah, akan mudah pula habisnya. Tetapi, lebih parah lagi, ada kalangan yang sudah susah payah untuk mendapatkan uang, namun di sisi lain sangat mudah menghabiskan atau membelanjakannya. Malah kemudian menjadi ”lebih besar pasak, daripada tiang”.
Lantas bagaimana melindungi uang yang sudah diperoleh, terlepas apakah diperoleh secara mudah atau sulit. Tidak banyak rumusan untuk melindungi uang, karena kata kuncinya ada pada perilaku si pemilik uang. Jika seseorang mampu mengontrol pengelolaan uangnya, maka otomatis uang itu sudah terlindungi. Itu prinsip dasarnya.
Tetapi, secara kecerdasan tentu saja ada juga cara-cara jitu untuk melindungi uang, dalam hal ini pengertiannya adalah melindungi nilai uang. Jika Anda saat ini memiliki uang Rp 100 juta, di mana uang segitu bisa Anda belikan sebidang tanah misalnya. Maka jika uang itu tetap Anda pegang dalam bentuk tunai, maka belum tentu di tahun depan Anda bisa membeli sebidang tanah yang saat ini harganya setara Rp 100 juta. Dengan kata lain, nilai uang Anda mengalami penurunan. Dus, untuk melindunginya dari penurunan nilai, maka uang itu mesti ditukarkan dengan benda lain yang malah nilainya bisa mengalami kenaikan.
Seperti contoh di atas, jika Anda membeli sebidang tanah seluas 100 meter dengan nilai Rp 100 juta, maka di tahun depan, ketika Anda butuh tunai, maka tanah tersebut bisa Anda jual kembali dan harganya bisa dipastikan lebih tinggi dari Rp 100 juta. Sebut saja, misalnya Rp 110 juta. Itu berarti nilai uang Rp 100 juta saat ini setara dengan Rp 110 juta di tahun depan. Simpulannya, hati-hati menyimpan uang secara tunai, karena nilainya akan berbeda setiap tahunnya. Atau dengan kata lain, Anda mesti melakukan lindung nilai terhadap uang yang telah Anda miliki.
Mengelola anggaran
Apakah setelah mampu memberi perlindungan terhadap nilai uang atau uang yang Anda peroleh, maka persoalan selesai? Jelas belum. Cek lagi apakah kegiatan keuangan Anda sudah mampu memenuhi kaidah yang ketiga, yakni, mengelola anggaran keuangan secara efektif. Apa maksudnya? Berapa banyak penghasilan Anda yang habis untuk membiayai perilaku konsumtif, misalnya. Lalu berapa besar dari penghasilan Anda yang bisa ditabung. Atau apakah pembiayaan konsumtif Anda berdasarkan perencanaan atau habis begitu saja, mengikuti naluri.
Untuk bisa digolongkan sebagai kalangan yang memiliki kecerdasan finansial, maka setiap sen uang yang dibelanjakan mestinya berdasarkan suatu kebutuhan, dan sudah dianggarkan sebelumnya. Semuanya terencana, lalu dieksekusi dan kemudian bisa dievaluasi di mana penyimpangannya. Berapa besar penyimpangan tersebut dan selanjutnya mau memperbaiki perilaku keuangan yang dijalani. Jika Anda mampu mengelola keuangan Anda seperti itu, maka peluang Anda menuju merdeka secara finansial bukanlah hal mengada-ada.
Keempat, bagaimana mendayagunakan uang sehingga bisa menghasilkan uang. Kalau Anda sudah mampu berinvestasi dan kemudian hasil investasi itu sudah mampu membiayai kebutuhan rutin Anda, di mana investasi Anda bisa diperoleh secara berkelanjutan, maka Anda sudah masuk dalam kategori cerdas finansial dan tinggal selangkah lagi menuju merdeka secara finansial.
Lantas bagaimana wujud konkretnya? Sederhana saja. Hitung berapa biaya kebutuhan rutin Anda, lalu hitung berapa aset Anda. Setelah itu, alokasikan aset Anda ke dalam bentuk aset produktif yang bisa memberikan penghasilan. Dalam hal ini, Anda tidak perlu mencari keuntungan setinggi-tingginya, tetapi hasil yang langgeng. Dengan cara itu, berarti uang Anda sudah bekerja untuk Anda. Dan Anda akan tergolong dalam kalangan yang disebut sebagai merdeka finansial. Itulah makna kecerdasan finansial.
(Elvyn G Masassya, praktisi keuangan)
Sumber: Kompas Cetak
4 Langkah Jalani Resolusi Finansial
Selain karier dan cinta, resolusi keuangan tak kalah pentingnya.
Menurut Fidelity Investment, 46 persen orang Amerika membuat resolusi
keuangan untuk 2013. Resolusi keuangan yang paling sering dibuat adalah
sedikit belanja dan lebih banyak menabung. Sementara 62 persen orang
mengaku tak mengubah resolusi keuangannya pada tahun lalu.
Jika Anda juga memiliki resolusi keuangan pada 2013 ini, berikut beberapa kiat dari Quicken Money Management dan Merrill Edge Advisory Center:
1. Atur budget belanja.
Kebiasaan belanja yang paling membahayakan kondisi finansial adalah menggesek kartu kredit. Anda akan terjebak dalam pengeluaran yang membengkak dan baru menyadarinya di akhir bulan saat waktunya membayar tagihan tiba. Dengan membuat budget belanja, Anda bisa mengontrol pengeluaran dan ke mana uang Anda dibelanjakan setiap bulannya. Sehingga Anda punya cukup uang untuk menabung.
2. Disiplin menabung.
Siapkan uang untuk menabung, entah untuk dana pensiun, uang muka membeli rumah atau keperluan lainnya. Bayar semua kewajiban di muka sesuai posnya termasuk pos tabungan, lalu gunakan sisanya untuk keperluan lainnya.
3. Diskusi rutin dengan pasangan.
Bagi pasangan menikah, atur pertemuan rutin bulanan untuk mendiskusikan keuangan. Langkah ini memang akan menjadi rutinitas yang kadang sulit dijalankan. Tapi Anda dan pasangan perlu duduk bersama, dalam pertemuan rutin bulanan untuk mendiskusikan keuangan agar pengeluaran tetap terkendali selain Anda dan pasangan selalu punya solusi bersama menghadapi setiap masalah keuangan yang muncul.
4. Miliki dana darurat.
Agar keuangan keluarga aman terkendali, siapkan dana darurat. Jumlah 3-6 kali dari pengeluaran bulanan Anda. Dana darurat untuk pasangan menikah biasanya lebih tinggi dibandingkan lajang. Sebaiknya gunakan sistem pembayaran otomatis di rekening bank Anda untuk menyiapkan dana darurat ini.
Sumber: TIME/KOMPAS.com
Jika Anda juga memiliki resolusi keuangan pada 2013 ini, berikut beberapa kiat dari Quicken Money Management dan Merrill Edge Advisory Center:
1. Atur budget belanja.
Kebiasaan belanja yang paling membahayakan kondisi finansial adalah menggesek kartu kredit. Anda akan terjebak dalam pengeluaran yang membengkak dan baru menyadarinya di akhir bulan saat waktunya membayar tagihan tiba. Dengan membuat budget belanja, Anda bisa mengontrol pengeluaran dan ke mana uang Anda dibelanjakan setiap bulannya. Sehingga Anda punya cukup uang untuk menabung.
2. Disiplin menabung.
Siapkan uang untuk menabung, entah untuk dana pensiun, uang muka membeli rumah atau keperluan lainnya. Bayar semua kewajiban di muka sesuai posnya termasuk pos tabungan, lalu gunakan sisanya untuk keperluan lainnya.
3. Diskusi rutin dengan pasangan.
Bagi pasangan menikah, atur pertemuan rutin bulanan untuk mendiskusikan keuangan. Langkah ini memang akan menjadi rutinitas yang kadang sulit dijalankan. Tapi Anda dan pasangan perlu duduk bersama, dalam pertemuan rutin bulanan untuk mendiskusikan keuangan agar pengeluaran tetap terkendali selain Anda dan pasangan selalu punya solusi bersama menghadapi setiap masalah keuangan yang muncul.
4. Miliki dana darurat.
Agar keuangan keluarga aman terkendali, siapkan dana darurat. Jumlah 3-6 kali dari pengeluaran bulanan Anda. Dana darurat untuk pasangan menikah biasanya lebih tinggi dibandingkan lajang. Sebaiknya gunakan sistem pembayaran otomatis di rekening bank Anda untuk menyiapkan dana darurat ini.
Sumber: TIME/KOMPAS.com
2 Januari 2013
4 Langkah Jalani Resolusi Finansial
Selain karier dan cinta, resolusi keuangan tak kalah pentingnya. Menurut
Fidelity Investment, 46 persen orang Amerika membuat resolusi keuangan
untuk 2013. Resolusi keuangan yang paling sering dibuat adalah sedikit
belanja dan lebih banyak menabung. Sementara 62 persen orang mengaku tak
mengubah resolusi keuangannya pada tahun lalu.
Jika Anda juga memiliki resolusi keuangan pada 2013 ini, berikut beberapa kiat dari Quicken Money Management dan Merrill Edge Advisory Center:
1. Atur budget belanja.
Kebiasaan belanja yang paling membahayakan kondisi finansial adalah menggesek kartu kredit. Anda akan terjebak dalam pengeluaran yang membengkak dan baru menyadarinya di akhir bulan saat waktunya membayar tagihan tiba. Dengan membuat budget belanja, Anda bisa mengontrol pengeluaran dan ke mana uang Anda dibelanjakan setiap bulannya. Sehingga Anda punya cukup uang untuk menabung.
2. Disiplin menabung.
Siapkan uang untuk menabung, entah untuk dana pensiun, uang muka membeli rumah atau keperluan lainnya. Bayar semua kewajiban di muka sesuai posnya termasuk pos tabungan, lalu gunakan sisanya untuk keperluan lainnya.
3. Diskusi rutin dengan pasangan.
Bagi pasangan menikah, atur pertemuan rutin bulanan untuk mendiskusikan keuangan. Langkah ini memang akan menjadi rutinitas yang kadang sulit dijalankan. Tapi Anda dan pasangan perlu duduk bersama, dalam pertemuan rutin bulanan untuk mendiskusikan keuangan agar pengeluaran tetap terkendali selain Anda dan pasangan selalu punya solusi bersama menghadapi setiap masalah keuangan yang muncul.
4. Miliki dana darurat.
Agar keuangan keluarga aman terkendali, siapkan dana darurat. Jumlah 3-6 kali dari pengeluaran bulanan Anda. Dana darurat untuk pasangan menikah biasanya lebih tinggi dibandingkan lajang. Sebaiknya gunakan sistem pembayaran otomatis di rekening bank Anda untuk menyiapkan dana darurat ini.
sumber: KOMPAS.com
Jika Anda juga memiliki resolusi keuangan pada 2013 ini, berikut beberapa kiat dari Quicken Money Management dan Merrill Edge Advisory Center:
1. Atur budget belanja.
Kebiasaan belanja yang paling membahayakan kondisi finansial adalah menggesek kartu kredit. Anda akan terjebak dalam pengeluaran yang membengkak dan baru menyadarinya di akhir bulan saat waktunya membayar tagihan tiba. Dengan membuat budget belanja, Anda bisa mengontrol pengeluaran dan ke mana uang Anda dibelanjakan setiap bulannya. Sehingga Anda punya cukup uang untuk menabung.
2. Disiplin menabung.
Siapkan uang untuk menabung, entah untuk dana pensiun, uang muka membeli rumah atau keperluan lainnya. Bayar semua kewajiban di muka sesuai posnya termasuk pos tabungan, lalu gunakan sisanya untuk keperluan lainnya.
3. Diskusi rutin dengan pasangan.
Bagi pasangan menikah, atur pertemuan rutin bulanan untuk mendiskusikan keuangan. Langkah ini memang akan menjadi rutinitas yang kadang sulit dijalankan. Tapi Anda dan pasangan perlu duduk bersama, dalam pertemuan rutin bulanan untuk mendiskusikan keuangan agar pengeluaran tetap terkendali selain Anda dan pasangan selalu punya solusi bersama menghadapi setiap masalah keuangan yang muncul.
4. Miliki dana darurat.
Agar keuangan keluarga aman terkendali, siapkan dana darurat. Jumlah 3-6 kali dari pengeluaran bulanan Anda. Dana darurat untuk pasangan menikah biasanya lebih tinggi dibandingkan lajang. Sebaiknya gunakan sistem pembayaran otomatis di rekening bank Anda untuk menyiapkan dana darurat ini.
sumber: KOMPAS.com
Langganan:
Postingan (Atom)