Tampilkan postingan dengan label keluarga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keluarga. Tampilkan semua postingan

8 Desember 2014

Christmas This Year

There are no christmas tree, and the christmas ornament in our house this year. Our rental house full with boxes ready to send to our new house. But we have a chance to share our stuffs to other people who needs it. Abby also learn how to share her dolls and toys to other children and my mom share her collections (plenty of shoes and bags). We're realize that we always keep it and buy it again and again even the old one still can use or sometimes we're not really need it. And also if we are want to have the new one, so we have willing to release the old one. Thank you Lord for this great lesson we've learned. How wonderful Christmas for us this year.

23 Oktober 2014

3 Penelitian Mengenai "Parenting" yang Perlu Diketahui Para Orangtua

Menjadi orangtua bukan sebatas hanya menyediakan fasilitas dan memberikan pendidikan yang layak kepada anak. Sebab, sebenarnya, untuk memberikan kehidupan yang lebih baik itu dibutuhkan hal-hal yang tidak berkaitan dengan materi. Berikut ini tiga penelitian mengenai hubungan orangtua dan anak yang patut Anda simak.

Menjadi orangtua itu membahagiakan
Beberapa tahun belakangan ini, sejumlah penelitian menemukan bahwa menjadi orangtua itu sangat membahagiakan. Kadar dan kualitas kebahagiaan bisa meredam rasa sakit pada tubuh, entah itu sakit kepala atau kram perut. Hal menarik lainnya adalah ditemukan bahwa kebahagiaan yang dirasakan oleh ayah saat memiliki anak melebihi rasa bahagia seorang ibu.

Manfaat dari memprioritaskan anakMenurut studi yang dihelat oleh Ashton-James pada 2013 silam, orangtua yang selalu mendahulukan kepentingan dan kebutuhan anak memiliki pribadi yang hangat dan menyenangkan di lingkungan sosialnya. Selain itu, sikap yang demikian juga ampuh dalam menghalau energi negatif yang bisa merusak mood sepanjang hari.
"Penemuan ini menyimpulkan bahwa semakin tinggi kasih sayang dan perhatian orangtua kepada anak, semakin bahagialah dirinya," ujar James.

Bahaya terlalu disiplin terhadap anak
Sekitar 90 persen orangtua di Amerika Serikat mengaku setidaknya pernah menegur dan memarahi anak secara keras dan terbilang kasar. Sebenarnya, cara ini sama sekali tidak mendidik. Selain tidak menyelesaikan masalah, juga hanya memanjangkan dan membuat anak jadi pendendam. Hal ini sudah diteliti terhadap 967 keluarga di AS. Anak-anak yang tumbuh dengan aturan orangtua yang terlalu disiplin justru menyebabkan mereka memiliki gangguan psikologis saat dewasa.
"Gagasan bahwa keras terhadap anak bakal membuat mereka berpikir itu sebagai bentuk kasih sayang orangtua sama sekali keliru. Kehangatan hubungan dan komunikasi yang baik antar-orangtua kepada anak memberikan hasil akhir yang lebih positif pada tubuh kembang anak," ujar Ming Te Wang, ketua penelitian.

http://female.kompas.com

27 September 2014

6 Cara Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Tanpa Bantuan Obat

Cuaca yang tidak menentu bisa membuat daya tahan tubuh menurun dan mudah terserang penyakit seperti flu atau demam. Untuk itu, Anda perlu meningkatkan sistem imun dengan makan sehat dan mengasup nutrisi yang cukup.

Kesampingkan dulu meminum suplemen atau obat penguat daya tahan tubuh di apotek, tapi lakukan dengan cara alami seperti yang disarankan praktisi kesehatan holistik Dr Prasanna Kerur dari Ayush Wellness Spa, seperti dikutip dari Female First.

1. Makanlah secukupnya, konsumsi makanan yang baru dimasak dan mudah dicerna. Hindari mengonsumsi produk susu olahan dan gandum berlebihan dengan memperbanyak sayur dan buah-buahan seperti jeruk, lobak, paprika, apel dan stroberi.

2. Teh bisa bantu meningkatkan daya tahan tubuh karena kandungan antioksidannya. Jika bosan dengan teh hijau, teh hitam atau oolong, Anda bisa mencoba membuat teh herbal sendiri yang mengandung jahe, kunyit atau kayu manis. Untuk teh herbal, minumlah 3-4 cangkir sehari.

3. Jika mulai timbul gejala flu atau pilek, redakan dengan membuat minuman yang terdiri dari campuran bubuk kunyit dan madu. Campur bersama secangkir air hangat dan minum dua kali sehari.

4. Minyak almond dan wijen bisa menjadi perisai Anda menghadapi datangnya penyakit di kala hujan. Dua bahan ini mengandung antioksidan dan vitamin E yang tidak hanya baik untuk kulit tapi juga meningkatkan daya tahan tubuh.

5. Jangan lupa rutin olahraga, tapi hindari aktivitas yang terlalu berat atau berlebihan. Yoga dan pilates efektif untuk meningkatkan daya tahan tubuh, juga jogging dan jalan sehat. Selain itu olahraga juga bermanfaat membuat pikiran lebih relaks.

6. Hindari konsumsi makanan beku, olahan dan minuman dingin. Pada saat cuaca tidak menentu, dimana cuaca yang panas ekstrem bisa tiba-tiba berubah jadi dingin tubuh akan lebih memerlukan whole foods dan minuman hangat ketimbang sosis, smoked beef atau burger.

http://wolipop.detik.com/

4 Agustus 2014

Agar Mainan Anak Memberi Efek Stimulasi Kecerdasan

Dunia anak memang dunia bermain, oleh sebab itu kita sebagai orangtua tidak seharusnya merampas hak anak untuk bermain. Bermain memiliki banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak, antara lain melatih motorik kasar dan halus, melatih kemandirian, komunikasi, dan banyak lagi.

Porsi bermain anak berusia 0-5 tahun idealnya adalah 25 persen dari seluruh aktivitas hariannya atau sekitar 4-6 jam. Menurut hasil survei online yang diadakan oleh Fisher Price terhadap 690 responden di Indonesia, sebanyak 46 persen anak sudah memenuhi kriteria tersebut, 22 persen sebanyak 6-8 jam perhari, dan 20 persen bermain sebanyak 1-3 jam.

Karena porsi bermain yang cukup besar itulah, stimulasi yang diberikan selama kegiatan bermain memiliki peran besar dalam pembentukan kecerdasan.

Dari hasil survei tersebut juga terungkap orangtua memiliki motivasi untuk mengoptimalkan perkembangan buah hatinya dengan membeli mainan. Bidang yang diinginkan untuk dikembangkan adalah 79 persen kognitif, 79 persen fisik, dan 72 persen emosional.
 
Menurut psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, supaya permainan anak juga memberi manfaat stimulasi, ada dua prinsip yang harus dipenuhi. Pertama, pendampingan saat anak bermain.
 
"Jika anak bermain begitu saja tanpa adanya pendampingan, tidak akan tercipta stimulasi untuk pertumbuhan dan perkembangannya," ujarnya dalam talkshow seputar permainan anak beberapa waktu lalu di Jakarta.
 
Pendampingan bisa berupa mengajarkan cara memainkan mainan, baik dengan cara yang seharusnya maupun membuat variasi cara lain. Selain itu, orangtua juga bisa mengajak anak memainkan mainan dengan bernyanyi dan bergerak. Untuk itu orangtua perlu mengagendakan kegiatan bermain bersama anak setiap harinya.
 
Kedua, dalam mengoptimalkan stimulasi, orangtua perlu memberikan mainan pada anak sesuai dengan kategori usianya. Bila kategori usia mainan lebih rendah dari usianya, anak akan lebih mudah merasa bosan karena tidak ada tantangan. Sebaliknya, bila terlalu tinggi dari kategori umurnya, anak umumnya tidak akan mampu menikmati mainan yang diberikan.


http://health.kompas.com

3 Juni 2014

Kiat Menjadi "Role Model" untuk Anak

 Orangtua adalah panutan (role model) anak, maka dari itu berhati-hatilah dalam bersikap serta berbicara saat sedang bersama mereka. Pasalnya, segala tingkah laku, perkataan, dan sikap orangtua bisa ditiru oleh anak.

Menjadi role model bukan berarti Anda harus jadi orangtua yang serba sempurna dalam segala hal. Berikut beberapa tip menjadi orangtua yang bermanfaat pada anak.

1. Menahan pintu di tempat-tempat umum
Ketika berjalan-jalan di mal, perpustakaan, atau restoran, bantulah anak atau orang lain di belakang Anda dengan menahan pintu. Cara yang demikian mengajarkan anak tentang sikap saling menghargai dan bertanggungjawab terhadap orang di sekitar Anda.

2. Merawat binatang peliharaan atau tanaman
Memiliki hewan peliharaan atau tanaman kesayangan memang bisa membantu mengurangi tingkat stres Anda. Selain itu, juga bisa mengajarkan kepada anak tentang pentingnya memberikan dan menunjukkan kasih sayang pada mahluk hidup lainnya.

3. Membaca
Tak cuma anak-anak yang harus dipaksa untuk belajar dan membaca, tetapi Anda juga harus rajin membaca. Ajak anak-anak untuk membaca buku favorit masing-masing. Membaca akan membantu anak untuk lebih menghargai, menikmati kata-kata, mendapat banyak pesan moral positif dan memperluas pengetahuan.

4. Bersenang-senang
Tak ada yang salah dengan menikmati hidup asal tahu batasannya. Biarkan anak-anak tahu bahwa sesekali perlu bermain di luar, dan jangan takut dengan noda serta kotoran.  Tunjukkan pada anak bahwa bersenang-senang dan merayakan keberhasilan itu juga hal yang baik.

5. Memiliki banyak teman
Undang teman-teman se-geng Anda untuk makan malam di rumah, atau sekadar ngobrol seru bersama mereka. Obrolan-obrolan positif antara sahabat akan mengajarkan anak tentang pentingnya bersosialisasi dengan orang lain dan berinteraksi lewat tatap muka. Selain itu, hal ini juga akan memberitahu anak tentang manfaat sahabat dalam kehidupan. Ini adalah pelajaran yang sangat penting untuk kehidupan anak di masa mendatang.

6. Menjaga kesehatan
Di sela-sela kesibukan Anda, sempatkan sedikit waktu untuk berolahraga. Dengan demikian, anak akan tahu pentingnya menjaga kesehatan dengan beraktvitas. Selain itu, mereka juga belajar untuk menerima olahraga sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

7. Jadilah konsumen yang cerdas
Jangan mumpung sedang diskon besar, Anda langsung kalap belanja. Mungkin Anda tidak sadari, anak akan menyerap gaya belanja orangtua dan menganggap hal yang Anda lakukan sebagai kewajaran. Maka dari itu, jadilah pembeli yang cerdas yang tidak mudah temakan rayuan diskon ataupun  promosi kartu kredit.
8. Perlakukan orangtua dengan hormat
Jika Anda masih memiliki orangtua atau mertua, perlakukanlah mereka dengan baik dan sopan. Tak cuma itu, jika bertemu dengan orang yang usianya lebih tua dari Anda, bersikaplah dengan hormat. Ini akan membantu Anda mengajarkan anak-anak bahwa orangtua adalah sosok yang harus diperlakukan dengan hormat dan sopan.

http://female.kompas.com

2 April 2014

Ini Akibatnya Jika Anak Jarang Bermain

Tuntutan persaingan di sekolah saat ini membuat anak-anak disibukkan dengan kegiatan les hampir setiap hari. Akibatnya, waktu mereka untuk bermain jadi berkurang.
Selain karena tak mau anak tertinggal dari teman-teman sekolahnya, orangtua juga kerap merasa takut bila anak banyak bermain. Misalnya, takut anak terjatuh saat berlari-larian di luar, atau takut terserang kuman saat bermain tanah.

Namun, kekhawatiran berlebih orangtua mengenai aktivitas bermain anak justru dapat memengaruhi perkembangan anak di masa depan.
“Biasanya anak-anak yang kerap dilarang bermain oleh orangtuanya agak cenderung kaku dan tidak fleksibel, kemudian emosinya juga negatif karena mereka merasa selalu ditekan dengan banyaknya aturan ada. Anak jadi menarik diri, ada yang memberontak, dan macam-macam,” terang psikolog Mayke S. Tedjasaputra, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Anak juga bisa jadi sulit bergaul dan tidak terampil untuk melakukan banyak hal, karena anak merasa takut. Kerap dilarang bermain membuat inisiatif dan kreativitas anak juga kurang berkembang. Akibatnya anak bisa merasa kurang percaya diri.
Bila hal ini terus berlangsung, kelak anak jadi tidak berani mengungkapkan pendapat, tidak bebas memilih, dan menentukan apa yang akan dilakukan. Anak tidak mampu memprioritaskan yang lebih penting dan tidak penting. Padahal, inilah yang sangat penting saat anak jadi dewasa.

Pada dasarnya, orangtua pasti ingin membentuk anaknya jadi seorang anak yang cerdas, kreatif, mandiri, demikian menurut psikolog anak dan keluarga, Roslina Veraulii.
Namun untuk mencapainya, orangtua cenderung memilih memberikan segudang les yang terkadang membuat anak sangat sibuk. Dampaknya waktu bermain anak berkurang, dan membatasi waktu dan tempat bermain di dalam rumah saja. Padahal ini justru akan menimbulkan banyak keluhan dari anak.

“Belajar yang hanya berpusat pada kegiatan akademis yang membutuhkan usaha mental tinggi dan berkepanjangan, dampaknya justru anak lelah, terganggu emosinya, atensi konsentrasinya minim, bahkan ada banyak keluhan fisik. Misalnya anak merasa pusing atau sakit perut,” tambah Roslina.
Jangan lupa, bermain tak hanya menimbulkan rasa senang dan membuat anak dapat melepaskan energi positif maupun negatif. Selain itu kegiatan bermain juga menjadi sarana anak-anak untuk mengembangkan diri secara optimal.

http://nationalgeographic.co.id

Buah dan Sayuran Dapat Kurangi Risiko Kematian

Makan banyak buah-buahan dan sayuran dapat secara substansial mengurangi risiko kematian. Dalam sebuah studi, peneliti menganalisis kebiasaan makan lebih dari 65 ribu orang di Inggris antara 2001 dan 2013. Mereka menemukan bahwa orang yang makan tujuh porsi atau lebih buah-buahan dan sayuran segar setiap hari memiliki risiko kematian pada usia berapa pun 42 persen lebih rendah dibanding mereka yang makan kurang dari satu porsi per hari.

Risiko kematian berkurang hingga 36 persen pada mereka yang mengonsumsi 5-7 porsi, 29 persen dengan 3-5 porsi, dan 14 persen dengan 1-3 porsi, menurut temuan yang dipublikasi di Journal of Epidemiology and Community Health ini.
"Kita semua tahu bahwa makan buah dan sayuran sehat, tetapi ukuran efeknya sungguh mengejutkan," kata seorang peneliti, Oyinlola Oyebode, di Departemen Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat dari University College London. "Jika Anda senang untuk camilan wortel atau sayuran lain, maka itu adalah pilihan yang besar. Tetapi jika Anda suka sesuatu yang manis, pisang atau buah apa pun juga bagus."

Para peneliti mengatakan temuan mereka menunjukkan bahwa makan tujuh porsi atau lebih buah dan sayuran mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung sebesar 31 persen dan risiko kematian akibat kanker sebesar 25 persen.

Secara keseluruhan, sayuran memiliki manfaat kesehatan yang lebih kuat dari buah. Setiap porsi harian sayuran segar mengurangi risiko kematian secara keseluruhan sebesar 16 persen, dibandingkan dengan 13 persen per porsi salad dan 4 persen per porsi buah segar, kata para peneliti.
Namun, penelitian ini tidak menemukan manfaat kesehatan yang signifikan dari jus buah, buah kalengan, atau buah beku. Mereka bahkan merekomendasikan untuk tak mengkonsumsinya. "Hampir semua buah kalengan mengandung kadar gula tinggi dan varietas yang lebih murah yang dikemas dalam sirup," kata Oyebode. "Dampak kesehatan negatif dari gula mungkin lebih besar daripada manfaatnya."

https://id.berita.yahoo.com/

1 April 2014

Kiat Menghadapi Si Kecil yang Emosional

Menurut para ahli, bayi berusia delapan minggu sebenarnya sudah bisa memperlihatkan emosi atau suasana hati yang mereka rasakan pada orangtua. Namun, emosi ini umumnya ditanggapi orangtua sebagai “sinyal” akan rasa lapar, mengantuk, dan tidak nyaman karena popok yang telah penuh.
Seperti dikutip dari Psychology Today, Victoria Manion Fleming, Psikolog, mengatakan “Selain pendidikan, sebaiknya orangtua juga mengajarkan anak untuk cakap dalam mengelola emosinya. Sebab, kualitas perilaku merupakan bekal yang terbilang penting untuk masa depan anak,”
Apabila buah hati Anda mudah marah, mengamuk, dan menangis, lain waktu emosi mereka sedang memuncak, bantulah sang buah agar tenang dengan langkah berikut:

Mengatasi si kecil yang pemarah
Pantangan untuk orangtua dalam menangani anak yang suka marah-marah adalah meresponnya dengan omelan, pukulan, dan hukuman. Sebab,  hal seperti itu hanya akan membuat si kecil semakin frustrasi dan menganggap Anda sebagai musuh.
Redakan amarah anak dengan menggenggam tangannya dan tataplah matanya, tenangkan si dia dengan usapan yang nyaman pada pundak serta punggung. Kemudian, setelah emosinya mereda, ajak anak bicara baik-baik dengan menanyakan apa yang menyulut emosinya. Setelah anak menjelaskan, berikanlah nasihat  positif bahwa kebiasaannya tersebut dapat membuatnya sesak napas, kepalanya pusing, dan matanya perih karena berteriak-teriak sembari nangis. Selain itu, Anda sendiri sebagai orangtua dan panutan dalam keluarga, jangan terbiasa marah-marah di rumah, apalagi di depan anak. Ingat, anak selalu mencontoh apa yang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya.

Mengatasi si kecil yang mudah sedih
Apabila si kecil mudah merasa sedih, ini berarti ia memiliki hati yang sensitif dan terlampau peka. Jangan menyudutkan anak dengan menyebutnya cengeng, sebaliknya hiburlah hatinya saat sedang merasa muram dengan melakukan berbagai hal yang ia sukai, entah makan es krim, menonton tayangan kartun favoritnya, sembari mengajaknya berbagi kesedihan yang ia rasakan pada Anda.
Anak yang mudah sedih umumnya merasa kesepian, maka dari itu ketika Anda mendengarkan keluh kesahnya, itu akan membesarkan hati dan meringankan beban pikirannya.

Mengatasi anak penakut
Hanya karena anak takut tidur di dalam kamar yang gelap, Anda langsung melabelinya sebagai si penakut atau si pengecut. Hentikan kebiasaan memberikan julukan bermakna negatif, cara ini hanya akan meluruhkan rasa percaya diri anak. Sebenarnya, wajar saja kalau si kecil takut dengan kegelapan, atau tidak berani bermain dengan hewan-hewan tertentu. Sebagai orangtua sudah kewajiban Anda melindungi anak dari hal-hal yang membuat mereka ketakutan, tetapi juga jangan berlebihan. Cari tahu apa yang menyebabkan si kecil takut dan latihlah dirinya secara perlahan untuk menaklukan fobianya tersebut, agar tidak terbawa-bawa ketika mereka dewasa.

http://female.kompas.com

Biar Panjang Umur, Rajinlah Makan Buah dan Sayur

Buah dan sayur sudah lama diketahui baik untuk kesehatan. Kini sebuah studi berskala besar mengungkap, konsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang cukup secara substansial dapat mengurangi risiko kematian.
Para peneliti menganalisis kebiasaan makan pada lebih dari 65.000 orang di Inggris antara tahun 2001 dan 2013. Mereka menemukan, orang yang makan tujuh atau lebih porsi buah dan sayuran segar memiliki risiko kematian 42 persen lebih rendah pada usia berapa pun dibandingkan rekan mereka yang makan dalam porsi lebih sedikit.
Studi yang dimuat dalam Journal of Epidemiology and Community Health tersebut menemukan, risiko kematian berkurang 36 persen dengan makan lima hingga tujuh porsi buah dan sayur sehari. Sementara itu, risiko tersebut berkurang 29 persen dengan makan tiga hingga lima porsi, dan 14 persen dengan makan satu hingga tiga porsi dalam sehari.
Kendati demikian, studi tidak membuktikan bahwa makan buah dan sayur dalam jumlah banyak dapat menekan risiko kematian. Studi hanya menemukan hubungan antara konsumsi produk segar dan risiko kematian yang lebih rendah.
Para peneliti mengatakan, konsumsi tujuh atau lebih porsi buah dan sayur mengurangi risiko kematian dari penyakit jantung sebanyak 31 persen dan dari kanker hingga 25 persen.
"Kita tahu makan buah dan sayur itu sehat, namun efeknya ternyata mengejutkan," ujar penulis studi Oyinlola Oyebode, dari departemen epidemiologi dan kesehatan masyarakat di University College London.
Secara keseluruhan, sayuran lebih memberikan manfaat kesehatan daripada buah. Setiap porsi harian sayuran segar mengurangi risiko kematian 16 persen, dibandingkan dengan 13 persen per porsi salad, dan 4 persen per porsi buah segar. Sementara itu, tidak ada manfaat kesehatan yang signifikan dari jus buah.

http://health.kompas.com

Punya Anak Perempuan Bikin Ibu Lebih Modis

Siapa bilang setelah jadi ibu, perempuan tidak bisa lagi tampil gaya dan terlihat cantik? Anda bisa kok tampil cantik dan menjadi yummy mummy seperti saat masih lajang dulu.
Michelle Obama, Kate Moss, dan Samantha Cameron adalah contoh perempuan yang tetap terlihat cantik dan modis sekalipun sudah memiliki anak.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh toko ritel Gray & Osbourn mengungkapkan bahwa ternyata ada pengaruh antara anak dan penampilan seorang ibu. Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak perempuan cenderung lebih stylish dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak laki-laki. Lebih dari seperempat perempuan yang disurvei setuju dengan hal ini.

Kepedulian ibu yang memiliki anak perempuan terhadap fashion ini disebabkan putri-putri mereka akan membantu dan menjadi penata gaya ketika usia mereka bertambah.

Lebih dari setengah perempuan yang disurvei (51 persen) mengatakan bahwa mereka lebih percaya pendapat anak perempuan mereka dibandingkan penilaian orang lain. Bahkan, 78 persen perempuan di atas usia 50 tahun mengatakan kalau mereka lebih senang membiarkan anak perempuannya yang memilihkan busana untuk mereka.

Sebaliknya, hanya lima persen perempuan yang ingin meminta saran gaya busana dari anaknya. Sekitar delapan persen perempuan berusia 45 tahun ke atas mengaku mengambil saran busana dari suaminya.

"Seiring waktu membesarkan anak laki-laki, ibu biasanya tidak terlalu tertarik dengan mode. Namun, ibu dengan anak perempuan akan memiliki minat pada fashion karena secara tak langsung anak perempuannya akan mengenal fashion," kata psikolog, Honey Langcaster-James.

Selain itu, Honey menambahkan, jalinan kedekatan anak perempuan dengan ibunya akan menjadi sebuah sumber dukungan serta dorongan untuk memutuskan gaya busana yang digunakan.

"Alasan paling umum adalah anak perempuan itu lebih kritis dan bisa menawarkan nasihat yang baik, bahkan memberi unsur kompetisi untuk melihat gaya siapa yang terbaik," katanya.

Lucunya, hubungan ibu dan anak perempuan ini tak hanya sebatas itu. Sebanyak 40 persen anak perempuan berusia 19-34 tahun mengatakan kalau mereka tidak akan membiarkan ibunya berbelanja baju tanpa pengawasan mereka.

"Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan antara ibu dan anak perempuan, juga betapa perempuan itu lebih suka dan menghargai pendapat yang jujur serta bisa dipercaya," ujar Honey.

http://female.kompas.com

Berbahagialah Orangtua yang Memiliki Anak Perempuan

Melalui sebuah penelitian, para ilmuan menyimpulkan bahwa keluarga yang memiliki anak perempuan cenderung lebih bahagia, sukses, dan mereka yang memiliki saudara perempuan berpotensi untuk umur panjang.
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Ulster di Irlandia Utara menyatakan, anak perempuan dalam keluarga merupakan energi penyeimbang. Terutama saat terjadi sesuatu yang menyedihkan dan menyakitkan, seperti misalnya perceraian orangtua, kematian, anggota keluarga terjangkit penyakit keras, dan sebagainya. Alasannya, karena secara alamiah perempuan dianugerahi kepekaan perasaan dan kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik serta membicarakan beban yang mereka rasakan. Personifikasi yang demikian membuat mereka tidak memendam pikiran dan masalah dalam hati.
Penelitian ini melibatkan partisipan sebanyak 571 orang dengan kisaran usia antara 17 hingga 25 tahun. Mereka diberikan angket berisi serangkaian pertanyaan mengenai pandangan mereka akan masa depan, apa yang mereka lakukan saat terbentur masalah, dan sebagainya. Akhirnya terangkum informasi yang menyatakan bahwa partisipan yang memiliki saudara perempuan ditemukan lebih bahagia dan menikmati hidup dengan pikiran yang terbuka.

Selain itu, partisipan yang dibesarkan oleh orangtua yang bercerai, ternyata tetap mampu menjalani kehidupan secara normal berkat memiliki saudara perempuan yang menjadi tempat mereka berbagi dan saling mendukung. “Penemuan ini bisa dijadikan materi menguntungkan bagi psikolog anak, lembaga konsutan keluarga, atau pihak lainnya yang menawarkan bantuan bagi anak-anak yang menjadi “korban” perceraian orangtua,” ujar Professor Tony Casdidy, Ketua Penelitian.
Menurut Tony, memiliki anak dan saudara perempuan mendorong komunikasi antar anggota keluarga lainnya menjadi lebih baik. Seperti yang kita ketahui dalam ilmu psikologi, mengemukakan perasaan emosional berdampak postitif bagi kesehatan batiniah manusia.

http://female.kompas.com

16 Februari 2014

Jadi Ibu? Berhentilah Membandingkan Anak

Sikap suka membanding-bandingkan anak sering ditemui pada ibu baru. Berbagai hal dibandingkan, mulai dari berat badan bayi, kemampuan motorik anak, sampai pola asuh.

Menurut Kathy Seal, psikolog, sikap suka membanding-bandingkan tersebut adalah hal yang normal. Bahkan ia menyebutnya sebagai insting bertahan hidup alami manusia.

"Kita memang terprogram untuk mendorong mendorong anak-anak berkompetisi. Bahkan, anak-anak di zaman nenek moyang kita harus kuat agar bisa bersaing dalam berburu. Karena itu hal yang natural jika kita anak kita punya keterampilan yang lebih," kata penulis buku Pressured Parents, Stressed-out Kids: Dealing With Competition While Raising a Successcufl Child ini.

Meski begitu, sikap terlalu ingin bersaing dan membandingkan bisa membuat kita stres. Sikap ini juga membuat kita kurang menghargai apa yang sudah dicapai anak.

Berikut adalah beberapa hal yang sering dibandingkan para ibu:

-Tahapan tumbuh kembang
Sebagai ibu kita memang wajib memperhatikan ada tidaknya gangguan atau keterlambatan tumbuh kembang anak. Sehingga tak heran jika kita sering cemas jika anak belum mampu menguasai motorik kasar di usia tertentu.

Namun tahapan tumbuh kembang anak sangat bervariasi, entah itu saat mereka mulai duduk, merangkak, atau berjalan. Karena itu sebaiknya Anda tidak perlu khawatir sejauh anak mencapai milestone pada rentang waktu yang masih normal.

Nikmati dan hargai kemampuan anak pada saat ini. Selalu ingatkan diri sendiri bahwa kita tak bisa memaksa anak mencapai milestone tertentu jika mereka belum siap.

- Waktu tidur
Banyak orangtua baru yang merasa kelelahan mengasuh si kecil karena mereka terkadang sulit tidur di malam hari. Memang ada bayi yang tidur nyenyak di malam hari, tetapi sebagian lain sulit terpejam dan sebentar-sebentar bangun.

Seperti halnya tumbuh kembang bayi, pola tidur anak juga bervariasi. Karena itu daripada Anda sibuk bertanya bagaimana cara membuat bayi tidur dan hal itu tidak berhasil pada bayi Anda, lebih baik fokus pada upaya agar Anda bisa selalu ikut tidur saat bayi juga tidur.

Jika bayi memang sulit tidur, Anda bisa meminta tolong pengasuh, suami, atau orangtua Anda, untuk menggantikan menggendong bayi sehingga Anda bisa beristirahat sebentar.

- Perilaku anak
Anak-anak memang "milik" orangtuanya, tetapi kita tidak bisa memilih temperamennya. Seperti halnya warna kulit, banyak sifat dan perilaku anak yang merupakan bawaan sejak lahir.

Meski si kecil tidak selalu bersikap manis, tetapi kita tetap perlu menerapkan disiplin atau koreksi halus saat ia melakukan sesuatu yang berbahaya, tidak sopan, atau merusak.

Namun, jika sudah berhadapan dengan sesuatu yang memang merupakan sifatnya, bersikap menerima adalah kuncinya. Jika Anda orang yang supel sementara si kecil pemalu, atau Anda suka olahraga sementara anak lebih suka menari, yang bisa Anda lakukan adalah menerima apa adanya si anak.

- Menu makanan
Anda merasa kagum sekaligus iri karena teman Anda bisa membuat rumahnya selalu rapi dan juga rajin membuat makanan untuk bayi dengan resep yang selalu berganti.

Membandingkan diri sendiri dengan "ibu super" hanya akan membuat Anda merasa rendah diri, bahkan merasa gagal. Bersikaplah realistis dan luangkan waktu untuk fokus pada pola asuh Anda sendiri. Cari apa yang paling Anda banggakan.

Ini bukan berarti Anda tidak boleh bersaing, tetapi daripada membuat diri merasa frustasi, lebih baik ambil pelajaran dari para ibu hebat itu. Lagi pula, tanpa Anda sadari mungkin Anda juga membuat iri para ibu lain.

http://female.kompas.com

11 Februari 2014

Libatkan Teman, Bebaskan Si Kecil dari Obesitas

Obesitas merupakan faktor risiko dari banyak penyakit degeneratif, tidak hanya pada orang dewasa tetapi juga pada anak. Namun membuat anak terbebas dari obesitas cenderung lebih sulit daripada orang dewasa mengingat mereka masih dalam masa pertumbuhan. Baru-baru ini sebuah studi asal Kanada membuktikan, cara efektif untuk melakukannya, yaitu dengan melibatkan teman-teman si Kecil.

Untuk memperoleh simpulan tersebut, para peneliti menganalisis pada anak-anak yang mengikuti program hidup sehat bersama anak-anak lain yang lebih tua. Dalam program yang disebut dengan Healthy Buddies program tersebut, anak-anak belajar soal makanan sehat, aktivitas fisik, dan pencitraan tubuh positif dari anak-anak yang lebih tua, bukan dari guru atau pelatih.
Hasilnya, ukuran pinggang anak-anak tadi mengalami penurunan serta ada perbaikan pada rasa percaya diri mereka. Maka, para peneliti pun berpendapat program tersebut berpotensi untuk mengurangi laju obesitas anak.

Penulis studi Jonathan McGavock dari University of Manitoba mengatakan, sebelumnya program serupa pernah dilakukan di University of British Columbia dan berhasil. Sejauh ini, program Healthy Buddies yang berlangsung selama 21 minggu ini pun cukup menjanjikan.
Pada 2009, para peneliti melibatkan 647 anak dari 19 sekolah dasar di Manitoba. Anak-anak dari 10 sekolah dipilih secara acak untuk mengikuti program Healthy Buddies, sementara yang tidak terpilih dijadikan sebagai kelompok kontrol.

Di awal studi, para peneliti mengukur lingkar pinggang dan indeks massa tubuh peserta. Selain itu, peneliti juga melakukan penghitungan pada aktivitas fisik, tingkat kesehatan, percaya diri, serta pengetahuan hidup sehat, dan kebiasaan makan mereka. Pada saat itu, diketahui 36 peserta mengalami obesitas.

Setelah program berakhir, peneliti menemukan bahwa peserta mengalami penurunan ukuran pinggang hingga rata-ratanya mencapai 1,9 sentimeter. Sementara pada kelompok kontrol, hal ini tidak terjadi. "Lingkar pinggang merupakan parameter yang penting sebagai faktor risiko utama dari diabetes tipe 2 dan penyakit kronis," ujar McGavock.

Menurut studi yang dipublikasi dalam JAMA Pediatrics tersebut, peserta yang ikut serta dalam program juga mengalami perubahan positif pada rasa percaya dirinya. Program juga dinilai lebih efektif dari segi biaya karena tidak perlu membayar lebih mahal untuk guru ataupun pelatih.

http://health.kompas.com/

24 Januari 2014

Kiat Menjadi Ibu yang Sempurna

Menjadi orangtua adalah pekerjaan yang paling penting dan berharga di dunia ini, kehidupan anak Anda tergantung pada didikan Anda. Karenanya, banyak orangtua terutama Ibu yang berusaha untuk menjadi orangtua sempurna bagi anaknya.

Menurut penelitian di India mengatakan bahwa kehidupan dan pribadi setiap anak itu unik dan tidak ada buku khusus yang mampu menguraikan jawaban yang tepat untuk setiap pertanyaan dari anak selain Anda sendiri sebagai orangtuanya.

Andalah yang berkomunikasi dengan anak sehari-hari, kecuali jika Anda menitipkannya kepada pengasuh maka Anda tidak akan bisa beradaptasi dan mengerti kebutuhan anak sebenarnya.
Pastikan untuk mengikuti naluri Anda sebagai ibu, karena Anda harus menjadi orang yang paling mengenal anak Anda daripada orang lain. Jika Anda tidak mengasuhnya sendiri, maka jangan harap Anda dapat mengetahui perkembangan sang buah hati secara langsung dengan baik.

Menjadi ibu yang sempurna memang mengharuskan Anda berkorban dan merelakan semua kepentingan pribadi Anda guna melihat tumbuh kembang si kecil. Karena lewat pengasuhan dari Anda sendiri, bisa memperkaya kehidupan buah hati dan lebih mengetahui apa yang dibutuhkannya sesuai perkembangan si anak.

Dari situ juga, Anda dapat belajar dan mengetahui kesalahan dan kebaikan yang harus dilakukan oleh orangtua untuk mendidik anak mereka menjadi pribadi yang baik.
Sikapi pola asuh ini seperti sebuah pekerjaan, menjadi orangtua bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja, melainkan kewajiban harus Anda lakukan setiap hari dan harus memberikan yang terbaik agar mendapatkan hasil yang terbaik lewat pertumbuhan anak Anda kelak.

http://female.kompas.com

5 Januari 2014

Kurangi Memakai Gadget Saat Makan Bersama

Orang tua yang membiarkan anak remajanya memakai peralatan elektronik atau menonton televisi selama waktu makan bersama keluarga cenderung mengkonsumsi nutrisi makan lebih sedikit. Bahkan, punya komunikasi buruk dengan keluarga.

Hal ini diungkapkan dalam penelitian terbaru. Dulu para ahli menyarankan agar mematikan televisi selama waktu makan keluarga berlangsung. Namun, dengan perkembangan telepon seluler dan peralatan elektronik lain dalam genggaman, anak-anak masa kini membawa semua gadget itu ke meja makan.

Temuan-temuan dari hasil riset terbaru menunjukkan bahwa menggunakan media (elektronik) saat waktu makan sangat umum di antara keluarga-keluarga yang punya remaja. Namun, "Aturan penggunaan media bisa menurunkan penggunaan media di kalangan remaja dan mempunyai efek positif lainnya," ujar penulis hasil riset Jayne A Fulkerson seperti dikutip Reuters edisi 2 Januari 2014.

Fulkerson adalah direktur dari Center for Child and Family Health Promotion Research di University of Minnesota School of Nursing di Minneapolis. "Orang tua bisa menghentikan penggunaan media selama makan bersama sehingga punya waktu yang lebih berkualitas dengan anak-anak mereka," ujar dia.

Fulkerson dan rekan-rekannya mewawancarai lebih dari 1.800 orang tua mengenai seberapa sering mereka mengizinkan anak-anak remaja mereka untuk menonton televisi, berbicara di telepon, mengirimkan SMS, bermain games atau mendengarkan musik dengan headphones selama waktu makan bersama keluarga.

Penelitian menanyakan para orang tua apakah mereka membuat aturan dalam penggunaaan media elektronik. Penelitian juga menyoal apakah mereka merasa waktu makan bersama keluarga adalah hal yang penting. Anak-anak menjawab pertanyaan mengenai seberapa bagus komunikasi keluarga mereka, termasuk berapa sering mereka berbicara mengenai masalah mereka dengan orang tua.

Hasilnya, dua pertiga orang tua melaporkan bahwa anak-anak remaja mereka menonton televisi atau film selama waktu makan bersama keluarga. Sementara seperempatnya mengatakan bahwa menonton televisi merupakan hal yang rutin dilakukan.


Namun, berkirim SMS, berbicara di telepon, mendengarkan musik dengan headphones dan menggunakan games di tangan lebih jarang dilakukan saat makan bersama. Sebanyak 18-28 persen orang tua melaporkan aktivitas tersebut terjadi saat waktu makan, demikian diungkapkan Journal of Academy of Nutrition and Dietetics.

Hampir tiga perempat dari orang tua mengatakan bahwa mereka mengatur waktu penggunaan media saat makan bersama. Hasil riset itu juga mengungkapkan bahwa anak perempuan lebih cenderung menggunakan media elektronik ketimbang anak lelaki. Selain itu, penggunaan gadget meningkat seiring bertambahnya usia.

Pada keluarga yang kurang berpendidikan, penggunaan media elektronik juga lebih tinggi. Selain itu, waktu makan bersama dengan penggunaan media elektronik lebih sedikit pada keluarga yang orang tuanya memberikan beberapa aturan. Sebaliknya, penggunaan media elektronik lebih banyak pada keluarga yang tidak terlalu banyak berkomunikasi.

Riset ini juga menunjukkan bahwa orang tua yang melaporkan penggunaan media elektronik lebih sering dilakukan saat makan bersama ternyata lebih jarang menyajikan salad hijau, buah-buahan, sayuran, 100 persen jus dan susu selama waktu makan. Mereka lebih sering menyajikan minuman berpemanis. Namun, para ilmuwan tidak bertanya apakah para orang tua juga menggunakan media elektronik saat waktu makan bersama.


http://www.tempo.co

19 November 2013

Antisipasi Anak Hilang, Ajarkan Ini ke Anak

Beberapa pekan lalu publik Jakarta khususnya, diramaikan oleh berita hilangnya Alma Aini Hakim (6), di kawasan Monas. Beruntung ia dirawat oleh keluarga yang baik hati dan akhirnya bisa ditemukan.

Apa sebetulnya yang terjadi pada Alma? Kemampuan kognitif seorang anak berkembang secara bertahap dan sesuai usianya. Contohnya, di usia 2 tahun anak biasanya akan mempelajari lingkungan rumah tempat tinggalnya, seperti di mana ruang tamu, kamar tidur, dan sebagainya.

Di usia 3-4 tahun, anak belajar tentang lingkungan tetangga, dan di usia 5 tahun, ia belajar lingkungan rumah ke sekolah, dan seterusnya. Anak juga belajar memahami orang-orang di lingkungannya, seperti orangtua, kakak, tante, dan sebagainya.

Situasi lebih rumit dihadapi anak ketika ia kehilangan orangtua atau orang yang mendampinginya di keramaian. Adib Setiawan, MPSi, psikolog dari www.praktekpsikolog.com, Jakarta, menyarankan orangtua atau orang dewasa yang mendampingi anak untuk tetap berdiri di tempat semula, karena seorang anak secara alamiah akan kembali ke tempat semula.

Biasanya anak baru memahami langkah yang harus ia lakukan supaya tidak hilang ketika ia duduk di kelas 4 SD. Ia sudah berpikir secara abstrak, bukan hanya simbol. Sebelum kelas 4 SD atau di bawah 10 tahun, mau tidak mau anak harus selalu berada di dekat orangtua, apalagi ketika di keramaian.

Ajarkan anak berkomunikasi dengan orang yang dikenal atau tidak dikenal, orang yang sepertinya bakal berbuat jahat atau tidak. "Kenalkan berbagai tipe dan profesi, seperti pengemis, petugas keamanan, pedagang, sehingga kemampuan kognitif dan wawasan terhadap lingkungannya berkembang," jelas Adib. Ketika ia tersesat anak bisa melapor ke petugas keamanan.

Lalu, apa yang harus diajarkan orangtua pada anaknya di keramaian dan mengantisipasi jika suatu saat anak tersesat atau hilang? Yang pertama, kata Adib, minta anak berdiri di tempat-tempat yang terlihat, dan minta ia untuk tidak pergi ke mana-mana. Kenakan baju yang mencolok supaya lokasi anak bisa terlihat.

Khusus untuk anak yang mengalami gangguan perkembangan kogntifi, Adib menyarankan agar mengenakan baju dengan nama (name tag) menyatu dengan pakaian, nama orangtua, serta nomor kontak yang bisa dihubungi. Ini karena anak-anak seperti ini lebih sulit berkomunikasi.

Orangtua juga harus selalu menjaga dan mengawasi anaknya, misalnya dengan menggandengnya atau berjalan di belakang anak supaya selalu terpantau. "Orangtua sebaiknya tidak 'menitipkan' pengawasan anak ke orang lain, karena pasti rasa pedulinya berbeda," katanya.

 http://female.kompas.com

11 November 2013

Sediakan Waktu 10 Menit demi Kecerdasan Anak

Salah satu fase paling membahagiakan bagi orangtua ialah ketika sang buah hati mulai masuk sekolah. Pada fase ini, orangtua harus menyikapinya dengan hati-hati.
Meskipun baru pada tahapan pertama sekolah, bukan berarti ia tidak dibebani dengan pekerjaan rumah. Justru sebaliknya, di sinilah tugas Anda untuk mendampingi anak agar tidak berat menjalaninya.
Amy Murray, Kepala Sekolah Early Childhood Education, mengatakan, penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa pada tahun sekolah dasar, satu-satunya pekerjaan rumah yang membawa manfaat bagi anak-anak adalah membaca secara rutin di rumah.
"Anak-anak bekerja keras sepanjang hari di sekolah. Nah, saat di rumah, mereka harus memiliki waktu untuk bersantai dan berkomunikasi kembali dengan keluarga mereka. Tumpukan pekerjaan rumah atau tugas sekolah pada awal tahun ajaran hanya akan membunuh rasa cinta anak terhadap belajar dan antusiasme terhadap sekolah," lanjutnya.
Bahkan, penelitian yang pernah dipublikasikan dalam New York Times mengungkapkan, waktu yang dianjurkan untuk mengerjakan tugas sekolah bagi anak pada tahun pertama sekolah hanya 10 menit.
"Aturan 10 menit untuk belajar di rumah sangat efektif dan menunjukkan hubungan antara berapa banyak mereka mengerjakan tugas sekolah serta bagaimana mereka akan merasakannya," ujar Dr Harris Cooper dari Duke University pada penelitiannya itu.
Menurut sebuah penelitian di Inggris, rata-rata anak "menguras otak" atau berpikir selama 54 jam setiap minggunya. Rata-rata anak menghabiskan waktunya sebanyak 32 jam setengah di sekolah, tujuh jam setengah untuk mengerjakan tugas sekolah, dua jam setengah untuk kegiatan ekstrakulikuler atau les, dan 12 jam untuk membaca buku atau belajar bersama orangtua mereka.
Agar anak Anda tidak merasa tertekan dalam melakukan tugas sekolahnya, Anda dapat melatihnya dengan cara yang lebih santai dan menarik. Berikut caranya.
Pilih buku bacaan dengan karakter idola mereka
Coba ajak anak untuk membaca buku yang memiliki karakter idola mereka. Dipastikan, keinginan untuk belajar akan terangsang dan ia tidak cepat bosan. Setelah ia tampak menguasai buku tersebut, coba minta dirinya untuk mengulang kembali cerita yang ada di dalam buku tersebut.
Alihkan ke buku komik
Menggunakan buku komik dapat menjadi salah satu senjata untuk anak agar tertarik untuk membaca.
"Doronglah minat baca anak dengan memberikan buku-buku pengetahuan yang menyajikan gambar menarik bagi anak. Kini, telah banyak penerbit menerapkan metode ini, yaitu menawarkan buku pendidikan anak, tetapi dikemas seperti komik. Dengan begitu, proses pembelajaran akan terasa lebih menarik, dibandingkan menggunakan buku sastra lainnya," kata ahli literatur anak-anak, Carol Tilley, profesor di University of Illinois.

Gunakan aplikasi di "smartphone" Anda
Balita zaman sekarang adalah generasi mawas teknologi. Melihat fenomena ini, orangtua harus waspada sebab bisa jadi anak menjadi tidak fokus pada pendidikan karena asyik bermain gadget. Maka dari itu, Anda harus pintar pilih aplikasi yang sesuai usia dan kebutuhan anak Anda. Sekarang sudah banyak smartphone yang menyediakan aplikasi yang mendukung perkembangan kecerdasan anak.

http://female.kompas.com

29 Oktober 2013

Ajarkan Anak Menggunakan Kata "Tolong", "Terima Kasih'', dan "Maaf"

Psikolog Evi Sukmaningrum, Psi, MSi, dari Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta, mengatakan, usia batita memang saat yang tepat memperkenalkan hal-hal yang baik termasuk mengajarkan kata-kata sopan. Mengapa? Ada beberapa alasan, antara lain, di usia 18 bulan-2 tahun anak sedang belajar menggunakan kata sifat seperti bagus, jelek, panas, dingin, dan sebagainya.

Selanjutnya, di usia 2-3 tahun, anak tak lagi bicara egosentris dan menjadi lebih sosial. Ditambah lagi di usia ini, pemahaman reseptif anak mulai jalan karena kemampuannya dalam mengeksplorasi, observasi, untuk kemudian meniru sedang berkembang. Jadi memang inilah saatnya mengajarkan kata "terima kasih", "permisi", "tolong", "maaf", dan sebagainya.
Cara yang paling efektif adalah memberi contoh langsung saat anak beraktivitas sehingga ia dapat sekaligus belajar menggunakan kosakata tersebut pada momen yang tepat.

* Tolong
Gunakan kata “tolong” setiap kali membutuhkan bantuan orang lain. Contoh:
• “Adek, tolong dong botol susu yang kosong di kamar diambil.”
• “Mbak, tolong bantu Adek memakai sepatu ya.”
• “Pa, tolong bantu gendong Adek ke kamar mandi, ya.”

* Terima kasih
Gunakan kata “terima kasih” setiap selesai mengerjakan sesuatu. Contoh:
• “Terima kasih Sayang, sudah membantu membereskan mainan. Besok lagi kalau sudah selesai bermain, masukkan lagi ke dalam kotaknya ya.”
• “Terima kasih Mbak, sudah menyiapkan susu Adek.”
• “Terima kasih Papa sudah mengajak Adek berenang.”

* Permisi
Gunakan kata “permisi” untuk suasana yang tepat, misalnya saat meminta jalan di supermarket karena trolley terhalang, bertamu, melompati seseorang, dan sebagainya. Contoh:
• “Permisi, kereta Adek mau lewat ya, Pak.”
• “Permisi Mbak, Adek mau lompat.”

* Maaf
Gunakan kata “maaf” untuk menunjukkan rasa bersalah/penyesalan. Contoh:
• “Maaf ya Sayang, Mama pulang terlambat karena harus ke dokter dulu.”
• “Ayo bilang, maaf ya Mbak, Adek memukul.”
• “Maaf ya Pa, tidak jadi berenang minggu ini.”


Melalui pengenalan kosakata kesopanan saat berkomunikasi dengan orang lain, anak juga akan terkondisikan untuk mengapresiasi nilai-nilai positif. Secara tidak langsung ia belajar menghargai orang lain, berbesar hati mengakui kesalahan, serta menunjukkan empati melalui kata-kata.

Umpama, saat mengucapkan “maaf” karena telah melakukan suatu kesalahan, orangtua bisa mencontohkan kontak mata sehingga anak bisa merasakan penyesalan yang mengiringi permintaan maaf itu. Selain itu juga mendorong anak untuk “bertanggung jawab” atas kesalahan yang dilakukannya. Ia menumpahkan susu temannya, selain minta maaf sodorkan susu miliknya untuk diberikan pada temannya sebagai bagian dari pembelajaran tentang tanggung jawab.
Saat mengucapkan kata “tolong”, orangtua bisa mencontohkan bahwa ia sungguh-sungguh meminta bantuan orang lain. Setelah dibantu, ucapkan “terima kasih” juga dilakukan dengan tulus. Dari situ anak akan belajar ketulusan dan kesadaran bahwa ia membutuhkan orang lain.

http://female.kompas.com

23 Oktober 2013

Tidur Sambil Dengarkan Musik Pertajam Ingatan

Memiliki masalah dengan kemampuan mengingat? Cobalah mendengarkan musik saat tidur. Sebuah studi baru mengatakan, kegiatan tersebut dapat membantu mempertajam daya ingat.

Para peneliti menemukan bahwa mendengarkan suara yang diselaraskan dengan ritme osilasi lambat otak akan meningkatkan proses osilasi sehingga akan meningkatkan daya ingat, bahkan kualitas tidur.

Selama ini sudah diketahui adanya osilasi (getaran) lambat dalam aktivitas otak yang terjadi dalam tahapan tidur yang disebut "slow-wave sleep". Tahapan tidur tersebut merupakan saat kritis dalam pembentukan memori. Di saat itu terjadi proses memindahan memori jangka pendek ke memori jangka panjang.

Penulis studi dr. Jan Born, dari University of Tubingen di Jerman mengatakan, proses tersebut dapat berjalan dengan baik dengan menggunakan suara dengan intensitas rendah. "Pendekatan ini paling praktis jika dibandingkan dengan metode penajaman memori lainnya seperti stimulasi listrik," ujar Born.

Born dan timnya melakukan tes pada 11 orang yang diberikan stimulasi suara. Ketika para peserta diberi stimulasi suara yang tersinkronisasi dengan osilasi otak yang lambat, mereka mengingat lebih baik hubungan kata yang mereka telah pelajari di hari sebelumnya.

Kendati demikian, bukan sembarang suara yang dapat meningkatkan osilasi otak. Born mengatakan, stimulasi suara yang efektif hanya pada suara yang tersinkronisasi dengan osilasi lambat yang terjadi selama fase tidur dalam.

"Kami menghadirkan stimulasi akustik yang dapat memperkuat osilasi yang lambat. Sehingga dapat meninggikan amplitudo dari osilasi dan memperlama terjadinya periode slow-wave slepp," tutur Born.

Para peneliti menduga teknik ini mungkin dapat juga meningkatkan kualitas tidur. Born mengatakan, metode yang sama mungkin juga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan otak lainnya, seperti saat terjaga dan memberikan perhatian.

http://health.kompas.com

7 Oktober 2013

Ingin Punya Bayi Laki-laki atau Perempuan? Ini Tips 'Mendapatkannya'

Segala sesuatu memang ditentukan oleh kehendak Tuhan, salah satunya jenis kelamin bayi. Tapi, tak ada salahnya bukan jika sebagai manusia, kita juga berusaha untuk memperbesar peluang mendapatkan buah hati yang jenis kelaminnya sesuai keiginan?

Nah, menurut dokter spesialis andrologi, dr Nugroho Setiawan, MS, SpAnd, ada beberapa cara yang bisa dilakukan suami istri untuk memperbesar peluangnya memiliki bayi dengan jenis kelamin yang diinginkannya.

dr Nugroho menjelaskan jenis kelamin bayi yang dikandung pada dasarnya tergantung dari sperma mana yang membuahi sel telur karena sperma mengandung kromosom X dan Y. Sperma X sifatnya lebih tahan asam, bisa hidup sampai tiga hari, dan kecepatan berjalannya lambat. Sedangkan sperma Y tidak terlalu tahan asam, waktu hidupnya relatif pendek yakni hanya satu hari, dan kecepatan berjalannya cepat.

Memperbesar peluang memiliki momongan dengan jenis kelamin yang diinginkan, jika melalui inseminasi kemungkinan keberhasilannya mencapai 80 persen. Sedangkan melalui edukasi pada pasangan kemungkinan keberhasilannya sekitar enam puluh persen.

Nah, jika ingin memperbesar peluang mendapatkan bayi laki-laki, pasangan bisa berhubungan intim saat si wanita berada pada masa subur. Sedangkan jika ingin memiliki bayi perempuan maka hubungan bisa dilakukan pada waktu dua atau tiga hari sebelum wanita memasuki masa suburnya.

"Kalau pas masa subur, yang jalannya cepat itu kan yang Y berarti memperbesar peluang anak laki-laki. Kalau dua atau tiga hari sebelum masa subur, kemungkinan besar jadinya anak perempuan karena yang bisa bertahan hidup lebih lama yang X," jelas dr Nugroho kepada detikHealth, saat ditemui di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan, dan ditulis pada Selasa (8/10/2013).

Cara lain yang bisa dilakukan yakni mengatur kedalaman penetrasi penis. Jika ingin memperbesar peluang mendapat bayi perempuan, maka jangan melakukan penetrasi terlalu dalam supaya sperma X-lah yang lebih lama bertahan di dalam vagina hingga akhirnya bisa bertemu sel telur. Sebab, sperma Y akan lebih dulu gugur karena ia tidak bisa bertahan lama di vagina.

"Sebaliknya kalau untuk anak laki-laki, lakukan penetrasi yang dalam sehingga sperma Y yang kecepatan berjalannya cepat, dia bisa segera bertemu dengan sel telur," kata dr Nugroho.

Pria kelahiran Yogyakarta 57 tahun lalu ini juga menambahkan, agar jenis kelamin momongan sesuai yang diinginkan, bisa juga digunakan teori asam basa. "Dulu itu perempuan banyak makan daging sehingga vaginanya dalam kondisi basa dan itu meningkatkan peluang mendapat anak laki-laki, sedangkan kalau makan permen atau yang mengandung gula gitu yang manis-manis, kondisi vaginanya asam dan itu untuk meningkatkan peluang mendapatkan anak perempuan. Tapi, sekarang teori itu mulai ditinggalkan," papar dr Nugroho.

http://health.detik.com