Tingkah laku balita memang luar biasa, bahkan terkadang membingungkan
dan di luar logika. Berikut adalah 7 sifat para balita yang kadang
membuat kita gemas dan harus lebih sabar menghadapinya.
1. Tidak punya takut
Anak-anak
sebenarnya bukan pemberani dan mereka juga tidak perkasa. Justru mereka
bersikap irasional dan tidak punya rasa takut. Ini mereka tunjukkan
dengan tak segan menarik buntut kucing atau meluncur dari tempat tinggi.
Tetapi jangan khawatir, ini merupakan bagian dari perkembangan mereka.
Selama hal itu aman, biarkan ia mencoba.
2. Mengucapkan apa yang dipikirkan
Balita
memang belum bisa memilah sehingga jika mereka berpikir sesuatu, mereka
akan mengatakan hal tersebut. Ini terkadang membuat orangtua malu,
terutama karena balita sering berkata dengan suara kencang di tempat
umum. Ini adalah tahapan anak belajar kapan harus mengatakan sesuatu,
pada siapa, dan di mana.
3. Tidak punya konsep waktu
Anda
bisa saja bosan memberitahunya bahwa sekarang masih subuh dan sebaiknya
ia tidur lagi. Tetapi ketika ia mengatakan "sekarang" dan sudah
terbangun, ia berharap orang lain juga melakukannya.
Biasanya
anak baru memahami konsep waktu saat ia berusia empat tahun. Pada saat
itu anak juga sudah bisa tidur nyenyak di malam hari dan terjaga lebih
lama di siang hari.
4. Terikat pada benda aneh
Jika
ia diminta memilih beberapa benda indah dan mahal yang sudah Anda
berikan, ia justru memilih benda-benda usang, rusak, dan terus
menyimpannya. Sebenarnya ia sedang menunjukkan kemandiriannya bahwa ia
juga punya pilihan sendiri.
5. Susah makan
Memang
tidak semua anak susah makan, tetapi sebagian besar anak memiliki
pilihan sendiri terhadap apa yang ingin diasupnya. Dan ini membuat gemas
orangtua karena mereka cenderung memilih makanan yang itu-itu saja dan
menutup mulut untuk sayuran.
6. Senang memencet tombol
Rasanya
mereka selalu sibuk menyentuh setiap benda dan memencet semua tombol
yang dilihatnya. Kebiasaannya itu sebenarnya bagian dari eksplorasinya
terhadap dunia di sekitarnya. Amankan benda-benda elektronik yang
berbahaya di sekitarnya agar ia tetap bisa memuaskan rasa ingin tahunya
dengan aman.
7. Sering sok tahu
Bukan cuma
"ngeyel", balita juga terkadang sangat keras kepala dan seolah ingin
menguji kesabaran Anda dengan melakukan hal-hal yang dilarang. Jangan
cemas, dengan membuat kesalahan balita akan belajar banyak.
http://female.kompas.com
19 November 2013
Antisipasi Anak Hilang, Ajarkan Ini ke Anak
Beberapa pekan lalu publik Jakarta khususnya, diramaikan oleh berita
hilangnya Alma Aini Hakim (6), di kawasan Monas. Beruntung ia dirawat
oleh keluarga yang baik hati dan akhirnya bisa ditemukan.
Apa sebetulnya yang terjadi pada Alma? Kemampuan kognitif seorang anak berkembang secara bertahap dan sesuai usianya. Contohnya, di usia 2 tahun anak biasanya akan mempelajari lingkungan rumah tempat tinggalnya, seperti di mana ruang tamu, kamar tidur, dan sebagainya.
Di usia 3-4 tahun, anak belajar tentang lingkungan tetangga, dan di usia 5 tahun, ia belajar lingkungan rumah ke sekolah, dan seterusnya. Anak juga belajar memahami orang-orang di lingkungannya, seperti orangtua, kakak, tante, dan sebagainya.
Situasi lebih rumit dihadapi anak ketika ia kehilangan orangtua atau orang yang mendampinginya di keramaian. Adib Setiawan, MPSi, psikolog dari www.praktekpsikolog.com, Jakarta, menyarankan orangtua atau orang dewasa yang mendampingi anak untuk tetap berdiri di tempat semula, karena seorang anak secara alamiah akan kembali ke tempat semula.
Biasanya anak baru memahami langkah yang harus ia lakukan supaya tidak hilang ketika ia duduk di kelas 4 SD. Ia sudah berpikir secara abstrak, bukan hanya simbol. Sebelum kelas 4 SD atau di bawah 10 tahun, mau tidak mau anak harus selalu berada di dekat orangtua, apalagi ketika di keramaian.
Ajarkan anak berkomunikasi dengan orang yang dikenal atau tidak dikenal, orang yang sepertinya bakal berbuat jahat atau tidak. "Kenalkan berbagai tipe dan profesi, seperti pengemis, petugas keamanan, pedagang, sehingga kemampuan kognitif dan wawasan terhadap lingkungannya berkembang," jelas Adib. Ketika ia tersesat anak bisa melapor ke petugas keamanan.
Lalu, apa yang harus diajarkan orangtua pada anaknya di keramaian dan mengantisipasi jika suatu saat anak tersesat atau hilang? Yang pertama, kata Adib, minta anak berdiri di tempat-tempat yang terlihat, dan minta ia untuk tidak pergi ke mana-mana. Kenakan baju yang mencolok supaya lokasi anak bisa terlihat.
Khusus untuk anak yang mengalami gangguan perkembangan kogntifi, Adib menyarankan agar mengenakan baju dengan nama (name tag) menyatu dengan pakaian, nama orangtua, serta nomor kontak yang bisa dihubungi. Ini karena anak-anak seperti ini lebih sulit berkomunikasi.
Orangtua juga harus selalu menjaga dan mengawasi anaknya, misalnya dengan menggandengnya atau berjalan di belakang anak supaya selalu terpantau. "Orangtua sebaiknya tidak 'menitipkan' pengawasan anak ke orang lain, karena pasti rasa pedulinya berbeda," katanya.
http://female.kompas.com
Apa sebetulnya yang terjadi pada Alma? Kemampuan kognitif seorang anak berkembang secara bertahap dan sesuai usianya. Contohnya, di usia 2 tahun anak biasanya akan mempelajari lingkungan rumah tempat tinggalnya, seperti di mana ruang tamu, kamar tidur, dan sebagainya.
Di usia 3-4 tahun, anak belajar tentang lingkungan tetangga, dan di usia 5 tahun, ia belajar lingkungan rumah ke sekolah, dan seterusnya. Anak juga belajar memahami orang-orang di lingkungannya, seperti orangtua, kakak, tante, dan sebagainya.
Situasi lebih rumit dihadapi anak ketika ia kehilangan orangtua atau orang yang mendampinginya di keramaian. Adib Setiawan, MPSi, psikolog dari www.praktekpsikolog.com, Jakarta, menyarankan orangtua atau orang dewasa yang mendampingi anak untuk tetap berdiri di tempat semula, karena seorang anak secara alamiah akan kembali ke tempat semula.
Biasanya anak baru memahami langkah yang harus ia lakukan supaya tidak hilang ketika ia duduk di kelas 4 SD. Ia sudah berpikir secara abstrak, bukan hanya simbol. Sebelum kelas 4 SD atau di bawah 10 tahun, mau tidak mau anak harus selalu berada di dekat orangtua, apalagi ketika di keramaian.
Ajarkan anak berkomunikasi dengan orang yang dikenal atau tidak dikenal, orang yang sepertinya bakal berbuat jahat atau tidak. "Kenalkan berbagai tipe dan profesi, seperti pengemis, petugas keamanan, pedagang, sehingga kemampuan kognitif dan wawasan terhadap lingkungannya berkembang," jelas Adib. Ketika ia tersesat anak bisa melapor ke petugas keamanan.
Lalu, apa yang harus diajarkan orangtua pada anaknya di keramaian dan mengantisipasi jika suatu saat anak tersesat atau hilang? Yang pertama, kata Adib, minta anak berdiri di tempat-tempat yang terlihat, dan minta ia untuk tidak pergi ke mana-mana. Kenakan baju yang mencolok supaya lokasi anak bisa terlihat.
Khusus untuk anak yang mengalami gangguan perkembangan kogntifi, Adib menyarankan agar mengenakan baju dengan nama (name tag) menyatu dengan pakaian, nama orangtua, serta nomor kontak yang bisa dihubungi. Ini karena anak-anak seperti ini lebih sulit berkomunikasi.
Orangtua juga harus selalu menjaga dan mengawasi anaknya, misalnya dengan menggandengnya atau berjalan di belakang anak supaya selalu terpantau. "Orangtua sebaiknya tidak 'menitipkan' pengawasan anak ke orang lain, karena pasti rasa pedulinya berbeda," katanya.
http://female.kompas.com
11 November 2013
Sediakan Waktu 10 Menit demi Kecerdasan Anak
Salah satu fase paling membahagiakan bagi orangtua ialah ketika
sang buah hati mulai masuk sekolah. Pada fase ini, orangtua harus
menyikapinya dengan hati-hati.
Meskipun baru pada tahapan pertama sekolah, bukan berarti ia tidak dibebani dengan pekerjaan rumah. Justru sebaliknya, di sinilah tugas Anda untuk mendampingi anak agar tidak berat menjalaninya.
Amy Murray, Kepala Sekolah Early Childhood Education, mengatakan, penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa pada tahun sekolah dasar, satu-satunya pekerjaan rumah yang membawa manfaat bagi anak-anak adalah membaca secara rutin di rumah.
"Anak-anak bekerja keras sepanjang hari di sekolah. Nah, saat di rumah, mereka harus memiliki waktu untuk bersantai dan berkomunikasi kembali dengan keluarga mereka. Tumpukan pekerjaan rumah atau tugas sekolah pada awal tahun ajaran hanya akan membunuh rasa cinta anak terhadap belajar dan antusiasme terhadap sekolah," lanjutnya.
Bahkan, penelitian yang pernah dipublikasikan dalam New York Times mengungkapkan, waktu yang dianjurkan untuk mengerjakan tugas sekolah bagi anak pada tahun pertama sekolah hanya 10 menit.
"Aturan 10 menit untuk belajar di rumah sangat efektif dan menunjukkan hubungan antara berapa banyak mereka mengerjakan tugas sekolah serta bagaimana mereka akan merasakannya," ujar Dr Harris Cooper dari Duke University pada penelitiannya itu.
Menurut sebuah penelitian di Inggris, rata-rata anak "menguras otak" atau berpikir selama 54 jam setiap minggunya. Rata-rata anak menghabiskan waktunya sebanyak 32 jam setengah di sekolah, tujuh jam setengah untuk mengerjakan tugas sekolah, dua jam setengah untuk kegiatan ekstrakulikuler atau les, dan 12 jam untuk membaca buku atau belajar bersama orangtua mereka.
Agar anak Anda tidak merasa tertekan dalam melakukan tugas sekolahnya, Anda dapat melatihnya dengan cara yang lebih santai dan menarik. Berikut caranya.
Pilih buku bacaan dengan karakter idola mereka
Coba ajak anak untuk membaca buku yang memiliki karakter idola mereka. Dipastikan, keinginan untuk belajar akan terangsang dan ia tidak cepat bosan. Setelah ia tampak menguasai buku tersebut, coba minta dirinya untuk mengulang kembali cerita yang ada di dalam buku tersebut.
Alihkan ke buku komik
Menggunakan buku komik dapat menjadi salah satu senjata untuk anak agar tertarik untuk membaca.
"Doronglah minat baca anak dengan memberikan buku-buku pengetahuan yang menyajikan gambar menarik bagi anak. Kini, telah banyak penerbit menerapkan metode ini, yaitu menawarkan buku pendidikan anak, tetapi dikemas seperti komik. Dengan begitu, proses pembelajaran akan terasa lebih menarik, dibandingkan menggunakan buku sastra lainnya," kata ahli literatur anak-anak, Carol Tilley, profesor di University of Illinois.
Gunakan aplikasi di "smartphone" Anda
Balita zaman sekarang adalah generasi mawas teknologi. Melihat fenomena ini, orangtua harus waspada sebab bisa jadi anak menjadi tidak fokus pada pendidikan karena asyik bermain gadget. Maka dari itu, Anda harus pintar pilih aplikasi yang sesuai usia dan kebutuhan anak Anda. Sekarang sudah banyak smartphone yang menyediakan aplikasi yang mendukung perkembangan kecerdasan anak.
http://female.kompas.com
Meskipun baru pada tahapan pertama sekolah, bukan berarti ia tidak dibebani dengan pekerjaan rumah. Justru sebaliknya, di sinilah tugas Anda untuk mendampingi anak agar tidak berat menjalaninya.
Amy Murray, Kepala Sekolah Early Childhood Education, mengatakan, penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa pada tahun sekolah dasar, satu-satunya pekerjaan rumah yang membawa manfaat bagi anak-anak adalah membaca secara rutin di rumah.
"Anak-anak bekerja keras sepanjang hari di sekolah. Nah, saat di rumah, mereka harus memiliki waktu untuk bersantai dan berkomunikasi kembali dengan keluarga mereka. Tumpukan pekerjaan rumah atau tugas sekolah pada awal tahun ajaran hanya akan membunuh rasa cinta anak terhadap belajar dan antusiasme terhadap sekolah," lanjutnya.
Bahkan, penelitian yang pernah dipublikasikan dalam New York Times mengungkapkan, waktu yang dianjurkan untuk mengerjakan tugas sekolah bagi anak pada tahun pertama sekolah hanya 10 menit.
"Aturan 10 menit untuk belajar di rumah sangat efektif dan menunjukkan hubungan antara berapa banyak mereka mengerjakan tugas sekolah serta bagaimana mereka akan merasakannya," ujar Dr Harris Cooper dari Duke University pada penelitiannya itu.
Menurut sebuah penelitian di Inggris, rata-rata anak "menguras otak" atau berpikir selama 54 jam setiap minggunya. Rata-rata anak menghabiskan waktunya sebanyak 32 jam setengah di sekolah, tujuh jam setengah untuk mengerjakan tugas sekolah, dua jam setengah untuk kegiatan ekstrakulikuler atau les, dan 12 jam untuk membaca buku atau belajar bersama orangtua mereka.
Agar anak Anda tidak merasa tertekan dalam melakukan tugas sekolahnya, Anda dapat melatihnya dengan cara yang lebih santai dan menarik. Berikut caranya.
Pilih buku bacaan dengan karakter idola mereka
Coba ajak anak untuk membaca buku yang memiliki karakter idola mereka. Dipastikan, keinginan untuk belajar akan terangsang dan ia tidak cepat bosan. Setelah ia tampak menguasai buku tersebut, coba minta dirinya untuk mengulang kembali cerita yang ada di dalam buku tersebut.
Alihkan ke buku komik
Menggunakan buku komik dapat menjadi salah satu senjata untuk anak agar tertarik untuk membaca.
"Doronglah minat baca anak dengan memberikan buku-buku pengetahuan yang menyajikan gambar menarik bagi anak. Kini, telah banyak penerbit menerapkan metode ini, yaitu menawarkan buku pendidikan anak, tetapi dikemas seperti komik. Dengan begitu, proses pembelajaran akan terasa lebih menarik, dibandingkan menggunakan buku sastra lainnya," kata ahli literatur anak-anak, Carol Tilley, profesor di University of Illinois.
Gunakan aplikasi di "smartphone" Anda
Balita zaman sekarang adalah generasi mawas teknologi. Melihat fenomena ini, orangtua harus waspada sebab bisa jadi anak menjadi tidak fokus pada pendidikan karena asyik bermain gadget. Maka dari itu, Anda harus pintar pilih aplikasi yang sesuai usia dan kebutuhan anak Anda. Sekarang sudah banyak smartphone yang menyediakan aplikasi yang mendukung perkembangan kecerdasan anak.
http://female.kompas.com
6 November 2013
Everyday Moments to Treasure
And
yet I will show you the most excellent way. If I speak in the tongues
of men or of angels, but do not have love, I am only a resounding gong
or a clanging cymbal. - 1 Corinthians 12:31;13:1
Each morning, I have a routine with my man. It’s simple. Nothing profound. Nothing for which we’d ever stop and snap a picture.
It's just a moment.
He
asks me to help him pick a tie. He then goes away to fuss with this
fixture of his professional job. Soon, he returns with a flipped up
collar and a pressed down, knotted tie. He needs gentle hands to fold
the collar over. Actually, he doesn’t need. He wants gentle hands to fold the collar over.
But
it’s a moment when we follow the “excellent way” of love. In the
intersection of this moment, we’re once again saying to each other: I love you. I love you, too.
Now,
please don’t get an overly idyllic picture in your head of our
marriage. Heavens, no. We have plenty of those “growth opportunity”
moments, too.
But
this moment with the tie, it’s like a spot of glue ever tightening the
bond between us day by day. It’s so simple, and yet something I would
miss with the deepest ache imaginable if today were the last of the
moments.
Tears slip as I think about this.
Dear God, help me think about this.
Let me snap a hundred of these moments with the lens of my heart to be
stored and appreciated and thought of as the great treasures they are.
Let my mind park there.Let my heart relish there.
Let my mouth dare to whisper what a joy this is. I love you. I love us. I love this moment each day.
Our
relationship isn’t perfect; no relationship is perfect. We’re two very
strong-willed people with vastly different approaches to life. And, oh,
how easy it would be to list all the differences. He likes the towel
hanging in the same spot. I am more creative. But I stop the list there.
I
stop because great love isn’t two people finding the perfect match in
one another. Great love is two people making the choice to be a match. A
decision. To fold his collar and snap the heart lens and find myself
grateful to the point of tears. Tears of relishing today are so much
better than tears of what was missed.
Dear
Lord, help me to appreciate each moment given to me. I want to park my
mind on the daily moments I too often take for granted. Thank You for
this joy, so simple but so sweet. In Jesus’ name, Amen.
Let
me snap a hundred “I love you” moments with the lens of my heart to be
stored and appreciated and thought of as the great treasures they are.
REFLECT
In
what ways can you turn everyday moments into treasures? It may be as
simple as relishing a moment in your heart or it may mean beginning a
new moment every day, such as folding a collar over a necktie.
RESPOND
Discuss
your “moments” with your spouse, your family, or a friend. Ask what
stands out to them as important and meaningful and choose together to
relish them. Take a photograph or journal about one moment.
POWER VERSES
1 Peter 4:8; Psalm 90:12
by Lysa TerKeurst, from Encouragement for Today
Langganan:
Postingan (Atom)