Beberapa pekan lalu publik Jakarta khususnya, diramaikan oleh berita
hilangnya Alma Aini Hakim (6), di kawasan Monas. Beruntung ia dirawat
oleh keluarga yang baik hati dan akhirnya bisa ditemukan.
Apa
sebetulnya yang terjadi pada Alma? Kemampuan kognitif seorang anak
berkembang secara bertahap dan sesuai usianya. Contohnya, di usia 2
tahun anak biasanya akan mempelajari lingkungan rumah tempat tinggalnya,
seperti di mana ruang tamu, kamar tidur, dan sebagainya.
Di usia
3-4 tahun, anak belajar tentang lingkungan tetangga, dan di usia 5
tahun, ia belajar lingkungan rumah ke sekolah, dan seterusnya. Anak juga
belajar memahami orang-orang di lingkungannya, seperti orangtua, kakak,
tante, dan sebagainya.
Situasi lebih rumit dihadapi anak ketika
ia kehilangan orangtua atau orang yang mendampinginya di keramaian. Adib
Setiawan, MPSi, psikolog dari www.praktekpsikolog.com, Jakarta,
menyarankan orangtua atau orang dewasa yang mendampingi anak untuk tetap
berdiri di tempat semula, karena seorang anak secara alamiah akan
kembali ke tempat semula.
Biasanya anak baru memahami langkah
yang harus ia lakukan supaya tidak hilang ketika ia duduk di kelas 4 SD.
Ia sudah berpikir secara abstrak, bukan hanya simbol. Sebelum kelas 4
SD atau di bawah 10 tahun, mau tidak mau anak harus selalu berada di
dekat orangtua, apalagi ketika di keramaian.
Ajarkan anak
berkomunikasi dengan orang yang dikenal atau tidak dikenal, orang yang
sepertinya bakal berbuat jahat atau tidak. "Kenalkan berbagai tipe dan
profesi, seperti pengemis, petugas keamanan, pedagang, sehingga
kemampuan kognitif dan wawasan terhadap lingkungannya berkembang," jelas
Adib. Ketika ia tersesat anak bisa melapor ke petugas keamanan.
Lalu,
apa yang harus diajarkan orangtua pada anaknya di keramaian dan
mengantisipasi jika suatu saat anak tersesat atau hilang? Yang pertama,
kata Adib, minta anak berdiri di tempat-tempat yang terlihat, dan minta
ia untuk tidak pergi ke mana-mana. Kenakan baju yang mencolok supaya
lokasi anak bisa terlihat.
Khusus untuk anak yang mengalami
gangguan perkembangan kogntifi, Adib menyarankan agar mengenakan baju
dengan nama (name tag) menyatu dengan pakaian, nama orangtua, serta
nomor kontak yang bisa dihubungi. Ini karena anak-anak seperti ini lebih
sulit berkomunikasi.
Orangtua juga harus selalu menjaga dan
mengawasi anaknya, misalnya dengan menggandengnya atau berjalan di
belakang anak supaya selalu terpantau. "Orangtua sebaiknya tidak
'menitipkan' pengawasan anak ke orang lain, karena pasti rasa pedulinya
berbeda," katanya.
http://female.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar