2 April 2014

Ini Akibatnya Jika Anak Jarang Bermain

Tuntutan persaingan di sekolah saat ini membuat anak-anak disibukkan dengan kegiatan les hampir setiap hari. Akibatnya, waktu mereka untuk bermain jadi berkurang.
Selain karena tak mau anak tertinggal dari teman-teman sekolahnya, orangtua juga kerap merasa takut bila anak banyak bermain. Misalnya, takut anak terjatuh saat berlari-larian di luar, atau takut terserang kuman saat bermain tanah.

Namun, kekhawatiran berlebih orangtua mengenai aktivitas bermain anak justru dapat memengaruhi perkembangan anak di masa depan.
“Biasanya anak-anak yang kerap dilarang bermain oleh orangtuanya agak cenderung kaku dan tidak fleksibel, kemudian emosinya juga negatif karena mereka merasa selalu ditekan dengan banyaknya aturan ada. Anak jadi menarik diri, ada yang memberontak, dan macam-macam,” terang psikolog Mayke S. Tedjasaputra, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Anak juga bisa jadi sulit bergaul dan tidak terampil untuk melakukan banyak hal, karena anak merasa takut. Kerap dilarang bermain membuat inisiatif dan kreativitas anak juga kurang berkembang. Akibatnya anak bisa merasa kurang percaya diri.
Bila hal ini terus berlangsung, kelak anak jadi tidak berani mengungkapkan pendapat, tidak bebas memilih, dan menentukan apa yang akan dilakukan. Anak tidak mampu memprioritaskan yang lebih penting dan tidak penting. Padahal, inilah yang sangat penting saat anak jadi dewasa.

Pada dasarnya, orangtua pasti ingin membentuk anaknya jadi seorang anak yang cerdas, kreatif, mandiri, demikian menurut psikolog anak dan keluarga, Roslina Veraulii.
Namun untuk mencapainya, orangtua cenderung memilih memberikan segudang les yang terkadang membuat anak sangat sibuk. Dampaknya waktu bermain anak berkurang, dan membatasi waktu dan tempat bermain di dalam rumah saja. Padahal ini justru akan menimbulkan banyak keluhan dari anak.

“Belajar yang hanya berpusat pada kegiatan akademis yang membutuhkan usaha mental tinggi dan berkepanjangan, dampaknya justru anak lelah, terganggu emosinya, atensi konsentrasinya minim, bahkan ada banyak keluhan fisik. Misalnya anak merasa pusing atau sakit perut,” tambah Roslina.
Jangan lupa, bermain tak hanya menimbulkan rasa senang dan membuat anak dapat melepaskan energi positif maupun negatif. Selain itu kegiatan bermain juga menjadi sarana anak-anak untuk mengembangkan diri secara optimal.

http://nationalgeographic.co.id

Buah dan Sayuran Dapat Kurangi Risiko Kematian

Makan banyak buah-buahan dan sayuran dapat secara substansial mengurangi risiko kematian. Dalam sebuah studi, peneliti menganalisis kebiasaan makan lebih dari 65 ribu orang di Inggris antara 2001 dan 2013. Mereka menemukan bahwa orang yang makan tujuh porsi atau lebih buah-buahan dan sayuran segar setiap hari memiliki risiko kematian pada usia berapa pun 42 persen lebih rendah dibanding mereka yang makan kurang dari satu porsi per hari.

Risiko kematian berkurang hingga 36 persen pada mereka yang mengonsumsi 5-7 porsi, 29 persen dengan 3-5 porsi, dan 14 persen dengan 1-3 porsi, menurut temuan yang dipublikasi di Journal of Epidemiology and Community Health ini.
"Kita semua tahu bahwa makan buah dan sayuran sehat, tetapi ukuran efeknya sungguh mengejutkan," kata seorang peneliti, Oyinlola Oyebode, di Departemen Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat dari University College London. "Jika Anda senang untuk camilan wortel atau sayuran lain, maka itu adalah pilihan yang besar. Tetapi jika Anda suka sesuatu yang manis, pisang atau buah apa pun juga bagus."

Para peneliti mengatakan temuan mereka menunjukkan bahwa makan tujuh porsi atau lebih buah dan sayuran mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung sebesar 31 persen dan risiko kematian akibat kanker sebesar 25 persen.

Secara keseluruhan, sayuran memiliki manfaat kesehatan yang lebih kuat dari buah. Setiap porsi harian sayuran segar mengurangi risiko kematian secara keseluruhan sebesar 16 persen, dibandingkan dengan 13 persen per porsi salad dan 4 persen per porsi buah segar, kata para peneliti.
Namun, penelitian ini tidak menemukan manfaat kesehatan yang signifikan dari jus buah, buah kalengan, atau buah beku. Mereka bahkan merekomendasikan untuk tak mengkonsumsinya. "Hampir semua buah kalengan mengandung kadar gula tinggi dan varietas yang lebih murah yang dikemas dalam sirup," kata Oyebode. "Dampak kesehatan negatif dari gula mungkin lebih besar daripada manfaatnya."

https://id.berita.yahoo.com/

1 April 2014

Kiat Menghadapi Si Kecil yang Emosional

Menurut para ahli, bayi berusia delapan minggu sebenarnya sudah bisa memperlihatkan emosi atau suasana hati yang mereka rasakan pada orangtua. Namun, emosi ini umumnya ditanggapi orangtua sebagai “sinyal” akan rasa lapar, mengantuk, dan tidak nyaman karena popok yang telah penuh.
Seperti dikutip dari Psychology Today, Victoria Manion Fleming, Psikolog, mengatakan “Selain pendidikan, sebaiknya orangtua juga mengajarkan anak untuk cakap dalam mengelola emosinya. Sebab, kualitas perilaku merupakan bekal yang terbilang penting untuk masa depan anak,”
Apabila buah hati Anda mudah marah, mengamuk, dan menangis, lain waktu emosi mereka sedang memuncak, bantulah sang buah agar tenang dengan langkah berikut:

Mengatasi si kecil yang pemarah
Pantangan untuk orangtua dalam menangani anak yang suka marah-marah adalah meresponnya dengan omelan, pukulan, dan hukuman. Sebab,  hal seperti itu hanya akan membuat si kecil semakin frustrasi dan menganggap Anda sebagai musuh.
Redakan amarah anak dengan menggenggam tangannya dan tataplah matanya, tenangkan si dia dengan usapan yang nyaman pada pundak serta punggung. Kemudian, setelah emosinya mereda, ajak anak bicara baik-baik dengan menanyakan apa yang menyulut emosinya. Setelah anak menjelaskan, berikanlah nasihat  positif bahwa kebiasaannya tersebut dapat membuatnya sesak napas, kepalanya pusing, dan matanya perih karena berteriak-teriak sembari nangis. Selain itu, Anda sendiri sebagai orangtua dan panutan dalam keluarga, jangan terbiasa marah-marah di rumah, apalagi di depan anak. Ingat, anak selalu mencontoh apa yang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya.

Mengatasi si kecil yang mudah sedih
Apabila si kecil mudah merasa sedih, ini berarti ia memiliki hati yang sensitif dan terlampau peka. Jangan menyudutkan anak dengan menyebutnya cengeng, sebaliknya hiburlah hatinya saat sedang merasa muram dengan melakukan berbagai hal yang ia sukai, entah makan es krim, menonton tayangan kartun favoritnya, sembari mengajaknya berbagi kesedihan yang ia rasakan pada Anda.
Anak yang mudah sedih umumnya merasa kesepian, maka dari itu ketika Anda mendengarkan keluh kesahnya, itu akan membesarkan hati dan meringankan beban pikirannya.

Mengatasi anak penakut
Hanya karena anak takut tidur di dalam kamar yang gelap, Anda langsung melabelinya sebagai si penakut atau si pengecut. Hentikan kebiasaan memberikan julukan bermakna negatif, cara ini hanya akan meluruhkan rasa percaya diri anak. Sebenarnya, wajar saja kalau si kecil takut dengan kegelapan, atau tidak berani bermain dengan hewan-hewan tertentu. Sebagai orangtua sudah kewajiban Anda melindungi anak dari hal-hal yang membuat mereka ketakutan, tetapi juga jangan berlebihan. Cari tahu apa yang menyebabkan si kecil takut dan latihlah dirinya secara perlahan untuk menaklukan fobianya tersebut, agar tidak terbawa-bawa ketika mereka dewasa.

http://female.kompas.com

Biar Panjang Umur, Rajinlah Makan Buah dan Sayur

Buah dan sayur sudah lama diketahui baik untuk kesehatan. Kini sebuah studi berskala besar mengungkap, konsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang cukup secara substansial dapat mengurangi risiko kematian.
Para peneliti menganalisis kebiasaan makan pada lebih dari 65.000 orang di Inggris antara tahun 2001 dan 2013. Mereka menemukan, orang yang makan tujuh atau lebih porsi buah dan sayuran segar memiliki risiko kematian 42 persen lebih rendah pada usia berapa pun dibandingkan rekan mereka yang makan dalam porsi lebih sedikit.
Studi yang dimuat dalam Journal of Epidemiology and Community Health tersebut menemukan, risiko kematian berkurang 36 persen dengan makan lima hingga tujuh porsi buah dan sayur sehari. Sementara itu, risiko tersebut berkurang 29 persen dengan makan tiga hingga lima porsi, dan 14 persen dengan makan satu hingga tiga porsi dalam sehari.
Kendati demikian, studi tidak membuktikan bahwa makan buah dan sayur dalam jumlah banyak dapat menekan risiko kematian. Studi hanya menemukan hubungan antara konsumsi produk segar dan risiko kematian yang lebih rendah.
Para peneliti mengatakan, konsumsi tujuh atau lebih porsi buah dan sayur mengurangi risiko kematian dari penyakit jantung sebanyak 31 persen dan dari kanker hingga 25 persen.
"Kita tahu makan buah dan sayur itu sehat, namun efeknya ternyata mengejutkan," ujar penulis studi Oyinlola Oyebode, dari departemen epidemiologi dan kesehatan masyarakat di University College London.
Secara keseluruhan, sayuran lebih memberikan manfaat kesehatan daripada buah. Setiap porsi harian sayuran segar mengurangi risiko kematian 16 persen, dibandingkan dengan 13 persen per porsi salad, dan 4 persen per porsi buah segar. Sementara itu, tidak ada manfaat kesehatan yang signifikan dari jus buah.

http://health.kompas.com

Awas, Benci pada Pekerjaan Buruk bagi Kesehatan

Tak sedikit karyawan yang membenci pekerjaan mereka. Mereka hanya bisa mengeluh dan merasa tertekan setiap hari namun tidak melakukan apa pun untuk membebaskan diri dari sumber stres mereka.

Cukup banyak juga karyawan yang beranggapan jika kita menikmati pekerjaan, berarti kita kurang keras bekerja. Seolah cara untuk mencapai sukses adalah bekerja dengan jam yang panjang dan menderita di kantor.

Pandangan tersebut bukan saja salah, tetapi juga berbahaya. Membenci pekerjaan ternyata berdampak buruk pada kesehatan.

1. Membuat gemuk
Pekerjaan yang dibenci dan bertambahnya angka di timbangan ternyata saling berkait. Studi menunjukkan, pekerjaan yang tidak membahagiakan akan mencuri energi Anda yang sebenarnya bisa digunakan untuk berolahraga dan memilih makanan sehat. Bukankah setelah seharian frustasi di tempat kerja maka yang paling Anda inginkan adalah makan es krim dan makanan berlemak lainnya?

2. Menurunkan sistem imun
Stres di tempat kerja bisa berasal dari jam kerja yang panjang, terlalu sibuk, atau kurang merasa dihargai oleh perusahaan. Kondisi tersebut tentu akan membuat kita stres, cemas, dan frustasi. Berbagai bentuk stres diketahui akan melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko depresi.

3. Merusak hubungan
Salah satu hal terburuk dari membenci pekerjaan adalah kebencian itu tidak akan berakhir di sore hari. Bagi kebanyakan orang, pikiran mereka sepanjang hari akan dipenuhi oleh rasa benci dan kecemasan akan pekerjaan.

Sebuah penelitian menyebutkan, orang yang tidak bahagia di tempat kerja cenderung memiliki hubungan seksual yang tidak memuaskan. Studi lain menunjukkan, stres dari pekerjaan yang tidak dikelola juga akan membuat hubungan Anda dengan pasangan dan keluarga bisa berantakan.

4. Mengganggu kualitas tidur
Tidur cukup dan berkualitas di malam hari berpengaruh besar pada kesehatan. Orang yang menderita karena pekerjaan mereka biasanya akan sulit tidur pulas atau mengalami insomnia. Hal ini berdampak buruk pada kesehatan karena tidur cukup akan memperbaiki sistem imun sehingga kita tak mudah sakit.

5. Risiko penyakit serius
Membenci pekerjaan secara langsung terkait dengan peningkatan risiko penyakit serius. Sebuah studi yang dilakukan terhadap 20.000 perawat di AS menyebutkan, mereka yang tidak bahagia di pekerjaannya beresiko besar menderita kanker, penyakit jantung, dan diabetes melitus.

Dengan semua risiko kesehatan tersebut, seharusnya Anda mengambil tindakan jika memang sudah merasa tidak nyaman dengan pekerjaan sekarang.

http://health.kompas.com

Dibandingkan Perempuan Dewasa, Anak Perempuan Lebih Mensyukuri Tubuh Mereka

emua perempuan dilahirkan cantik dan punya kelebihan masing-masing. Sayangnya, yang namanya manusia pasti selalu tak pernah puas dengan dirinya, termasuk dalam soal kecantikan dan penampilan.

Alih-alih bersyukur dengan kondisinya, kebanyakan perempuan justru selalu merasa kurang dan akhirnya terus menerus mengeluh. Seperti misalnya, tidak percaya diri karena hidung pesek, minder hanya karena memiliki dahi lebar, kerap berlebihan mengenakan eyeliner demi menyamarkan mata yang sipit, belum lagi drama si rambut keriting. Sudahlah, perempuan dan ambisi mereka terhadap tubuh sempurna, memang tidak akan ada habisnya!

Sebuah penelitian dilakukan oleh Unilever lewat Dove Real Beauty Global Researchyang dilakukan di 25 negara dan melibatkan 5006 perempuan, terungkap bahwa sekitar 80 persen perempuan tidak bisa melihat kecantikannya sendiri, meskipun mereka setuju bahwa masing-masing perempuan memiliki kecantikannya sendiri. Lalu, sebanyak 64 persen perempuan merasa diri mereka tidak cantik. 

Penelitian ini juga menyingkap 32 persen perempuan yang mengakui tekanan kecantikan terbesar berasal dari diri mereka sendiri. Parahnya, 54 persen perempuan setuju kalau mereka sendiri adalah kritikus kecantikan terburuk.

"Tekanan ini biasanya terjadi karena selalu membanding-bandingkan dengan perempuan lain yang dianggap lebih cantik. Jadi mereka menilai dirinya lebih jelek. Coba pikirkan saat ditanya tentang bagian tubuh mana yang jelek,pasti cepat jawabnya. Sebaliknya, kalau ditanya bagian mana yang disuka pasti susah dijawab," kata Eva Arisuci Rudjito, Marketing Manager Skin Cleansing Unilever Indonesia dalam acara Dove Beauty is U Global Research beberapa waktu lalu di Jakarta.

Melihat fenomena ini, penulis cerita, Marie C. menyarankan daripada Anda terus-terusan mengeluh, cobalah belajar pada kejujuran dan kepolosan anak perempuan. Menurutnya, para anak perempuan lebih bisa menghargai tubuh mereka, dibandingkan perempuan dewasa.

"Ini adalah perbedaan cara pandang tentang segala sesuatu yang dimiliki. Pendekatan utilitarian ini, membuktikan bahwa perempuan dewasa cenderung mengabaikan berbagai hal yang bisa dilakukan dengan semua anggota tubuhnya. Mereka harusnya lebih bersyukur dan tidak terlalu mengkhawatirkan hal-hal seperti selulit, lengan besar, uban dan hal-hal lain yang kurang sempurna," jelas Marie.

Kebalikan dengan perempuan dewasa, anak-anak perempuan justru lebih mudah menemukan bagian tubuh yang disukainya, beserta alasannya.

"Bagian tubuh yang paling saya suka mata. Saya paling suka mata karena kedua mata membantu saya melihat berbagai hal yang berbeda setiap saat. Saya juga suka tangan karena dengan tangan, saya bisa melakukan banyak hal dan juga menulis banyak hal. Saya juga suka kaki, karena bisa membantu saya berjalan dan bersenang-senang," - Jeniah (8).

"Saya suka semua, karena saya bisa bergerak dengan semua anggota tubuh yang saya miliki. Saya juga suka dengan bulu mata yang panjang, kulit yang setengah putih dan setengah cokelat (sawo matang.red), dan juga rambut saya yang panjang karena bisa dikibas-kibaskan," - Bayan (6).

"Saya suka mata saya karena bisa melihat banyak warna dan juga melihat segala sesuatunya. Saya juga suka kaki saya karena sangat panjang," - Charae (5).

"Saya suka tubuh saya semuanya, karena ini seperti sebuah keajaiban" Sofia (5).


http://female.kompas.com

Punya Anak Perempuan Bikin Ibu Lebih Modis

Siapa bilang setelah jadi ibu, perempuan tidak bisa lagi tampil gaya dan terlihat cantik? Anda bisa kok tampil cantik dan menjadi yummy mummy seperti saat masih lajang dulu.
Michelle Obama, Kate Moss, dan Samantha Cameron adalah contoh perempuan yang tetap terlihat cantik dan modis sekalipun sudah memiliki anak.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh toko ritel Gray & Osbourn mengungkapkan bahwa ternyata ada pengaruh antara anak dan penampilan seorang ibu. Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak perempuan cenderung lebih stylish dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak laki-laki. Lebih dari seperempat perempuan yang disurvei setuju dengan hal ini.

Kepedulian ibu yang memiliki anak perempuan terhadap fashion ini disebabkan putri-putri mereka akan membantu dan menjadi penata gaya ketika usia mereka bertambah.

Lebih dari setengah perempuan yang disurvei (51 persen) mengatakan bahwa mereka lebih percaya pendapat anak perempuan mereka dibandingkan penilaian orang lain. Bahkan, 78 persen perempuan di atas usia 50 tahun mengatakan kalau mereka lebih senang membiarkan anak perempuannya yang memilihkan busana untuk mereka.

Sebaliknya, hanya lima persen perempuan yang ingin meminta saran gaya busana dari anaknya. Sekitar delapan persen perempuan berusia 45 tahun ke atas mengaku mengambil saran busana dari suaminya.

"Seiring waktu membesarkan anak laki-laki, ibu biasanya tidak terlalu tertarik dengan mode. Namun, ibu dengan anak perempuan akan memiliki minat pada fashion karena secara tak langsung anak perempuannya akan mengenal fashion," kata psikolog, Honey Langcaster-James.

Selain itu, Honey menambahkan, jalinan kedekatan anak perempuan dengan ibunya akan menjadi sebuah sumber dukungan serta dorongan untuk memutuskan gaya busana yang digunakan.

"Alasan paling umum adalah anak perempuan itu lebih kritis dan bisa menawarkan nasihat yang baik, bahkan memberi unsur kompetisi untuk melihat gaya siapa yang terbaik," katanya.

Lucunya, hubungan ibu dan anak perempuan ini tak hanya sebatas itu. Sebanyak 40 persen anak perempuan berusia 19-34 tahun mengatakan kalau mereka tidak akan membiarkan ibunya berbelanja baju tanpa pengawasan mereka.

"Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan antara ibu dan anak perempuan, juga betapa perempuan itu lebih suka dan menghargai pendapat yang jujur serta bisa dipercaya," ujar Honey.

http://female.kompas.com

Berbahagialah Orangtua yang Memiliki Anak Perempuan

Melalui sebuah penelitian, para ilmuan menyimpulkan bahwa keluarga yang memiliki anak perempuan cenderung lebih bahagia, sukses, dan mereka yang memiliki saudara perempuan berpotensi untuk umur panjang.
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Ulster di Irlandia Utara menyatakan, anak perempuan dalam keluarga merupakan energi penyeimbang. Terutama saat terjadi sesuatu yang menyedihkan dan menyakitkan, seperti misalnya perceraian orangtua, kematian, anggota keluarga terjangkit penyakit keras, dan sebagainya. Alasannya, karena secara alamiah perempuan dianugerahi kepekaan perasaan dan kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik serta membicarakan beban yang mereka rasakan. Personifikasi yang demikian membuat mereka tidak memendam pikiran dan masalah dalam hati.
Penelitian ini melibatkan partisipan sebanyak 571 orang dengan kisaran usia antara 17 hingga 25 tahun. Mereka diberikan angket berisi serangkaian pertanyaan mengenai pandangan mereka akan masa depan, apa yang mereka lakukan saat terbentur masalah, dan sebagainya. Akhirnya terangkum informasi yang menyatakan bahwa partisipan yang memiliki saudara perempuan ditemukan lebih bahagia dan menikmati hidup dengan pikiran yang terbuka.

Selain itu, partisipan yang dibesarkan oleh orangtua yang bercerai, ternyata tetap mampu menjalani kehidupan secara normal berkat memiliki saudara perempuan yang menjadi tempat mereka berbagi dan saling mendukung. “Penemuan ini bisa dijadikan materi menguntungkan bagi psikolog anak, lembaga konsutan keluarga, atau pihak lainnya yang menawarkan bantuan bagi anak-anak yang menjadi “korban” perceraian orangtua,” ujar Professor Tony Casdidy, Ketua Penelitian.
Menurut Tony, memiliki anak dan saudara perempuan mendorong komunikasi antar anggota keluarga lainnya menjadi lebih baik. Seperti yang kita ketahui dalam ilmu psikologi, mengemukakan perasaan emosional berdampak postitif bagi kesehatan batiniah manusia.

http://female.kompas.com