Tuntutan persaingan di sekolah saat ini membuat anak-anak disibukkan
dengan kegiatan les hampir setiap hari. Akibatnya, waktu mereka untuk
bermain jadi berkurang.
Selain karena tak mau anak tertinggal dari teman-teman sekolahnya,
orangtua juga kerap merasa takut bila anak banyak bermain. Misalnya,
takut anak terjatuh saat berlari-larian di luar, atau takut terserang
kuman saat bermain tanah.
Namun, kekhawatiran berlebih orangtua mengenai aktivitas bermain anak justru dapat memengaruhi perkembangan anak di masa depan.
“Biasanya anak-anak yang kerap dilarang bermain oleh orangtuanya agak
cenderung kaku dan tidak fleksibel, kemudian emosinya juga negatif
karena mereka merasa selalu ditekan dengan banyaknya aturan ada. Anak
jadi menarik diri, ada yang memberontak, dan macam-macam,” terang
psikolog Mayke S. Tedjasaputra, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Anak juga bisa jadi sulit bergaul dan tidak terampil untuk melakukan
banyak hal, karena anak merasa takut. Kerap dilarang bermain membuat
inisiatif dan kreativitas anak juga kurang berkembang. Akibatnya anak
bisa merasa kurang percaya diri.
Bila hal ini terus berlangsung, kelak anak jadi tidak berani
mengungkapkan pendapat, tidak bebas memilih, dan menentukan apa yang
akan dilakukan. Anak tidak mampu memprioritaskan yang lebih penting dan
tidak penting. Padahal, inilah yang sangat penting saat anak jadi
dewasa.
Pada dasarnya, orangtua pasti ingin membentuk anaknya jadi seorang
anak yang cerdas, kreatif, mandiri, demikian menurut psikolog anak dan
keluarga, Roslina Veraulii.
Namun untuk mencapainya, orangtua cenderung memilih memberikan
segudang les yang terkadang membuat anak sangat sibuk. Dampaknya waktu
bermain anak berkurang, dan membatasi waktu dan tempat bermain di dalam
rumah saja. Padahal ini justru akan menimbulkan banyak keluhan dari
anak.
“Belajar yang hanya berpusat pada kegiatan akademis yang membutuhkan
usaha mental tinggi dan berkepanjangan, dampaknya justru anak lelah,
terganggu emosinya, atensi konsentrasinya minim, bahkan ada banyak
keluhan fisik. Misalnya anak merasa pusing atau sakit perut,” tambah
Roslina.
Jangan lupa, bermain tak hanya menimbulkan rasa senang dan membuat
anak dapat melepaskan energi positif maupun negatif. Selain itu kegiatan
bermain juga menjadi sarana anak-anak untuk mengembangkan diri secara
optimal.
http://nationalgeographic.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar