23 Oktober 2014

3 Penelitian Mengenai "Parenting" yang Perlu Diketahui Para Orangtua

Menjadi orangtua bukan sebatas hanya menyediakan fasilitas dan memberikan pendidikan yang layak kepada anak. Sebab, sebenarnya, untuk memberikan kehidupan yang lebih baik itu dibutuhkan hal-hal yang tidak berkaitan dengan materi. Berikut ini tiga penelitian mengenai hubungan orangtua dan anak yang patut Anda simak.

Menjadi orangtua itu membahagiakan
Beberapa tahun belakangan ini, sejumlah penelitian menemukan bahwa menjadi orangtua itu sangat membahagiakan. Kadar dan kualitas kebahagiaan bisa meredam rasa sakit pada tubuh, entah itu sakit kepala atau kram perut. Hal menarik lainnya adalah ditemukan bahwa kebahagiaan yang dirasakan oleh ayah saat memiliki anak melebihi rasa bahagia seorang ibu.

Manfaat dari memprioritaskan anakMenurut studi yang dihelat oleh Ashton-James pada 2013 silam, orangtua yang selalu mendahulukan kepentingan dan kebutuhan anak memiliki pribadi yang hangat dan menyenangkan di lingkungan sosialnya. Selain itu, sikap yang demikian juga ampuh dalam menghalau energi negatif yang bisa merusak mood sepanjang hari.
"Penemuan ini menyimpulkan bahwa semakin tinggi kasih sayang dan perhatian orangtua kepada anak, semakin bahagialah dirinya," ujar James.

Bahaya terlalu disiplin terhadap anak
Sekitar 90 persen orangtua di Amerika Serikat mengaku setidaknya pernah menegur dan memarahi anak secara keras dan terbilang kasar. Sebenarnya, cara ini sama sekali tidak mendidik. Selain tidak menyelesaikan masalah, juga hanya memanjangkan dan membuat anak jadi pendendam. Hal ini sudah diteliti terhadap 967 keluarga di AS. Anak-anak yang tumbuh dengan aturan orangtua yang terlalu disiplin justru menyebabkan mereka memiliki gangguan psikologis saat dewasa.
"Gagasan bahwa keras terhadap anak bakal membuat mereka berpikir itu sebagai bentuk kasih sayang orangtua sama sekali keliru. Kehangatan hubungan dan komunikasi yang baik antar-orangtua kepada anak memberikan hasil akhir yang lebih positif pada tubuh kembang anak," ujar Ming Te Wang, ketua penelitian.

http://female.kompas.com

Para Ibu Jangan Mengeluh “Gendut” dan “Tua” di Depan Anak Perempuan

Sifat wanita yang jarang puas dengan penampilan fisiknya bisa berakibat buruk pada anak-anak perempuan mereka. Pasalnya, menurut sebuah penelitian di Inggris, mengatakan bahwa anak yang sering mendengar keluhan ibu menggunakan kata “gemuk”, “tua”, dan “lelah” bakal memiliki rasa percaya diri yang rendah.
Tak dimungkiri, hanya sedikit jumlah wanita yang benar-benar mencintai tubuh mereka apa adanya. Kondisi ini diyakini terbentuk semenjak kita masih kecil. Dilansir DailyMail, terkuak fakta bahwa 69 wanita yang menyatakan sering meluapkan keluhan soal bentuk tubuh depan anak perempuan mereka. lalu, 34 persen ibu lainnya mengaku bahwa anak perempuan mereka sering menunjukan mimik negatif saat si ibu mengucapkan hal negatif tentang diri sendiri.
Dibandingkan wanita lain, ternyata wanita di Inggris paling sering mengeluh mengenai tubuh mereka dengan mengatakan merasa lelah (79 persen), merasa tua (69 persen), dan gemuk (68 persen).

Baru-baru ini, sebuah brand kecantikan, Dove membuat sebuah film pendek untuk menginspirasi dan mengajak para wanita dewasa untuk mencintai tubuhnya. Film ini disebarkan lewat media sosial bertagar FeelBeautifulFor.
Film ini menayangkan beberapa wanita yang mengungkapkan bagian tubuh yang paling mereka tidak suka dan mereka sukai.  ''Bagian tubuh nomor satu yang paling tidak aku sukai adalah lenganku yang besar,'' ujar Michelle Anthony, ibu dari dua anak perempuan asal Chester, Inggris.
Seorang ibu lainnya  menyebutkan bahwa bagian tubuh yang tidak mereka sukai adalah mata yang tak simetris dan betis yang besar.
Selanjutnya, anak dari para wanita tersebut diminta untuk menuliskan daftar tubuh yang mereka suka dan tidak suka. Hasilnya, bagian tubuh yang dituliskan anak ternyata sama persis dengan yang dikeluhkan oleh sang ibu. Hal ini tentunya membuat para ibu menjadi bersedih.
Akhirnya, para ibu yang tampil dalam film pendek itu pun tersadar bahwa apa yang mereka keluhkan mengenai tubuh mereka, sangat berpengaruh pada pembentukan pola pikir sang buah hati.
''Aku berkata pada anakku, bagian tubuh apa saja yang tidak aku sukai, dan aku berpikir hal itulah yang menyebabkan mereka menulis daftar yang sama sepertiku,'' Ucap Anthony. ''Percaya dirilah, dan sadar bahwa yang Anda lakukan dapat mempengaruhi anakmu,” sarannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Dove, mengungkapkan bahwa 71 persen dari para anak perempuan kecil merasa tertekan untuk tumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik. Kondisi ini tentunya sangatlah tidak kondusif bagi perkembang psikis anak. Maka dari itu, sebagai seorang ibu, jadilah panutan terbaik bagi si kecil. Sadarilah apa yang Anda pikirkan dan lakukan memiliki pengaruh besar pada mentalitas anak.
Pujilah diri sendiri dan anak, wariskan gaya hidup dan gaya berpikir yang positif. Jangan biarkan anak terbelenggu pada tekanan lingkungan sosial yang seolah menuntut mereka memiliki tubuh yang ideal dan paras nan cantik sempurna.
Survei ini turut menanyakan pada sejumlah ibu mengenai apa yang ingin disampaikan kepada gadis-gadis kecil mengenai kecantikan. Hasilnya, sebanyak 51 persen menyarankan untuk belajar melihat kecantikan pada tiap orang. Lalu, 35 persen ingin anak-anak untuk belajar menerima diri apa adanya, dan 29 persen berusaha untuk selalu mengajarkan kejujuran pada diri sendiri.

http://female.kompas.com