Pernah dengar istilah 'sehat itu mahal'? Menjadi sehat sebenarnya bukan
sesuatu yang sulit didapatkan apabila Anda terbiasa menjalani gaya hidup
yang baik. Membiasakan mencuci tangan sebelum makan misalnya, hanya
perlu waktu tak lebih dari 60 detik untuk melakukannya. Ini kebiasaan
baik lainnya yang akan membantu Anda mendapatkan kesehatan optimal.
1. Melepas Sepatu Sebelum Masuk Rumah
Melepas
sepatu sebelum melewati pintu akan mencegah kotoran, debu, zat kimia
dan penyebab alergi masuk ke dalam rumah. Kebiasaan ini merupakan cara
yang praktis untuk menjaga rumah tetap bersih dan bebas dari polutan.
2. Menutup Hidung dengan Lengan Saat Bersin
Ketika
tidak punya tisu atau sapu tangan untuk menutupi mulut dan hidung saat
bersin atau batuk, gunakan bagian dalam siku atau lengan. Tujuannya
untuk menghindari Anda memakai telapak tangan, yang bisa dengan mudah
menyebarkan kuman. Cara ini juga mencegah kuman atau kuman dari mulut
tersebar ke udara, yang bisa mendarat di permukaan benda lalu tersentuh
dan menginfeksi orang lain.
3. Istirahatkan Mata
Banyak
karyawan dan mahasiswa yang menghabiskan waktu berjam-jam menatap layar
komputer setiap harinya. Cahaya komputer, postur tubuh membungkuk dan
penerangan yang minim bisa membuat mata tegang dan sakit kepala. Untuk
melindungi mata, lakukan aturan '20-20-20'.
Setiap 20 menit
sekali, alihkan mata dari layar komputer selama 20 detik dengan melihat
benda yang berjarak 20 meter dari tempat Anda duduk. Sempatkan waktu
untuk berdiri, angkat kedua tangan ke atas dan regangkan tubuh untuk
melancarkan aliran darah agar tubuh lebih segar.
4. Mengoleskan Tabir Surya
Mengoleskan
krim/lotion tabir surya dengan minimal 30 SPF tiap hari, tidak hanya
mencegah kulit menggelap tapi juga memperlambat tanda-tanda penuaan
kulit dan mengurangi risiko kanker kulit. Saat terik matahari maupun
mendung, pakai tabir surya setiap hari saat keluar rumah adalah
keharusan.
5. Minum Air Putih
Minum air putih
sedikitnya delapan gelas sehari itu harus, dan bisa bertambah jika Anda
banyak beraktivitas fisik. Tubuh terdiri dari 60 persen air. Fungsi
cairan tubuh adalah menjaga kesehatan pencernaan, membantu penyerapan
nutrisi, melancarkan sirkulasi darah, memproduksi air liur, mengalirkan
nutrisi dan menjaga temperatur tubuh. Minum cukup air juga mencegah
sembelit.
6. Memanaskan Spons Cuci Piring
Sejumlah
studi menunjukkan, spons cuci piring adalah benda paling banyak
menyimpan kuman di rumah. Spons setiap hari digunakan untuk membersihkan
sisa makanan, lemak dan kotoran di dapur. Tekstur spons yang berongga
dan lembab menjadikannya tempat favorit bagi bakteri, kuman dan jamur
berkumpul.
Untuk mematikan kuman, panaskan spons di dalam
microwave. Basahi terlebih dahulu dengan air, lalu masukkan dalam
microwave dan panaskan selama 45 detik. Lakukan secara rutin setiap sore
hari, setelah aktivitas di dapur selesai.
7. Hitung Sampai 20 Ketika Marah
Saat
emosi memuncak, hitung sampai 20 sambil ambil napas dalam-dalam secara
perlahan di setiap sela-sela hitungan. Teknik sederhana ini bisa
mengurangi kemarahan dan menenangkan syaraf-syaraf Anda.
Menghitung
akan mengalihkan pikiran, memberi Anda waktu untuk meredam emosi dari
situasi yang tegang. Jika rasa marah itu masih ada, teruskan menghitung
dan tarik napas dalam sampai Anda lebih tenang dan terkontrol.
8. Menyikat Lidah
Saat
gosok gigi, jangan lupa juga menyikat lidah. Membersihkan lidah adalah
langkah penting untuk menjaga kesehatan mulut. Penelitian menunjukkan,
penyakit gusi dan gigi tidak hanya mengancam kesehatan mulut tapi juga
keseluruhan tubuh.
Pangkal lidah merupakan tempat bersarangnya
bakteri dan kuman yang menimbulkan bau mulut tak sedap. Setelah gosok
gigi, sikatlah permukaan lidah dari belakang mengarah ke depan
menggunakan sikat gigi atau pembersih lidah. Lakukan sehari sekali untuk
menyingkirkan bakteri dan sisa makanan yang tertinggal di lidah.
http://wolipop.detik.com
8 Oktober 2013
7 Oktober 2013
Patience Freely Offered
“The Spirit produces…..patience.” Galatians 5:22
If you find patience hard to
give, you might ask the question. How infiltrated are you with God’s
patience? You’ve heard about it. Read about it. Perhaps underlined
Bible passages regarding it. But have you received it? The proof is in
your patience. Patience deeply received results in patience freely
offered…
God does more than demand patience from us; He offers it to us. Patience is a fruit of His
Spirit. It hangs from the tree of Galatians 5:22: “The Spirit produces the fruit of love, joy, peace, patience, kindness, goodness, faithfulness, gentleness, self-control.”
Spirit. It hangs from the tree of Galatians 5:22: “The Spirit produces the fruit of love, joy, peace, patience, kindness, goodness, faithfulness, gentleness, self-control.”
Have you asked God to give you some fruit? Well I did once, but…
But what? Did you, h’m, grow impatient? Ask Him again and again and
again. He won’t grow impatient with your pleading, and you will receive
patience in your praying.
by Max Lucado
Relaksasi, Rahasia Bahagia dan Selalu Berenergi
Tak ada formula yang pasti untuk menciptakan kesuksesan dalam hidup.
Namun salah satu bahan utama untuk mendapatkan umur panjang dan
kebahagiaan dalam hidup adalah the act of not doing, alias tidak melakukan apa-apa, menikmati waktu relaksasi dan bersantai.
Tony Schwartz, Founder dan CEO The Energy Project mengungkapkan, "Setiap manusia tidak dirancang untuk mengeluarkan energi terus-menerus. Sebaliknya, kita ditakdirkan untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemulihan energi. Sebenarnya secara fisiologis, setiap manusia sudah menyadari bahwa tubuhnya memerlukan istirahat," katanya.
Sesibuk apa pun kita, selalu luangkan waktu untuk "break" dan mengisi ulang energi. Tak selalu dalam bentuk liburan ke luar kota, tapi melakukan hal-hal kecil seperti ini sebenarnya cukup untuk membuat kita merasa santai.
1. Melakukan hal-hal sederhana
Chris Solarz, seorang konsultan dana pensiun yang memiliki waktu sibuk sepanjang hari selalu berusaha untuk melakukan hal-hal sederhana yang bisa membuatnya rileks. Selama sembilan tahun bekerja ia selalu berjalan kaki ke kantornya dibandingkan harus menggunakan kereta bawah tanah. "Waktu naik commuter adalah waktu mati, maka lebih enak untuk berjalan kaki dan menikmati lingkungan sekitar," ungkapnya.
Baginya, berjalan kaki bisa membantu mengurangi sakit kepala, menghilangkan depresi, meningkatkan kepercayaan diri. Anda mungkin saja merasa sulit untuk mencontoh Chris setiap harinya karena jarak yang jauh dari rumah ke kantor. Tetapi Anda bisa mengganti waktunya, misalnya bangun lebih pagi kemudian berjalan-jalan selama 10 menit di sekitar rumah.
2. Hewan peliharaan
Bermain dengan hewan peliharan bisa membantu mengurangi ketegangan selama bekerja. Tahukah Anda bahwa beberapa Presiden Amerika Serikat, Obama, Clinton, dan Reagan, memelihara anak anjing untuk membantu mereka bersantai. Mengamati polah hewan peliharaan terbukti dapat membantu menurunkan tekanan darah dan tingkat stres.
3. Tidur siang
Ini mungkin terlihat sangat sederhana, tapi sering diremehkan. Arianna Huffington menyarankan untuk tidak meremehkan manfaat tidur siang. "Tidur membuat kita jadi lebih produktif, kreatif, mengurangi stres, lebih sehat dan lebih bahagia," ungkapnya.
Beberapa perusahaan di Amerika bahkan memberikan karyawannya jam tidur siang di kantor, misalnya Google, Nationwide Planning Associates dan P&G. Kalau kantor Anda tak memiliki jadwal seperti ini, Anda bisa menyiasatinya dengan memejamkan mata sebentar saat sedang lelah dan tidur siang saat weekend.
4. Matikan ponsel
Setiap harinya waktu Anda sudah tersita dengan deringan telepon dan juga layar komputer, maka saat liburan atau saat ingin bersantai matikan saja ponsel dan komputer Anda. Terus-terusan memandang atau menerima panggilan telepon akan membuat Anda mengalami kelelahan total. Di akhir pekan ada baiknya untuk mematikan ponsel semua gadget Anda. Ini mirip seperti reboot dan detoks untuk otak dan jiwa Anda.
5. Bermain
Main tak cuma untuk anak-anak kecil. "Orang dewasa juga tak kehilangan kebutuhan untuk melakukan hal baru yang menyenangkan seperti anak-anak," jelas Scott G. Eberle, PhD. Orang-orang yang sibuk di dunia pun tahu bahwa bermain bisa membantu mereka lebih santai. Presiden Obama menemukan kecintaannya untuk bermain bola, Greg marcus, CEO dan Presiden The Marcus Corp bermain piano untuk melepas stres.
6. Menghargai alam
Alam bisa membantu Anda untuk bersantai. Sesekali, ganti rutinitas Anda ke mal dengan menyambangi taman-taman kota. Bermain bersama si kecil atau membaca di tengah hijaunya rumput dan pepohonan bisa membuat kita merasa lebih rileks.
Atau tiru Michelle Obama yang selalu berkebun untuk menghilangkan kelelahannya. "Jika saya merasa lelah dan tegang maka saya akan pasang iPod dan langsung bersepeda sepanjang danau Michigan bersama putri-putri saya," katanya.
http://female.kompas.com
Tony Schwartz, Founder dan CEO The Energy Project mengungkapkan, "Setiap manusia tidak dirancang untuk mengeluarkan energi terus-menerus. Sebaliknya, kita ditakdirkan untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemulihan energi. Sebenarnya secara fisiologis, setiap manusia sudah menyadari bahwa tubuhnya memerlukan istirahat," katanya.
Sesibuk apa pun kita, selalu luangkan waktu untuk "break" dan mengisi ulang energi. Tak selalu dalam bentuk liburan ke luar kota, tapi melakukan hal-hal kecil seperti ini sebenarnya cukup untuk membuat kita merasa santai.
1. Melakukan hal-hal sederhana
Chris Solarz, seorang konsultan dana pensiun yang memiliki waktu sibuk sepanjang hari selalu berusaha untuk melakukan hal-hal sederhana yang bisa membuatnya rileks. Selama sembilan tahun bekerja ia selalu berjalan kaki ke kantornya dibandingkan harus menggunakan kereta bawah tanah. "Waktu naik commuter adalah waktu mati, maka lebih enak untuk berjalan kaki dan menikmati lingkungan sekitar," ungkapnya.
Baginya, berjalan kaki bisa membantu mengurangi sakit kepala, menghilangkan depresi, meningkatkan kepercayaan diri. Anda mungkin saja merasa sulit untuk mencontoh Chris setiap harinya karena jarak yang jauh dari rumah ke kantor. Tetapi Anda bisa mengganti waktunya, misalnya bangun lebih pagi kemudian berjalan-jalan selama 10 menit di sekitar rumah.
2. Hewan peliharaan
Bermain dengan hewan peliharan bisa membantu mengurangi ketegangan selama bekerja. Tahukah Anda bahwa beberapa Presiden Amerika Serikat, Obama, Clinton, dan Reagan, memelihara anak anjing untuk membantu mereka bersantai. Mengamati polah hewan peliharaan terbukti dapat membantu menurunkan tekanan darah dan tingkat stres.
3. Tidur siang
Ini mungkin terlihat sangat sederhana, tapi sering diremehkan. Arianna Huffington menyarankan untuk tidak meremehkan manfaat tidur siang. "Tidur membuat kita jadi lebih produktif, kreatif, mengurangi stres, lebih sehat dan lebih bahagia," ungkapnya.
Beberapa perusahaan di Amerika bahkan memberikan karyawannya jam tidur siang di kantor, misalnya Google, Nationwide Planning Associates dan P&G. Kalau kantor Anda tak memiliki jadwal seperti ini, Anda bisa menyiasatinya dengan memejamkan mata sebentar saat sedang lelah dan tidur siang saat weekend.
4. Matikan ponsel
Setiap harinya waktu Anda sudah tersita dengan deringan telepon dan juga layar komputer, maka saat liburan atau saat ingin bersantai matikan saja ponsel dan komputer Anda. Terus-terusan memandang atau menerima panggilan telepon akan membuat Anda mengalami kelelahan total. Di akhir pekan ada baiknya untuk mematikan ponsel semua gadget Anda. Ini mirip seperti reboot dan detoks untuk otak dan jiwa Anda.
5. Bermain
Main tak cuma untuk anak-anak kecil. "Orang dewasa juga tak kehilangan kebutuhan untuk melakukan hal baru yang menyenangkan seperti anak-anak," jelas Scott G. Eberle, PhD. Orang-orang yang sibuk di dunia pun tahu bahwa bermain bisa membantu mereka lebih santai. Presiden Obama menemukan kecintaannya untuk bermain bola, Greg marcus, CEO dan Presiden The Marcus Corp bermain piano untuk melepas stres.
6. Menghargai alam
Alam bisa membantu Anda untuk bersantai. Sesekali, ganti rutinitas Anda ke mal dengan menyambangi taman-taman kota. Bermain bersama si kecil atau membaca di tengah hijaunya rumput dan pepohonan bisa membuat kita merasa lebih rileks.
Atau tiru Michelle Obama yang selalu berkebun untuk menghilangkan kelelahannya. "Jika saya merasa lelah dan tegang maka saya akan pasang iPod dan langsung bersepeda sepanjang danau Michigan bersama putri-putri saya," katanya.
http://female.kompas.com
Pasangan yang Berciuman pada Pagi Hari Lebih Sukses
Jika Anda ingin bahagia, sehat, sukses, dan hidup lebih lama, maka
berikan pasangan Anda ciuman sebelum pergi untuk bekerja setiap hari.
Itulah kesimpulan dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh sekelompok
dokter Jerman dan psikolog, bekerja sama dengan perusahaan asuransi.
Menurut dr Arthur Sazbo, penelitian ini mengungkapkan bahwa mereka yang mencium pasangannya, pagi sebelum berangkat kerja, terhindar dari penyakit ringan sehingga berdampak pada rendahnya kuantitas absen kerja. Kemudian, potensi mereka mengalami kecelakaan saat perjalanan menuju ke kantor pun terbilang rendah.
Yang lebih mengejutkan, peluang mereka memperoleh penghasilan yang besar, 20 sampai 30 persen lebih tinggi, dibandingkan mereka yang tidak mencium pasangannya sebelum berangkat kerja. Mereka juga hidup lima tahun lebih lama dari orang yang bahkan tidak memberikan kecupan di pipi pada pasangannya.
Menurut dr Sazbo, ciuman pada pagi hari merupakan awal yang positif untuk memulai aktivitas seharian penuh. Ciuman menandakan kasih, dukungan, dan keikhlasan. Tiga hal ini dapat melahirkan rasa optimis dan percaya diri dalam diri seseorang.
Sebaliknya, mereka yang tidak pernah mencium pasangannya kala sang surya menyingsing mayoritas berangkat kerja dengan perasaan tidak tenang dan tidak benar pada diri mereka sendiri.
Apakah Anda percaya atau tidak pada hasil penelitian ini, hal tersebut menjadi pilihan masing-masing. Namun, tak ada yang salah dengan memberikan kecupan sayang kepada pasangan pada pagi hari. Setidaknya lewat ciuman pagi, Anda telah membuat pasangan merasa dicintai. Jadi, kenapa tidak?
http://female.kompas.com
Menurut dr Arthur Sazbo, penelitian ini mengungkapkan bahwa mereka yang mencium pasangannya, pagi sebelum berangkat kerja, terhindar dari penyakit ringan sehingga berdampak pada rendahnya kuantitas absen kerja. Kemudian, potensi mereka mengalami kecelakaan saat perjalanan menuju ke kantor pun terbilang rendah.
Yang lebih mengejutkan, peluang mereka memperoleh penghasilan yang besar, 20 sampai 30 persen lebih tinggi, dibandingkan mereka yang tidak mencium pasangannya sebelum berangkat kerja. Mereka juga hidup lima tahun lebih lama dari orang yang bahkan tidak memberikan kecupan di pipi pada pasangannya.
Menurut dr Sazbo, ciuman pada pagi hari merupakan awal yang positif untuk memulai aktivitas seharian penuh. Ciuman menandakan kasih, dukungan, dan keikhlasan. Tiga hal ini dapat melahirkan rasa optimis dan percaya diri dalam diri seseorang.
Sebaliknya, mereka yang tidak pernah mencium pasangannya kala sang surya menyingsing mayoritas berangkat kerja dengan perasaan tidak tenang dan tidak benar pada diri mereka sendiri.
Apakah Anda percaya atau tidak pada hasil penelitian ini, hal tersebut menjadi pilihan masing-masing. Namun, tak ada yang salah dengan memberikan kecupan sayang kepada pasangan pada pagi hari. Setidaknya lewat ciuman pagi, Anda telah membuat pasangan merasa dicintai. Jadi, kenapa tidak?
http://female.kompas.com
Ibu yang Terlalu Cerewet Bisa Bikin Putrinya Minder dengan Berat Badannya
Hal yang lumrah jika ibu kerap memperhatikan anaknya, terutama saat
putrinya sudah beranjak dewasa. Namun, ibu yang terlalu cerewet dengan
sering mengkritik dan terlibat dalam kehidupan putrinya cenderung
membuat si anak memiliki gangguan makan dan perilaku sosial yang buruk.
Menurut studi terbaru, gangguan makan yang terjadi lebih mengarah pada ketidakpuasan tubuh dan keyakinan serta praktik mengontrol berat badan yang tidak sehat. Hal ini sering terjadi di kalangan wanita di Amerika Serikat.
Peneliti melibatkan 286 mahasiswi dengan rata-rata usia 21 tahun. Ibu dan saudara mereka yang lebih tua juga diminta untuk mengisi kuisioner online. Sementara itu, penelitian juga menunjukkan bahwa dinamika keluarga seperti konflik dan kontrol bisa mempengaruhi emosi dan kesejahteraan sosial para perempuan muda.
Tapi, ibu yang terlalu ikut campur dan kritis berhubungan langsung dengan terjadinya masalah perilaku sosial dan gangguan makan pada anaknya. Penelitian ini diterbitkan secara online tanggal 18 September di jurnal Communication Monographs.
"Terlihat bahwa bentuk komunikasi korosif dalam keluarga sangat merusak pandangan individu terhadap dirinya sendiri dan juga kesejahteraannya. Karena hal ini mempromosikan perjuangan mereka untuk mengontrol dan meningkatkan dirinya," jelas penulis utama studi, Analisa Arroyo, asisten profesor komunikasi di University of Georgia, Athena.
Ia menambahkan, gangguan makan bisa berkembang sebagai teknik kompensasi untuk berurusan dengan ketidakmampuan sosial dan emosi yang negatif. Dalam penelitian itu disebutkan bahwa orang tua adalah pengaruh utama dalam pengembangan konsep diri serta keterampilan sosial anak-anak mereka.
Dikutip dari HealthDay, Kamis (3/10/2013), Arroyo menyimpulkan, "Jika orang tua fokus pada hubungan yang sehat antara orang tua dan anak serta mengajarkan anak-anak mereka keterampilan komunikasi yang efektif, kompetensi sosial tersebut justru bisa berfungsi melindungi berkembangnya tekanan psikologis dan gangguan makan."
http://health.detik.com
Menurut studi terbaru, gangguan makan yang terjadi lebih mengarah pada ketidakpuasan tubuh dan keyakinan serta praktik mengontrol berat badan yang tidak sehat. Hal ini sering terjadi di kalangan wanita di Amerika Serikat.
Peneliti melibatkan 286 mahasiswi dengan rata-rata usia 21 tahun. Ibu dan saudara mereka yang lebih tua juga diminta untuk mengisi kuisioner online. Sementara itu, penelitian juga menunjukkan bahwa dinamika keluarga seperti konflik dan kontrol bisa mempengaruhi emosi dan kesejahteraan sosial para perempuan muda.
Tapi, ibu yang terlalu ikut campur dan kritis berhubungan langsung dengan terjadinya masalah perilaku sosial dan gangguan makan pada anaknya. Penelitian ini diterbitkan secara online tanggal 18 September di jurnal Communication Monographs.
"Terlihat bahwa bentuk komunikasi korosif dalam keluarga sangat merusak pandangan individu terhadap dirinya sendiri dan juga kesejahteraannya. Karena hal ini mempromosikan perjuangan mereka untuk mengontrol dan meningkatkan dirinya," jelas penulis utama studi, Analisa Arroyo, asisten profesor komunikasi di University of Georgia, Athena.
Ia menambahkan, gangguan makan bisa berkembang sebagai teknik kompensasi untuk berurusan dengan ketidakmampuan sosial dan emosi yang negatif. Dalam penelitian itu disebutkan bahwa orang tua adalah pengaruh utama dalam pengembangan konsep diri serta keterampilan sosial anak-anak mereka.
Dikutip dari HealthDay, Kamis (3/10/2013), Arroyo menyimpulkan, "Jika orang tua fokus pada hubungan yang sehat antara orang tua dan anak serta mengajarkan anak-anak mereka keterampilan komunikasi yang efektif, kompetensi sosial tersebut justru bisa berfungsi melindungi berkembangnya tekanan psikologis dan gangguan makan."
http://health.detik.com
Ingin Punya Bayi Laki-laki atau Perempuan? Ini Tips 'Mendapatkannya'
Segala sesuatu memang ditentukan oleh kehendak Tuhan, salah satunya
jenis kelamin bayi. Tapi, tak ada salahnya bukan jika sebagai manusia,
kita juga berusaha untuk memperbesar peluang mendapatkan buah hati yang
jenis kelaminnya sesuai keiginan?
Nah, menurut dokter spesialis andrologi, dr Nugroho Setiawan, MS, SpAnd, ada beberapa cara yang bisa dilakukan suami istri untuk memperbesar peluangnya memiliki bayi dengan jenis kelamin yang diinginkannya.
dr Nugroho menjelaskan jenis kelamin bayi yang dikandung pada dasarnya tergantung dari sperma mana yang membuahi sel telur karena sperma mengandung kromosom X dan Y. Sperma X sifatnya lebih tahan asam, bisa hidup sampai tiga hari, dan kecepatan berjalannya lambat. Sedangkan sperma Y tidak terlalu tahan asam, waktu hidupnya relatif pendek yakni hanya satu hari, dan kecepatan berjalannya cepat.
Memperbesar peluang memiliki momongan dengan jenis kelamin yang diinginkan, jika melalui inseminasi kemungkinan keberhasilannya mencapai 80 persen. Sedangkan melalui edukasi pada pasangan kemungkinan keberhasilannya sekitar enam puluh persen.
Nah, jika ingin memperbesar peluang mendapatkan bayi laki-laki, pasangan bisa berhubungan intim saat si wanita berada pada masa subur. Sedangkan jika ingin memiliki bayi perempuan maka hubungan bisa dilakukan pada waktu dua atau tiga hari sebelum wanita memasuki masa suburnya.
"Kalau pas masa subur, yang jalannya cepat itu kan yang Y berarti memperbesar peluang anak laki-laki. Kalau dua atau tiga hari sebelum masa subur, kemungkinan besar jadinya anak perempuan karena yang bisa bertahan hidup lebih lama yang X," jelas dr Nugroho kepada detikHealth, saat ditemui di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan, dan ditulis pada Selasa (8/10/2013).
Cara lain yang bisa dilakukan yakni mengatur kedalaman penetrasi penis. Jika ingin memperbesar peluang mendapat bayi perempuan, maka jangan melakukan penetrasi terlalu dalam supaya sperma X-lah yang lebih lama bertahan di dalam vagina hingga akhirnya bisa bertemu sel telur. Sebab, sperma Y akan lebih dulu gugur karena ia tidak bisa bertahan lama di vagina.
"Sebaliknya kalau untuk anak laki-laki, lakukan penetrasi yang dalam sehingga sperma Y yang kecepatan berjalannya cepat, dia bisa segera bertemu dengan sel telur," kata dr Nugroho.
Pria kelahiran Yogyakarta 57 tahun lalu ini juga menambahkan, agar jenis kelamin momongan sesuai yang diinginkan, bisa juga digunakan teori asam basa. "Dulu itu perempuan banyak makan daging sehingga vaginanya dalam kondisi basa dan itu meningkatkan peluang mendapat anak laki-laki, sedangkan kalau makan permen atau yang mengandung gula gitu yang manis-manis, kondisi vaginanya asam dan itu untuk meningkatkan peluang mendapatkan anak perempuan. Tapi, sekarang teori itu mulai ditinggalkan," papar dr Nugroho.
http://health.detik.com
Nah, menurut dokter spesialis andrologi, dr Nugroho Setiawan, MS, SpAnd, ada beberapa cara yang bisa dilakukan suami istri untuk memperbesar peluangnya memiliki bayi dengan jenis kelamin yang diinginkannya.
dr Nugroho menjelaskan jenis kelamin bayi yang dikandung pada dasarnya tergantung dari sperma mana yang membuahi sel telur karena sperma mengandung kromosom X dan Y. Sperma X sifatnya lebih tahan asam, bisa hidup sampai tiga hari, dan kecepatan berjalannya lambat. Sedangkan sperma Y tidak terlalu tahan asam, waktu hidupnya relatif pendek yakni hanya satu hari, dan kecepatan berjalannya cepat.
Memperbesar peluang memiliki momongan dengan jenis kelamin yang diinginkan, jika melalui inseminasi kemungkinan keberhasilannya mencapai 80 persen. Sedangkan melalui edukasi pada pasangan kemungkinan keberhasilannya sekitar enam puluh persen.
Nah, jika ingin memperbesar peluang mendapatkan bayi laki-laki, pasangan bisa berhubungan intim saat si wanita berada pada masa subur. Sedangkan jika ingin memiliki bayi perempuan maka hubungan bisa dilakukan pada waktu dua atau tiga hari sebelum wanita memasuki masa suburnya.
"Kalau pas masa subur, yang jalannya cepat itu kan yang Y berarti memperbesar peluang anak laki-laki. Kalau dua atau tiga hari sebelum masa subur, kemungkinan besar jadinya anak perempuan karena yang bisa bertahan hidup lebih lama yang X," jelas dr Nugroho kepada detikHealth, saat ditemui di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan, dan ditulis pada Selasa (8/10/2013).
Cara lain yang bisa dilakukan yakni mengatur kedalaman penetrasi penis. Jika ingin memperbesar peluang mendapat bayi perempuan, maka jangan melakukan penetrasi terlalu dalam supaya sperma X-lah yang lebih lama bertahan di dalam vagina hingga akhirnya bisa bertemu sel telur. Sebab, sperma Y akan lebih dulu gugur karena ia tidak bisa bertahan lama di vagina.
"Sebaliknya kalau untuk anak laki-laki, lakukan penetrasi yang dalam sehingga sperma Y yang kecepatan berjalannya cepat, dia bisa segera bertemu dengan sel telur," kata dr Nugroho.
Pria kelahiran Yogyakarta 57 tahun lalu ini juga menambahkan, agar jenis kelamin momongan sesuai yang diinginkan, bisa juga digunakan teori asam basa. "Dulu itu perempuan banyak makan daging sehingga vaginanya dalam kondisi basa dan itu meningkatkan peluang mendapat anak laki-laki, sedangkan kalau makan permen atau yang mengandung gula gitu yang manis-manis, kondisi vaginanya asam dan itu untuk meningkatkan peluang mendapatkan anak perempuan. Tapi, sekarang teori itu mulai ditinggalkan," papar dr Nugroho.
http://health.detik.com
4 Oktober 2013
Through All the Seasons. . . God Is Loving and Powerful
Ecclesiastes
3:1-8 — Why has this passage endured the ages as one of the oldest
philosophical poems in our literary canon? It’s certainly among the most
pensive passages of God’s Word, a beautiful meditation that casts a
near-hypnotic spell over readers of any generation.
The
author was the wisest and wealthiest man who ever lived, and this book
is a chronicle of his lifelong quest for true happiness and joy. Solomon
tried wealth, wisdom, work, and wild living. At the end of his
wide-ranging experiments, he concluded that everything was an empty
exercise in vanity. It was like trying to capture the wind in his hands.
As we come to the third chapter, we find Solomon facing an even bigger challenge, a “problem with God.”
I know all about the “problem with God.”
I
would not have chosen cancer as a path to spiritual growth, nor would I
wish such fear and pain on anyone. On the other hand, I do not see my
illness as a random event, some miscellaneous accident of health. And I
do not believe there was a moment when God was absent from the physical,
emotional, and spiritual crisis I endured.
In fact, I found Him everywhere during that time.
I found Him as never before. I glimpsed His face among the doctors and
nurses who cared for me so skillfully. I saw Him there in shining power
among the family of my church, and intimately among the family circle of
my wife and children. He met me in the private chapel of my soul, where
with each passing day I felt deeper in His grace and comfort. I found
my Lord more present and more powerful.
Knowing
there must be pain and suffering for us all, I dearly wish everyone
could travel the road I did. I wish every human soul could see the face
of God in the fear and turmoil.
So many walk a very different path; they experience only His absence.
Rabbi Harold Kushner, the author of When Bad Things Happen to Good People,
when his own three-year-old son contracted a rare disease that took his
life at a young age, penned his conclusions about God and suffering in
order to provide answers to others in similar circumstances.
Kushner’s conclusion was a popularization of an ancient theological conundrum:How can God be both perfectly good and perfectly powerful? The suffering in the world suggests that if He is God, He is not good; or that if He is good, He is not God. In other words, there must be something lacking in either His love or His strength, or He would cure every little pain.
Rabbi
Kushner worked through the old enigma. He concluded that God is
all-loving but not all-powerful. He cares deeply about the people He
created, but after creating the world He backed away and allowed it to
run without His interference.
Solomon
had a different view entirely. He concludes that God is sovereign and
in control, regardless of the imponderables that remain.
Solomon sees God as being present with us but not helpful enough. The
king wants to know why God does not improve the standard of life, do
something about the aging process, show more favoritism to His children,
and perhaps discontinue the program of human pain.
In
his poem, there are fourteen negative statements and fourteen positive
ones, and they fall into three separate categories. The first describes
the influence of time on our bodies, the second focuses on our souls,
and the last deals with our spirits.
And
Solomon’s main thought? Well, it doesn’t take a Hebrew scholar to
notice that the word time occurs twenty-nine times in these verses.
Time and Your Physical Life
To everything there is a season,
A time for every purpose under heaven:
A time to be born, And a time to die;
A time to plant,
And a time to pluck what is planted;
A time to kill,
And a time to heal;
A time to break down,
And a time to build up.
Solomon begins his contemplation with a sobering observation: birth and death both have their appointed times.
When
my grandson, Ryland, was born, I flew to Baltimore for the event. As I
peered through the nursery window at this beautiful new citizen of the
world, it struck me that only a corridor away, some other citizen was
being dispatched. Some family had gathered for the agony of farewell. It
is not a lengthy walk between the nursery and the intensive care unit.
We spend our own time making that trek between entrance and exit, womb
and tomb.
Meanwhile,
there is a time to plant and a time to harvest. Solomon refers to the
food supply because he knows that God sets the boundaries of the
seasons. God has built certain rhythms into His world. The steady
repetition of the seasons provides comfort and a workable cadence to
life.
We
are a bit discomforted to read that there is a time to kill as well as a
time to heal. Yet our bodies are in the process of dying every moment.
Scientists tell us that every seven years we replenish all the cells
within our bodies. There is an ongoing maintenance department in the
human machine that is constantly changing out the old for the new. And
it is governed by time.
Cancer
cells, infection cells, or simply worn-out cells must be killed — so
even killing has its time, and we are grateful. There must be a time to
kill so we might also have a time to heal.
And
what of “a time to break down, and a time to build up”? We build up in
our early years, and we start breaking down as we get older — painful
but true. How old is old? I was enjoying a birthday when David Todd, my
six-year-old grandson, crunched the numbers on my age. He said, “If
Poppy was a dog’s age, he’d be dead!” He was right.
There
is a time for breaking down, but God is there. He is as powerful as He
is loving, and you have the opportunity to experience His power all the
more effectively and vividly when you turn to Him in the breakdowns of
life.Time and Your Emotional Life
A time to weep,
And a time to laugh;A time to mourn,
And a time to dance;
A time to cast away stones,
And a time to gather stones; A time to embrace,
And a time to refrain from embracing.
Time
is also involved with the operations of the soul, the seat of human
emotions. There’s a time to cry, when tears flow freely; there are also
times for laughter. Hopefully, the latter outnumber the former, yet
tears are a part of life. The Bible says, “Jesus wept... He groaned in
the spirit and was troubled” (John 11:35, 33). Job states, “My eyes pour
out tears to God” (Job 16:20). The psalmist asks God to store his tears
in a heavenly bottle, for they are precious (Psalm 56:8). And Psalm
126:5 promises, “Those who sow in tears shall reap in joy.”
Your tears are God’s jewels; they are precious to Him. The greater your suffering, the greater His ministry and grace for you.
There
is a time to mourn and a time to dance. There is a time to hug, and
there are times when hugging is inappropriate. God has given us a wide
spectrum of emotions, and sometimes we feel we are at the mercy of our
anger or depression or grief. It helps to know that each emotion is
simply playing the part allotted to its own special time. We need our
full spectrum of God-given emotions, for they are the emblems of our
humanity. They mark us as children of a God who also has anger, grief,
and laughter.
Time and Your Spiritual Life
A time to gain,
And a time to lose;
A time to keep,
And a time to throw away;
A time to tear,
And a time to sew;A time to keep silence,
And a time to speak;
A time to love,
And a time to hate;
A time of war,And a time of peace.
The last three verses have to do with inner decisions — the deep commitments of our lives. Sometimes we gain; sometimes we lose — money, weight, hair, loved ones, privileges, rights, responsibilities, joys, possessions. We collect and we throw away.
Unfortunately,
at the personal level we seem far more interested in accumulating than
in throwing away. We need to recognize the spiritual value of both, that
there is a time and a season to get rid of stuff.
Solomon
knew there was a “time to keep silence, and a time to speak.” The
father in Proverbs continually admonishes his children to pay attention
to words of wisdom and instruction, but he also warns against talking
too much and becoming ensnared by one’s own words. There is no greater
wisdom than knowing the seasons of the tongue — when it is time to speak
and when it is time to keep silent.
There is a time for love and even a time to hate. A time to hate? Yes, of course. Even Jesus hated. He hated sin. He hated its mastery over human souls. He hated the wake of its destruction.
We need to learn how to hate that which is evil without hating the people who are evil.The passage ends by reminding us that while we all long for a peaceful world, there is even a time when war is morally necessary. “A time of war, and a time of peace”.
Peter Muhlenberg was an Anglican pastor in Virginia. In 1774, he was elected to the Virginia legislature and was present at St. John’s Church in Richmond when Patrick Henry proclaimed, “Give me liberty or give me death!” Peter was so moved that he promptly joined George Washington’s army.
He
recruited other men in his church, and they became known as the German
Regiment under his command. It’s because of men like Peter Muhlenberg
that America has been the home of the brave and the land of the free for
more than two hundred years.
Everything has its appointed time from God. He is sovereign, but He is always faithful.
Through
all the seasons of life, through all the undulating circumstances of
the passing years, God remains both loving and powerful.
by David Jeremiah, from his new book, 31 Days to Happiness
Langganan:
Postingan (Atom)