Menurut para ahli, bayi berusia delapan minggu sebenarnya sudah bisa
memperlihatkan emosi atau suasana hati yang mereka rasakan pada
orangtua. Namun, emosi ini umumnya ditanggapi orangtua sebagai “sinyal”
akan rasa lapar, mengantuk, dan tidak nyaman karena popok yang telah
penuh.
Seperti dikutip dari Psychology Today, Victoria Manion
Fleming, Psikolog, mengatakan “Selain pendidikan, sebaiknya orangtua
juga mengajarkan anak untuk cakap dalam mengelola emosinya. Sebab,
kualitas perilaku merupakan bekal yang terbilang penting untuk masa
depan anak,”
Apabila buah hati Anda mudah marah, mengamuk, dan menangis, lain
waktu emosi mereka sedang memuncak, bantulah sang buah agar tenang
dengan langkah berikut:
Mengatasi si kecil yang pemarah
Pantangan untuk orangtua dalam menangani anak yang suka marah-marah
adalah meresponnya dengan omelan, pukulan, dan hukuman. Sebab, hal
seperti itu hanya akan membuat si kecil semakin frustrasi dan menganggap
Anda sebagai musuh.
Redakan amarah anak dengan menggenggam tangannya dan tataplah
matanya, tenangkan si dia dengan usapan yang nyaman pada pundak serta
punggung. Kemudian, setelah emosinya mereda, ajak anak bicara baik-baik
dengan menanyakan apa yang menyulut emosinya. Setelah anak menjelaskan,
berikanlah nasihat positif bahwa kebiasaannya tersebut dapat membuatnya
sesak napas, kepalanya pusing, dan matanya perih karena
berteriak-teriak sembari nangis. Selain itu, Anda sendiri sebagai
orangtua dan panutan dalam keluarga, jangan terbiasa marah-marah di
rumah, apalagi di depan anak. Ingat, anak selalu mencontoh apa yang
dilakukan oleh orang-orang terdekatnya.
Mengatasi si kecil yang mudah sedih
Apabila si kecil mudah merasa sedih, ini berarti ia memiliki hati yang
sensitif dan terlampau peka. Jangan menyudutkan anak dengan menyebutnya
cengeng, sebaliknya hiburlah hatinya saat sedang merasa muram dengan
melakukan berbagai hal yang ia sukai, entah makan es krim, menonton
tayangan kartun favoritnya, sembari mengajaknya berbagi kesedihan yang
ia rasakan pada Anda.
Anak yang mudah sedih umumnya merasa kesepian, maka dari itu ketika
Anda mendengarkan keluh kesahnya, itu akan membesarkan hati dan
meringankan beban pikirannya.
Mengatasi anak penakut
Hanya karena anak
takut tidur di dalam kamar yang gelap, Anda langsung melabelinya sebagai
si penakut atau si pengecut. Hentikan kebiasaan memberikan julukan
bermakna negatif, cara ini hanya akan meluruhkan rasa percaya diri anak.
Sebenarnya, wajar saja kalau si kecil takut dengan kegelapan, atau
tidak berani bermain dengan hewan-hewan tertentu. Sebagai orangtua sudah
kewajiban Anda melindungi anak dari hal-hal yang membuat mereka
ketakutan, tetapi juga jangan berlebihan. Cari tahu apa yang menyebabkan
si kecil takut dan latihlah dirinya secara perlahan untuk menaklukan
fobianya tersebut, agar tidak terbawa-bawa ketika mereka dewasa.
http://female.kompas.com
1 April 2014
Biar Panjang Umur, Rajinlah Makan Buah dan Sayur
Buah dan sayur sudah lama diketahui baik untuk kesehatan. Kini sebuah
studi berskala besar mengungkap, konsumsi buah dan sayur dalam jumlah
yang cukup secara substansial dapat mengurangi risiko kematian.
Para peneliti menganalisis kebiasaan makan pada lebih dari 65.000 orang di Inggris antara tahun 2001 dan 2013. Mereka menemukan, orang yang makan tujuh atau lebih porsi buah dan sayuran segar memiliki risiko kematian 42 persen lebih rendah pada usia berapa pun dibandingkan rekan mereka yang makan dalam porsi lebih sedikit.
Studi yang dimuat dalam Journal of Epidemiology and Community Health tersebut menemukan, risiko kematian berkurang 36 persen dengan makan lima hingga tujuh porsi buah dan sayur sehari. Sementara itu, risiko tersebut berkurang 29 persen dengan makan tiga hingga lima porsi, dan 14 persen dengan makan satu hingga tiga porsi dalam sehari.
Kendati demikian, studi tidak membuktikan bahwa makan buah dan sayur dalam jumlah banyak dapat menekan risiko kematian. Studi hanya menemukan hubungan antara konsumsi produk segar dan risiko kematian yang lebih rendah.
Para peneliti mengatakan, konsumsi tujuh atau lebih porsi buah dan sayur mengurangi risiko kematian dari penyakit jantung sebanyak 31 persen dan dari kanker hingga 25 persen.
"Kita tahu makan buah dan sayur itu sehat, namun efeknya ternyata mengejutkan," ujar penulis studi Oyinlola Oyebode, dari departemen epidemiologi dan kesehatan masyarakat di University College London.
Secara keseluruhan, sayuran lebih memberikan manfaat kesehatan daripada buah. Setiap porsi harian sayuran segar mengurangi risiko kematian 16 persen, dibandingkan dengan 13 persen per porsi salad, dan 4 persen per porsi buah segar. Sementara itu, tidak ada manfaat kesehatan yang signifikan dari jus buah.
http://health.kompas.com
Para peneliti menganalisis kebiasaan makan pada lebih dari 65.000 orang di Inggris antara tahun 2001 dan 2013. Mereka menemukan, orang yang makan tujuh atau lebih porsi buah dan sayuran segar memiliki risiko kematian 42 persen lebih rendah pada usia berapa pun dibandingkan rekan mereka yang makan dalam porsi lebih sedikit.
Studi yang dimuat dalam Journal of Epidemiology and Community Health tersebut menemukan, risiko kematian berkurang 36 persen dengan makan lima hingga tujuh porsi buah dan sayur sehari. Sementara itu, risiko tersebut berkurang 29 persen dengan makan tiga hingga lima porsi, dan 14 persen dengan makan satu hingga tiga porsi dalam sehari.
Kendati demikian, studi tidak membuktikan bahwa makan buah dan sayur dalam jumlah banyak dapat menekan risiko kematian. Studi hanya menemukan hubungan antara konsumsi produk segar dan risiko kematian yang lebih rendah.
Para peneliti mengatakan, konsumsi tujuh atau lebih porsi buah dan sayur mengurangi risiko kematian dari penyakit jantung sebanyak 31 persen dan dari kanker hingga 25 persen.
"Kita tahu makan buah dan sayur itu sehat, namun efeknya ternyata mengejutkan," ujar penulis studi Oyinlola Oyebode, dari departemen epidemiologi dan kesehatan masyarakat di University College London.
Secara keseluruhan, sayuran lebih memberikan manfaat kesehatan daripada buah. Setiap porsi harian sayuran segar mengurangi risiko kematian 16 persen, dibandingkan dengan 13 persen per porsi salad, dan 4 persen per porsi buah segar. Sementara itu, tidak ada manfaat kesehatan yang signifikan dari jus buah.
http://health.kompas.com
Awas, Benci pada Pekerjaan Buruk bagi Kesehatan
Tak sedikit karyawan yang membenci pekerjaan mereka. Mereka hanya bisa
mengeluh dan merasa tertekan setiap hari namun tidak melakukan apa pun
untuk membebaskan diri dari sumber stres mereka.
Cukup banyak juga karyawan yang beranggapan jika kita menikmati pekerjaan, berarti kita kurang keras bekerja. Seolah cara untuk mencapai sukses adalah bekerja dengan jam yang panjang dan menderita di kantor.
Pandangan tersebut bukan saja salah, tetapi juga berbahaya. Membenci pekerjaan ternyata berdampak buruk pada kesehatan.
1. Membuat gemuk
Pekerjaan yang dibenci dan bertambahnya angka di timbangan ternyata saling berkait. Studi menunjukkan, pekerjaan yang tidak membahagiakan akan mencuri energi Anda yang sebenarnya bisa digunakan untuk berolahraga dan memilih makanan sehat. Bukankah setelah seharian frustasi di tempat kerja maka yang paling Anda inginkan adalah makan es krim dan makanan berlemak lainnya?
2. Menurunkan sistem imun
Stres di tempat kerja bisa berasal dari jam kerja yang panjang, terlalu sibuk, atau kurang merasa dihargai oleh perusahaan. Kondisi tersebut tentu akan membuat kita stres, cemas, dan frustasi. Berbagai bentuk stres diketahui akan melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko depresi.
3. Merusak hubungan
Salah satu hal terburuk dari membenci pekerjaan adalah kebencian itu tidak akan berakhir di sore hari. Bagi kebanyakan orang, pikiran mereka sepanjang hari akan dipenuhi oleh rasa benci dan kecemasan akan pekerjaan.
Sebuah penelitian menyebutkan, orang yang tidak bahagia di tempat kerja cenderung memiliki hubungan seksual yang tidak memuaskan. Studi lain menunjukkan, stres dari pekerjaan yang tidak dikelola juga akan membuat hubungan Anda dengan pasangan dan keluarga bisa berantakan.
4. Mengganggu kualitas tidur
Tidur cukup dan berkualitas di malam hari berpengaruh besar pada kesehatan. Orang yang menderita karena pekerjaan mereka biasanya akan sulit tidur pulas atau mengalami insomnia. Hal ini berdampak buruk pada kesehatan karena tidur cukup akan memperbaiki sistem imun sehingga kita tak mudah sakit.
5. Risiko penyakit serius
Membenci pekerjaan secara langsung terkait dengan peningkatan risiko penyakit serius. Sebuah studi yang dilakukan terhadap 20.000 perawat di AS menyebutkan, mereka yang tidak bahagia di pekerjaannya beresiko besar menderita kanker, penyakit jantung, dan diabetes melitus.
Dengan semua risiko kesehatan tersebut, seharusnya Anda mengambil tindakan jika memang sudah merasa tidak nyaman dengan pekerjaan sekarang.
http://health.kompas.com
Cukup banyak juga karyawan yang beranggapan jika kita menikmati pekerjaan, berarti kita kurang keras bekerja. Seolah cara untuk mencapai sukses adalah bekerja dengan jam yang panjang dan menderita di kantor.
Pandangan tersebut bukan saja salah, tetapi juga berbahaya. Membenci pekerjaan ternyata berdampak buruk pada kesehatan.
1. Membuat gemuk
Pekerjaan yang dibenci dan bertambahnya angka di timbangan ternyata saling berkait. Studi menunjukkan, pekerjaan yang tidak membahagiakan akan mencuri energi Anda yang sebenarnya bisa digunakan untuk berolahraga dan memilih makanan sehat. Bukankah setelah seharian frustasi di tempat kerja maka yang paling Anda inginkan adalah makan es krim dan makanan berlemak lainnya?
2. Menurunkan sistem imun
Stres di tempat kerja bisa berasal dari jam kerja yang panjang, terlalu sibuk, atau kurang merasa dihargai oleh perusahaan. Kondisi tersebut tentu akan membuat kita stres, cemas, dan frustasi. Berbagai bentuk stres diketahui akan melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko depresi.
3. Merusak hubungan
Salah satu hal terburuk dari membenci pekerjaan adalah kebencian itu tidak akan berakhir di sore hari. Bagi kebanyakan orang, pikiran mereka sepanjang hari akan dipenuhi oleh rasa benci dan kecemasan akan pekerjaan.
Sebuah penelitian menyebutkan, orang yang tidak bahagia di tempat kerja cenderung memiliki hubungan seksual yang tidak memuaskan. Studi lain menunjukkan, stres dari pekerjaan yang tidak dikelola juga akan membuat hubungan Anda dengan pasangan dan keluarga bisa berantakan.
4. Mengganggu kualitas tidur
Tidur cukup dan berkualitas di malam hari berpengaruh besar pada kesehatan. Orang yang menderita karena pekerjaan mereka biasanya akan sulit tidur pulas atau mengalami insomnia. Hal ini berdampak buruk pada kesehatan karena tidur cukup akan memperbaiki sistem imun sehingga kita tak mudah sakit.
5. Risiko penyakit serius
Membenci pekerjaan secara langsung terkait dengan peningkatan risiko penyakit serius. Sebuah studi yang dilakukan terhadap 20.000 perawat di AS menyebutkan, mereka yang tidak bahagia di pekerjaannya beresiko besar menderita kanker, penyakit jantung, dan diabetes melitus.
Dengan semua risiko kesehatan tersebut, seharusnya Anda mengambil tindakan jika memang sudah merasa tidak nyaman dengan pekerjaan sekarang.
http://health.kompas.com
Dibandingkan Perempuan Dewasa, Anak Perempuan Lebih Mensyukuri Tubuh Mereka
emua perempuan dilahirkan cantik dan punya kelebihan masing-masing.
Sayangnya, yang namanya manusia pasti selalu tak pernah puas dengan
dirinya, termasuk dalam soal kecantikan dan penampilan.
Alih-alih bersyukur dengan kondisinya, kebanyakan perempuan justru selalu merasa kurang dan akhirnya terus menerus mengeluh. Seperti misalnya, tidak percaya diri karena hidung pesek, minder hanya karena memiliki dahi lebar, kerap berlebihan mengenakan eyeliner demi menyamarkan mata yang sipit, belum lagi drama si rambut keriting. Sudahlah, perempuan dan ambisi mereka terhadap tubuh sempurna, memang tidak akan ada habisnya!
Sebuah penelitian dilakukan oleh Unilever lewat Dove Real Beauty Global Researchyang dilakukan di 25 negara dan melibatkan 5006 perempuan, terungkap bahwa sekitar 80 persen perempuan tidak bisa melihat kecantikannya sendiri, meskipun mereka setuju bahwa masing-masing perempuan memiliki kecantikannya sendiri. Lalu, sebanyak 64 persen perempuan merasa diri mereka tidak cantik.
Penelitian ini juga menyingkap 32 persen perempuan yang mengakui tekanan kecantikan terbesar berasal dari diri mereka sendiri. Parahnya, 54 persen perempuan setuju kalau mereka sendiri adalah kritikus kecantikan terburuk.
"Tekanan ini biasanya terjadi karena selalu membanding-bandingkan dengan perempuan lain yang dianggap lebih cantik. Jadi mereka menilai dirinya lebih jelek. Coba pikirkan saat ditanya tentang bagian tubuh mana yang jelek,pasti cepat jawabnya. Sebaliknya, kalau ditanya bagian mana yang disuka pasti susah dijawab," kata Eva Arisuci Rudjito, Marketing Manager Skin Cleansing Unilever Indonesia dalam acara Dove Beauty is U Global Research beberapa waktu lalu di Jakarta.
Melihat fenomena ini, penulis cerita, Marie C. menyarankan daripada Anda terus-terusan mengeluh, cobalah belajar pada kejujuran dan kepolosan anak perempuan. Menurutnya, para anak perempuan lebih bisa menghargai tubuh mereka, dibandingkan perempuan dewasa.
"Ini adalah perbedaan cara pandang tentang segala sesuatu yang dimiliki. Pendekatan utilitarian ini, membuktikan bahwa perempuan dewasa cenderung mengabaikan berbagai hal yang bisa dilakukan dengan semua anggota tubuhnya. Mereka harusnya lebih bersyukur dan tidak terlalu mengkhawatirkan hal-hal seperti selulit, lengan besar, uban dan hal-hal lain yang kurang sempurna," jelas Marie.
Kebalikan dengan perempuan dewasa, anak-anak perempuan justru lebih mudah menemukan bagian tubuh yang disukainya, beserta alasannya.
"Bagian tubuh yang paling saya suka mata. Saya paling suka mata karena kedua mata membantu saya melihat berbagai hal yang berbeda setiap saat. Saya juga suka tangan karena dengan tangan, saya bisa melakukan banyak hal dan juga menulis banyak hal. Saya juga suka kaki, karena bisa membantu saya berjalan dan bersenang-senang," - Jeniah (8).
"Saya suka semua, karena saya bisa bergerak dengan semua anggota tubuh yang saya miliki. Saya juga suka dengan bulu mata yang panjang, kulit yang setengah putih dan setengah cokelat (sawo matang.red), dan juga rambut saya yang panjang karena bisa dikibas-kibaskan," - Bayan (6).
"Saya suka mata saya karena bisa melihat banyak warna dan juga melihat segala sesuatunya. Saya juga suka kaki saya karena sangat panjang," - Charae (5).
"Saya suka tubuh saya semuanya, karena ini seperti sebuah keajaiban" Sofia (5).
Alih-alih bersyukur dengan kondisinya, kebanyakan perempuan justru selalu merasa kurang dan akhirnya terus menerus mengeluh. Seperti misalnya, tidak percaya diri karena hidung pesek, minder hanya karena memiliki dahi lebar, kerap berlebihan mengenakan eyeliner demi menyamarkan mata yang sipit, belum lagi drama si rambut keriting. Sudahlah, perempuan dan ambisi mereka terhadap tubuh sempurna, memang tidak akan ada habisnya!
Sebuah penelitian dilakukan oleh Unilever lewat Dove Real Beauty Global Researchyang dilakukan di 25 negara dan melibatkan 5006 perempuan, terungkap bahwa sekitar 80 persen perempuan tidak bisa melihat kecantikannya sendiri, meskipun mereka setuju bahwa masing-masing perempuan memiliki kecantikannya sendiri. Lalu, sebanyak 64 persen perempuan merasa diri mereka tidak cantik.
Penelitian ini juga menyingkap 32 persen perempuan yang mengakui tekanan kecantikan terbesar berasal dari diri mereka sendiri. Parahnya, 54 persen perempuan setuju kalau mereka sendiri adalah kritikus kecantikan terburuk.
"Tekanan ini biasanya terjadi karena selalu membanding-bandingkan dengan perempuan lain yang dianggap lebih cantik. Jadi mereka menilai dirinya lebih jelek. Coba pikirkan saat ditanya tentang bagian tubuh mana yang jelek,pasti cepat jawabnya. Sebaliknya, kalau ditanya bagian mana yang disuka pasti susah dijawab," kata Eva Arisuci Rudjito, Marketing Manager Skin Cleansing Unilever Indonesia dalam acara Dove Beauty is U Global Research beberapa waktu lalu di Jakarta.
Melihat fenomena ini, penulis cerita, Marie C. menyarankan daripada Anda terus-terusan mengeluh, cobalah belajar pada kejujuran dan kepolosan anak perempuan. Menurutnya, para anak perempuan lebih bisa menghargai tubuh mereka, dibandingkan perempuan dewasa.
"Ini adalah perbedaan cara pandang tentang segala sesuatu yang dimiliki. Pendekatan utilitarian ini, membuktikan bahwa perempuan dewasa cenderung mengabaikan berbagai hal yang bisa dilakukan dengan semua anggota tubuhnya. Mereka harusnya lebih bersyukur dan tidak terlalu mengkhawatirkan hal-hal seperti selulit, lengan besar, uban dan hal-hal lain yang kurang sempurna," jelas Marie.
Kebalikan dengan perempuan dewasa, anak-anak perempuan justru lebih mudah menemukan bagian tubuh yang disukainya, beserta alasannya.
"Bagian tubuh yang paling saya suka mata. Saya paling suka mata karena kedua mata membantu saya melihat berbagai hal yang berbeda setiap saat. Saya juga suka tangan karena dengan tangan, saya bisa melakukan banyak hal dan juga menulis banyak hal. Saya juga suka kaki, karena bisa membantu saya berjalan dan bersenang-senang," - Jeniah (8).
"Saya suka semua, karena saya bisa bergerak dengan semua anggota tubuh yang saya miliki. Saya juga suka dengan bulu mata yang panjang, kulit yang setengah putih dan setengah cokelat (sawo matang.red), dan juga rambut saya yang panjang karena bisa dikibas-kibaskan," - Bayan (6).
"Saya suka mata saya karena bisa melihat banyak warna dan juga melihat segala sesuatunya. Saya juga suka kaki saya karena sangat panjang," - Charae (5).
"Saya suka tubuh saya semuanya, karena ini seperti sebuah keajaiban" Sofia (5).
http://female.kompas.com
Punya Anak Perempuan Bikin Ibu Lebih Modis
Siapa bilang setelah jadi ibu, perempuan tidak bisa lagi tampil gaya dan
terlihat cantik? Anda bisa kok tampil cantik dan menjadi yummy mummy seperti saat masih lajang dulu.
Michelle Obama, Kate Moss, dan Samantha Cameron adalah contoh perempuan yang tetap terlihat cantik dan modis sekalipun sudah memiliki anak.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh toko ritel Gray & Osbourn mengungkapkan bahwa ternyata ada pengaruh antara anak dan penampilan seorang ibu. Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak perempuan cenderung lebih stylish dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak laki-laki. Lebih dari seperempat perempuan yang disurvei setuju dengan hal ini.
Kepedulian ibu yang memiliki anak perempuan terhadap fashion ini disebabkan putri-putri mereka akan membantu dan menjadi penata gaya ketika usia mereka bertambah.
Lebih dari setengah perempuan yang disurvei (51 persen) mengatakan bahwa mereka lebih percaya pendapat anak perempuan mereka dibandingkan penilaian orang lain. Bahkan, 78 persen perempuan di atas usia 50 tahun mengatakan kalau mereka lebih senang membiarkan anak perempuannya yang memilihkan busana untuk mereka.
Sebaliknya, hanya lima persen perempuan yang ingin meminta saran gaya busana dari anaknya. Sekitar delapan persen perempuan berusia 45 tahun ke atas mengaku mengambil saran busana dari suaminya.
"Seiring waktu membesarkan anak laki-laki, ibu biasanya tidak terlalu tertarik dengan mode. Namun, ibu dengan anak perempuan akan memiliki minat pada fashion karena secara tak langsung anak perempuannya akan mengenal fashion," kata psikolog, Honey Langcaster-James.
Selain itu, Honey menambahkan, jalinan kedekatan anak perempuan dengan ibunya akan menjadi sebuah sumber dukungan serta dorongan untuk memutuskan gaya busana yang digunakan.
"Alasan paling umum adalah anak perempuan itu lebih kritis dan bisa menawarkan nasihat yang baik, bahkan memberi unsur kompetisi untuk melihat gaya siapa yang terbaik," katanya.
Lucunya, hubungan ibu dan anak perempuan ini tak hanya sebatas itu. Sebanyak 40 persen anak perempuan berusia 19-34 tahun mengatakan kalau mereka tidak akan membiarkan ibunya berbelanja baju tanpa pengawasan mereka.
"Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan antara ibu dan anak perempuan, juga betapa perempuan itu lebih suka dan menghargai pendapat yang jujur serta bisa dipercaya," ujar Honey.
http://female.kompas.com
Michelle Obama, Kate Moss, dan Samantha Cameron adalah contoh perempuan yang tetap terlihat cantik dan modis sekalipun sudah memiliki anak.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh toko ritel Gray & Osbourn mengungkapkan bahwa ternyata ada pengaruh antara anak dan penampilan seorang ibu. Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak perempuan cenderung lebih stylish dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak laki-laki. Lebih dari seperempat perempuan yang disurvei setuju dengan hal ini.
Kepedulian ibu yang memiliki anak perempuan terhadap fashion ini disebabkan putri-putri mereka akan membantu dan menjadi penata gaya ketika usia mereka bertambah.
Lebih dari setengah perempuan yang disurvei (51 persen) mengatakan bahwa mereka lebih percaya pendapat anak perempuan mereka dibandingkan penilaian orang lain. Bahkan, 78 persen perempuan di atas usia 50 tahun mengatakan kalau mereka lebih senang membiarkan anak perempuannya yang memilihkan busana untuk mereka.
Sebaliknya, hanya lima persen perempuan yang ingin meminta saran gaya busana dari anaknya. Sekitar delapan persen perempuan berusia 45 tahun ke atas mengaku mengambil saran busana dari suaminya.
"Seiring waktu membesarkan anak laki-laki, ibu biasanya tidak terlalu tertarik dengan mode. Namun, ibu dengan anak perempuan akan memiliki minat pada fashion karena secara tak langsung anak perempuannya akan mengenal fashion," kata psikolog, Honey Langcaster-James.
Selain itu, Honey menambahkan, jalinan kedekatan anak perempuan dengan ibunya akan menjadi sebuah sumber dukungan serta dorongan untuk memutuskan gaya busana yang digunakan.
"Alasan paling umum adalah anak perempuan itu lebih kritis dan bisa menawarkan nasihat yang baik, bahkan memberi unsur kompetisi untuk melihat gaya siapa yang terbaik," katanya.
Lucunya, hubungan ibu dan anak perempuan ini tak hanya sebatas itu. Sebanyak 40 persen anak perempuan berusia 19-34 tahun mengatakan kalau mereka tidak akan membiarkan ibunya berbelanja baju tanpa pengawasan mereka.
"Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan antara ibu dan anak perempuan, juga betapa perempuan itu lebih suka dan menghargai pendapat yang jujur serta bisa dipercaya," ujar Honey.
http://female.kompas.com
Berbahagialah Orangtua yang Memiliki Anak Perempuan
Melalui sebuah penelitian, para ilmuan menyimpulkan bahwa keluarga
yang memiliki anak perempuan cenderung lebih bahagia, sukses, dan mereka
yang memiliki saudara perempuan berpotensi untuk umur panjang.
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Ulster di Irlandia Utara menyatakan, anak perempuan dalam keluarga merupakan energi penyeimbang. Terutama saat terjadi sesuatu yang menyedihkan dan menyakitkan, seperti misalnya perceraian orangtua, kematian, anggota keluarga terjangkit penyakit keras, dan sebagainya. Alasannya, karena secara alamiah perempuan dianugerahi kepekaan perasaan dan kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik serta membicarakan beban yang mereka rasakan. Personifikasi yang demikian membuat mereka tidak memendam pikiran dan masalah dalam hati.
Penelitian ini melibatkan partisipan sebanyak 571 orang dengan kisaran usia antara 17 hingga 25 tahun. Mereka diberikan angket berisi serangkaian pertanyaan mengenai pandangan mereka akan masa depan, apa yang mereka lakukan saat terbentur masalah, dan sebagainya. Akhirnya terangkum informasi yang menyatakan bahwa partisipan yang memiliki saudara perempuan ditemukan lebih bahagia dan menikmati hidup dengan pikiran yang terbuka.
Selain itu, partisipan yang dibesarkan oleh orangtua yang bercerai, ternyata tetap mampu menjalani kehidupan secara normal berkat memiliki saudara perempuan yang menjadi tempat mereka berbagi dan saling mendukung. “Penemuan ini bisa dijadikan materi menguntungkan bagi psikolog anak, lembaga konsutan keluarga, atau pihak lainnya yang menawarkan bantuan bagi anak-anak yang menjadi “korban” perceraian orangtua,” ujar Professor Tony Casdidy, Ketua Penelitian.
Menurut Tony, memiliki anak dan saudara perempuan mendorong komunikasi antar anggota keluarga lainnya menjadi lebih baik. Seperti yang kita ketahui dalam ilmu psikologi, mengemukakan perasaan emosional berdampak postitif bagi kesehatan batiniah manusia.
http://female.kompas.com
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Ulster di Irlandia Utara menyatakan, anak perempuan dalam keluarga merupakan energi penyeimbang. Terutama saat terjadi sesuatu yang menyedihkan dan menyakitkan, seperti misalnya perceraian orangtua, kematian, anggota keluarga terjangkit penyakit keras, dan sebagainya. Alasannya, karena secara alamiah perempuan dianugerahi kepekaan perasaan dan kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik serta membicarakan beban yang mereka rasakan. Personifikasi yang demikian membuat mereka tidak memendam pikiran dan masalah dalam hati.
Penelitian ini melibatkan partisipan sebanyak 571 orang dengan kisaran usia antara 17 hingga 25 tahun. Mereka diberikan angket berisi serangkaian pertanyaan mengenai pandangan mereka akan masa depan, apa yang mereka lakukan saat terbentur masalah, dan sebagainya. Akhirnya terangkum informasi yang menyatakan bahwa partisipan yang memiliki saudara perempuan ditemukan lebih bahagia dan menikmati hidup dengan pikiran yang terbuka.
Selain itu, partisipan yang dibesarkan oleh orangtua yang bercerai, ternyata tetap mampu menjalani kehidupan secara normal berkat memiliki saudara perempuan yang menjadi tempat mereka berbagi dan saling mendukung. “Penemuan ini bisa dijadikan materi menguntungkan bagi psikolog anak, lembaga konsutan keluarga, atau pihak lainnya yang menawarkan bantuan bagi anak-anak yang menjadi “korban” perceraian orangtua,” ujar Professor Tony Casdidy, Ketua Penelitian.
Menurut Tony, memiliki anak dan saudara perempuan mendorong komunikasi antar anggota keluarga lainnya menjadi lebih baik. Seperti yang kita ketahui dalam ilmu psikologi, mengemukakan perasaan emosional berdampak postitif bagi kesehatan batiniah manusia.
http://female.kompas.com
6 Maret 2014
Rambu-rambu Mengajarkan Bahasa Asing pada Anak
Pembelajaran apa pun, termasuk bahasa, sebenarnya dapat diterapkan
sedari usia dini. Hanya saja proses pembelajarannya ini harus dengan
emmerhatikan faktor-faktor yang melekat pada anak usia dini.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan bahasa pada anak-anak:
- Tidak dicampur aduk
Pembelajaran bahasa asing harus dilakukan secara benar agar anak betul-betul memahaminya. Bahasa yang digunakan tidak dicampur aduk. Bila kita mengajak bayi bercakap-cakap dalam bahasa Inggris, maka kita harus menggunakan bahasa Inggris sampai percakapan tersebut selesai.
Jangan dicampur aduk dalam satu kalimat, misalnya "Hai Rene, let's eat with Mama. Ayo, sit sebelah Mama, ya! atau "Then Mama akan suapin kamu," atau "So we eat together. Makan yang banyak ya!"
- Konsisten
Jika Mama Papa sudah memilih menggunakan bahasa asing, gunakan bahasa tersebut terus-menerus. Kecuali pada situasi tertentu, kita bisa melakukan kesepakatan untuk menggunakan bahasa lain. Idealnya, kita tentukan siapa yang berbahasa Inggris, Indonesia, atau bahasa daerah di rumah. Misalnya, Papa berbahasa Inggris, Mama berbahasa daerah, dan pengasuh berbahasa Indonesia. Diharapkan pemahaman bahasa asing anak akan lebih baik.
- Perhatikan struktur bahasa
Jika memutuskan mengajari anak bahasa asing sebaiknya lakukan sungguh-sungguh dengan memerhatikan grammar atau struktur bahasa dan vocabulary atau pengucapannya. Jadi, keakuratan dalam berbahasa (pelafalan, tata bahasa) untuk memberikan contoh yang benar. Dengan begitu anak menerima pelajaran secara lengkap.
Dengan kemampuan bahasa yang terstruktur baik tata bahasa dan pengucapannya tentu membuat kemampuan berbahasa asing anak jauh lebih baik.
- Memperbanyak saluran pembawa bahasa
Misalnya, dengan menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa tersebut, bercerita, membaca buku-buku, menonton film, percakapan, yang semuanya dalam bahasa tujuan. Memberikan waktu khusus untuk berbahasa Inggris, misalnya, waktu sedang makan malam, ketika berjalan-jalan di mal, dalam perjalanan dari sekolah ke rumah, dan lain-lain.
- Hal penting lainnya
Proses pentransferan bahasa secara alamiah/pemerolehan sesuai kebutuhan berkomunikasi anak dengan lingkungannya. Selain itu, memahami bahwa anak berbeda dari orang dewasa, sehingga pendekatan, metode, dan tekniknya disesuaikan dengan usia mereka atau dengan cara bermain yang menyenangkan.
http://female.kompas.com
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan bahasa pada anak-anak:
- Tidak dicampur aduk
Pembelajaran bahasa asing harus dilakukan secara benar agar anak betul-betul memahaminya. Bahasa yang digunakan tidak dicampur aduk. Bila kita mengajak bayi bercakap-cakap dalam bahasa Inggris, maka kita harus menggunakan bahasa Inggris sampai percakapan tersebut selesai.
Jangan dicampur aduk dalam satu kalimat, misalnya "Hai Rene, let's eat with Mama. Ayo, sit sebelah Mama, ya! atau "Then Mama akan suapin kamu," atau "So we eat together. Makan yang banyak ya!"
- Konsisten
Jika Mama Papa sudah memilih menggunakan bahasa asing, gunakan bahasa tersebut terus-menerus. Kecuali pada situasi tertentu, kita bisa melakukan kesepakatan untuk menggunakan bahasa lain. Idealnya, kita tentukan siapa yang berbahasa Inggris, Indonesia, atau bahasa daerah di rumah. Misalnya, Papa berbahasa Inggris, Mama berbahasa daerah, dan pengasuh berbahasa Indonesia. Diharapkan pemahaman bahasa asing anak akan lebih baik.
- Perhatikan struktur bahasa
Jika memutuskan mengajari anak bahasa asing sebaiknya lakukan sungguh-sungguh dengan memerhatikan grammar atau struktur bahasa dan vocabulary atau pengucapannya. Jadi, keakuratan dalam berbahasa (pelafalan, tata bahasa) untuk memberikan contoh yang benar. Dengan begitu anak menerima pelajaran secara lengkap.
Dengan kemampuan bahasa yang terstruktur baik tata bahasa dan pengucapannya tentu membuat kemampuan berbahasa asing anak jauh lebih baik.
- Memperbanyak saluran pembawa bahasa
Misalnya, dengan menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa tersebut, bercerita, membaca buku-buku, menonton film, percakapan, yang semuanya dalam bahasa tujuan. Memberikan waktu khusus untuk berbahasa Inggris, misalnya, waktu sedang makan malam, ketika berjalan-jalan di mal, dalam perjalanan dari sekolah ke rumah, dan lain-lain.
- Hal penting lainnya
Proses pentransferan bahasa secara alamiah/pemerolehan sesuai kebutuhan berkomunikasi anak dengan lingkungannya. Selain itu, memahami bahwa anak berbeda dari orang dewasa, sehingga pendekatan, metode, dan tekniknya disesuaikan dengan usia mereka atau dengan cara bermain yang menyenangkan.
http://female.kompas.com
Langganan:
Postingan (Atom)