27 September 2014

6 Cara Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Tanpa Bantuan Obat

Cuaca yang tidak menentu bisa membuat daya tahan tubuh menurun dan mudah terserang penyakit seperti flu atau demam. Untuk itu, Anda perlu meningkatkan sistem imun dengan makan sehat dan mengasup nutrisi yang cukup.

Kesampingkan dulu meminum suplemen atau obat penguat daya tahan tubuh di apotek, tapi lakukan dengan cara alami seperti yang disarankan praktisi kesehatan holistik Dr Prasanna Kerur dari Ayush Wellness Spa, seperti dikutip dari Female First.

1. Makanlah secukupnya, konsumsi makanan yang baru dimasak dan mudah dicerna. Hindari mengonsumsi produk susu olahan dan gandum berlebihan dengan memperbanyak sayur dan buah-buahan seperti jeruk, lobak, paprika, apel dan stroberi.

2. Teh bisa bantu meningkatkan daya tahan tubuh karena kandungan antioksidannya. Jika bosan dengan teh hijau, teh hitam atau oolong, Anda bisa mencoba membuat teh herbal sendiri yang mengandung jahe, kunyit atau kayu manis. Untuk teh herbal, minumlah 3-4 cangkir sehari.

3. Jika mulai timbul gejala flu atau pilek, redakan dengan membuat minuman yang terdiri dari campuran bubuk kunyit dan madu. Campur bersama secangkir air hangat dan minum dua kali sehari.

4. Minyak almond dan wijen bisa menjadi perisai Anda menghadapi datangnya penyakit di kala hujan. Dua bahan ini mengandung antioksidan dan vitamin E yang tidak hanya baik untuk kulit tapi juga meningkatkan daya tahan tubuh.

5. Jangan lupa rutin olahraga, tapi hindari aktivitas yang terlalu berat atau berlebihan. Yoga dan pilates efektif untuk meningkatkan daya tahan tubuh, juga jogging dan jalan sehat. Selain itu olahraga juga bermanfaat membuat pikiran lebih relaks.

6. Hindari konsumsi makanan beku, olahan dan minuman dingin. Pada saat cuaca tidak menentu, dimana cuaca yang panas ekstrem bisa tiba-tiba berubah jadi dingin tubuh akan lebih memerlukan whole foods dan minuman hangat ketimbang sosis, smoked beef atau burger.

http://wolipop.detik.com/

Kejujuran Masih Kebijakan Terbaik

Seorang manajer ingin menguji karyawannya, tentang nilai-nilai kehidupan. Caranya, ia mengumumkan bahwa di lemari tiap karyawan, ada kantong plastik yang di dalamnya terdapat benih tanaman. Ketika mereka pulang, mereka harus menanam benih itu ke dalam tanah yang baik di sebuah pot dan menjaganya dengan baik.
Sang manajer akan mengadakan kompetisi pada tahun berikutnya dan akan diberikan penghargaan bagi tanaman terbaik.
Semua karyawan melakukan apa yang diperintahkan. Setahun berlalu dengan cepat. Lalu, tahun berikutnya di aula, ada ratusan pot serta berbagai macam tanaman besar. Namun, ada satu pot dengan tanah tanpa tanaman. Pemiliknya berdiri diam-diam dan tampaknya malu pada dirinya sendiri.
Sang manajer memanggilnya ke atas panggung. Kemudian, ia pun bertanya apa yang terjadi dan pria pemilik pot kosong itu mengatakan yang sebenarnya. Pria itu menanam benih yang diberikan oleh manajer, tapi tidak ada yang terjadi.
Sang manajer menyatakan dialah pemenangnya!
Semua orang terkejut. Manajer itu mengatakan, “Saudara-saudara, benih yang kuberikan pada kalian sebenarnya sudah direbus. Bila kalian menanamnya, tidak akan ada yang terjadi. Kalian bertindak cerdas dan menggunakan benih lain. Orang ini jujur atas pekerjaannya, oleh karena ia tidak menipu saya atau dirinya sendiri.”

http://female.kompas.com

Beda Latar Belakang Pendidikan, Beda Pola Asuh Anak

Penelitian terbaru mengungkapkan, apa sebenarnya yang paling orang tua ingin ajarkan kepada anak mereka. Sebanyak 3.000 responden berusia dewasa dilibatkan oleh New Pew Research, selaku pihak penghelat penelitian.
Para responden diminta untuk menjawab 12 pertanyaan mengenai hal-hal yang ingin mereka ajarkan pada anak-anak. Kemudian, 12 pertanyaan tersebut dirangkum menjadi tiga terpopuler. Hasilnya, 93 persen responden mengatakan ingin mengajarkan anak-anak mengenai tanggung jawab.
Rupanya, tak berbatas kisaran usia,  ras, atau politik yang diyakini, sejumlah orang di Amerika menginginkan anak yang bisa diandalkan. Lalu, mereka juga menginginkan anak yang bisa bekerja keras kelak mereka dewasa.
Orangtua yang religius, umumnya menginginkan anak mereka menyakini prinsip-prinsip serupa. Hal yang sama juga berlaku pada orangtua yang non-religius. Namun demikian, keduanya sama-sama ingin mengembangkan anak menjadi lebih baik dari mereka.
Selain tanggung jawab, keinginan orang tua yang paling banyak untuk anaknya adalah mereka ingin anak mereka tumbuh menjadi seorang pekerja keras, penolong, berperilaku baik, mandiri, kreatif, memiliki empati, toleransi, sabar, rasa ingin tahu, patuh, dan religius.
Hasil dari penelitian ini bisa menjadi alat ukur untuk masa depan sebuah bangsa. Pendidikan dari orang tua kepada anak, sebenarnya sangat ditentukan oleh pendidikan orang tua tersebut. Setengah dari orang tua dengan latarbelakang pendidikan tinggi, menempatkan kepatuhan dan ketaatan pada agama sebagai bagian penting dalam mengajarkan anak. Sementara orang tua dengan pendidikan biasa-biasa saja, lebih mengajarkan toleransi, kesabaran, dan rasa ingin tahu yang tinggi.

http://female.kompas.com

Konsumsi Junk Food Kurangi Kecerdasan Anak?

Bukan rahasia lagi jika sering mengasup junk food seperti burger atau kentang goreng bisa membuat berat badan cepat melonjak. Tapi studi ilmiah juga membuktikan bahwa kegemaran terhadap makanan junk food bisa membuat bodoh.

Penelitian yang dilakukan di Australia terhadap 602 anak remaja menunjukkan, anak yang sering mengasup makanan western di usia 14 tahun cenderung memiliki skor yang rendah dalam tes kemampuan otak saat mereka berusia 17 tahun.

Pola makan western antara lain sering mengonsumsi kentang gerang, daging merah dan diproses, serta soft drink. Terlalu sering mengasup pola makan seperti itu berpengaruh pada kemampuan mental, perhatian penglihatan, kemampuan belajar dan daya ingat, serta kecepatan reaksi.

Menurut Dr.Anett Nyaradi, peneliti, turunnya kemampuan otak tersebut antara lain disebabkan karena tidak seimbangnya jumlah omega-6 yang berasal dari asam lemak di makanan gorengan dan daging merah.

Komposisi yang ideal adalah rasio 1:1 antara omega-3 dan omega-6. Namun dalam pola makan western, rasionya menjadi 1:20 atau 1:25.

Tingginya konsumsi lemak jenuh dari makanan tersebut dan karbohidrat sederhana juga akan merusak fungsi hipocampus, bagian otak yang berfungsi dalam belajar dan daya ingat. Bagian otak ini akan membesar di usia remaja.

"Usia remaja termasuk masa yang penting dalam perkembangan otak. Jika pola makan pada periode ini buruk, tentu ada pengaruhnya dalam kecerdasan," katanya.

Dalam penelitian ini remaja berusia 14 tahun diminta mengisi daftar makanan yang sering mereka asup untuk melihat pola makan mereka. Kemudian di usia 17 tahun para responden ini mengikuti tes kemampuan otak.

http://health.kompas.com

4 Agustus 2014

7 Langkah Melatih Anak Mengambil Keputusan

Perkembangan anak akan jauh lebih baik bila dalam keluarga mulai dikembangkan kebiasaan memberi kesempatan anak berlatih mengambil keputusan. Mulailah dengan hal-hal kecil.
Berikut ini adalah beberapa langkah untuk memberi kesempatan kesempatan anak berlatih mengambil keputusan dan mengikuti konsekuensinya seperti yang ditulis di dalam buku 100 Kiat Praktis untuk Merekatkan Keluarga Anda.
  1. Beri kesempatan anak memilih menu makanan dari beberapa alternatif.
  2. Biarkan anak memilih sendiri busana yang akan dikenakannya, sesuai dengan cuaca dan kondisi.
  3. Biarkan anak mencoba-coba waktu dan tempat belajar yang dirasanya cocok. Tak jadi soal bila ia harus bereksperimen berulang kali.
  4. Ajak anak-anak berdiskusi untuk memutuskan tempat liburan sekeluarga, atau bagaimana Anda akan melewatkan waktu luang  bersama-sama.
  5. Biarkan mereka belajar mengatur keuangannya sendiri, dengan bimbingan secukupnya dari Anda. Daripada susah-susah menerangkan bahwa mainan ini itu mahal harganya, lebih baik biarkan mereka belajar sendiri mengenal nilai suatu barang.
  6. Cobalah untuk tidak menilai kawan-kawan anak Anda hanya berdasarkan penampilan mereka.
  7. Ajaklah mereka berdiskusi tentang bagaimana proses mengambil keputusan berdasarkan pengalaman Anda dan mereka.
http://female.kompas.com

Agar Mainan Anak Memberi Efek Stimulasi Kecerdasan

Dunia anak memang dunia bermain, oleh sebab itu kita sebagai orangtua tidak seharusnya merampas hak anak untuk bermain. Bermain memiliki banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak, antara lain melatih motorik kasar dan halus, melatih kemandirian, komunikasi, dan banyak lagi.

Porsi bermain anak berusia 0-5 tahun idealnya adalah 25 persen dari seluruh aktivitas hariannya atau sekitar 4-6 jam. Menurut hasil survei online yang diadakan oleh Fisher Price terhadap 690 responden di Indonesia, sebanyak 46 persen anak sudah memenuhi kriteria tersebut, 22 persen sebanyak 6-8 jam perhari, dan 20 persen bermain sebanyak 1-3 jam.

Karena porsi bermain yang cukup besar itulah, stimulasi yang diberikan selama kegiatan bermain memiliki peran besar dalam pembentukan kecerdasan.

Dari hasil survei tersebut juga terungkap orangtua memiliki motivasi untuk mengoptimalkan perkembangan buah hatinya dengan membeli mainan. Bidang yang diinginkan untuk dikembangkan adalah 79 persen kognitif, 79 persen fisik, dan 72 persen emosional.
 
Menurut psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, supaya permainan anak juga memberi manfaat stimulasi, ada dua prinsip yang harus dipenuhi. Pertama, pendampingan saat anak bermain.
 
"Jika anak bermain begitu saja tanpa adanya pendampingan, tidak akan tercipta stimulasi untuk pertumbuhan dan perkembangannya," ujarnya dalam talkshow seputar permainan anak beberapa waktu lalu di Jakarta.
 
Pendampingan bisa berupa mengajarkan cara memainkan mainan, baik dengan cara yang seharusnya maupun membuat variasi cara lain. Selain itu, orangtua juga bisa mengajak anak memainkan mainan dengan bernyanyi dan bergerak. Untuk itu orangtua perlu mengagendakan kegiatan bermain bersama anak setiap harinya.
 
Kedua, dalam mengoptimalkan stimulasi, orangtua perlu memberikan mainan pada anak sesuai dengan kategori usianya. Bila kategori usia mainan lebih rendah dari usianya, anak akan lebih mudah merasa bosan karena tidak ada tantangan. Sebaliknya, bila terlalu tinggi dari kategori umurnya, anak umumnya tidak akan mampu menikmati mainan yang diberikan.


http://health.kompas.com

9 Juli 2014

6 Tip Jalin Komunikasi Orangtua-Anak nan Harmonis

Karakter dan pribadi anak di usia dewasa sangat dipengaruhi oleh fase tumbuh kembang mereka saat masih kanak-kanak. Sebagai orangtua yang baik, sepatutnya Anda menerapkan pola asuh yang mendidik sekaligus hangat kepada si kecil.

Merekatkan hubungan dan meningkatkan komunikasi dengan anak-anak, paling tepat dilakukan dengan cara beraktivitas bersama, terutama di akhir pekan, misalnya bermain, piknik, memasak, dan makan bersama. Jika Anda kehabisan ide kegiatan untuk keluarga, uraian berikut ini bisa Anda pertimbangkan sebagai rekomendasi terbaik:

Menulis pesan positif
Di tengah maraknya perkembangan teknologi seperti sekarang, umumnya sesuatu yang sederhana sudah dilupakan banyak orang. Salah satunya adalah tradisi menulis surat.
Sesekali cobalah menuliskan pesan positif di kertas, lalu letakkan di dalam tempat pensil atau kantung tas sekolah anak. Jadi, sewaktu si kecil menemukan pesan Anda, ini akan membuatnya merasa Anda selalu ada di dekatnya.
Memasak dengan anak
Ciptakan waktu berkualitas dengan anak lewat kegiatan memasak. Pilihlah masakan yang mudah, tapi bisa melatih kreativitas anak, seperti misalnya membuat biskuit dan kue mangkuk berwarna cerah. Beberapa manfaat memasak dengan anak adalah untuk melatih syaraf motorik halus, indera penciuman, perasa, dan mengasah daya ingatnya.
Makan malam keluarga
Luangkanlah waktu bersama keluarga untuk makan bersama setiap malam. Sesekali undanglah kerabat keluarga Anda yang lainnya. Makan malam bersama keluarga ampuh untuk memperkuat tali silaturahmi lewat saling bertukar kabar dan pengalaman masing-masing.
Acara khusus
Buatlah acara rutin keluarga yang diadakan setiap minggu atau bulan. Misalnya, jadwalkan pada minggu ke-3 untuk berakhir pekan dengan anak-anak dan anggota keluarga besar lainnya. Anda bisa mengisinya dengan menonton film, makan siang bersama, atau piknik di luar kota. Aktivitas yang rutin seperti ini menciptakan memori masa kecil yang hangat dalam ingatan anak Anda.
Mendukung satu sama lain
Manfaatkan akhir pekan menjadi waktu berkualitas dalam mengaktualisasi hobi Anda dan si kecil. Destinasi paling tepat adalah ruang terbuka seperti taman publik, atau area outbond untuk keluarga.
Hak suara
Sedari kecil, ajarkan anak Anda untuk berani menyuarakan pendapat dan aspirasi mereka,  dengan cara yang sopan. Dengan demikian, anak akan merasa lebih dihargai, bahagia, dan nyaman saat berkumpul bersama keluarga.


http://female.kompas.com