Orangtua memang dianggap menjadi panutan dan guru utama bagi
anak-anaknya. Meski demikian, sebenarnya cukup banyak pelajaran penting
yang bisa kita ambil dari si kecil.
Simak pengalaman Lauren
Jimeson, penulis, dan putrinya Avery. Lauren mengatakan, dari
interaksinya sehari-hari dengan sang putri, ia memetik beberapa
pelajaran berharga.
1. Sesekali kita harus berteriak keras dan melepaskan semua beban.
Pada
usia balita anak memang suka berteriak kencang-kencang, tapi kemudian
mereka mendapatkan mood-nya kembali. Sebagai orang dewasa kita merasa
malu untuk melakukan hal tersebut. Tapi terkadang kita mungkin perlu
melakukannnya untuk melepaskan beban.
2. Bangun lebih pagi memberi manfaat lebih banyak.
Tanya
pada ibu-ibu yang punya bayi dan balita, bangun pagi hari sudah menjadi
rutinitas harian mereka. Meski sebenarnya kurang tidur, tapi mereka
melakukannya atas dasar cinta pada si buah hati. Segala hal yang
didasari oleh cinta memang membuat kita lebih bersemangat, sesulit apa
pun harus dijalani.
3. Menangislah, tak masalah.
Menangis
identik dengan dunia anak-anak. Karena itu kita sering mencibir orang
dewasa yang masih suka menangis. Tak perlu takut dianggap cengeng,
karena menangis sebenarnya merupakan bagian dari terapi pelepasan beban.
Sesekali menangis akan membantu kita mendapatkan ketenangan sehingga
mampu berpikir lebih jernih.
4. Tersenyum dan tertawalah.
Jiwa
yang lugu dan polos membuat anak-anak gampang tertawa dan tersenyum.
Terkadang gelak tawa anak membuat orang di sekelilingnya ikut tertawa.
Kebahagiaan memang bisa menular, dan alangkah baiknya jika kita menjadi
pembawa bahagia itu.
5. Berdandan.
Tampilan
yang baik merupakan bagian dari cara kita menghargai diri sendiri dan
orang lain. Salah satu keistimewaan ibu dan anak perempuan mereka adalah
bisa berdandan bersama, bahkan memakai baju kembaran. Nikmati momen
tersebut untuk merekatkan ikatan orangtua dan anak.
6. Fokus pada saat ini.
Dunia
anak adalah dunia yang dialaminya saat ini. Tak ada rasa khawatir akan
esok hari. Anda bisa belajar seperti mereka untuk menikmati setiap
momen, benar-benar hadir pada saat ini dan melatih kesadaran diri
sehingga hidup terasa lebih ringan.
7. Suka tantangan dan hal baru.
Lingkungan
sekitar adalah taman bermain yang luas untuk anak, karenanya mereka
senang mengeksplorasi berbagai hal dan itu memberikan mereka
kebahagiaan. Hidup juga menjadi jauh dari membosankan.
sumber: http://female.kompas.com
4 Oktober 2013
2 Oktober 2013
Breathe Grace
Have
you ever had someone you count on make a promise and then break it? How
about a close friend who takes a deep secret that you shared in
confidence and tells somebody else? Maybe you had someone who was
entrusted to care for you but instead hurt you in one of the deepest
ways imaginable by abusing you physically or sexually? A business
partner gains your trust and then exploits it? How about an ex-spouse
who took the love you had for one another and ruined it by cheating on
you?
If you live long enough, chances are you’ll be hurt or betrayed by someone.
Betrayal is not just being hurt by somebody; it’s being hurt by someone you thought you could count on.
Betrayal
is always a violation of trust and a breaking of a promise. It comes at
the hand of a friend, spouse, coworker, or boss. And like a sucker
punch, it always comes as a shock.
The
crippling reality is that if we don’t do something with that hurt or
betrayal, it will assault us every time it comes to our mind. It will
keep us prisoner of our past because that hurt will impact everything we
touch.
Some
of you have somehow convinced yourself that you can manage the hurt
from your past without offering forgiveness. In fact, maybe you even
tell yourself that you can hardly remember the pain. But unfortunately,
the pains we dare not remember are often the most dangerous pains of
all. We fear these particular hurts so much that we stuff them deep into
our heart and past. But they always come back. Usually disguised, but
they always come back.
Bitterness
contaminates everything. It doesn’t isolate to the source of
bitterness; it spreads to all of your relationships. And left unchecked,
it will ruin everything that is important to you.
Sometimes you don’t forgive someone for their sake; you do it for your own freedom.
I
met Gerry and his wife, Brenda, several years ago at church. Gerry is
quite a bit older than I am, but there was a certain kind of peace this
man radiated that made me want to get to know him better.
I
took them to lunch one day to hear their story and hung on to his every
word over the next hour and a half. Gerry and Brenda had a baby girl
and named her Annie, which meant “blessed by grace.” You can imagine how
heartbroken they were when during Annie’s freshman year of college, her
life began to unravel. Annie dropped out of college and was living with
some friends over two hundred miles away from home. Eventually Gerry
and Brenda discovered that their daughter’s problems were being fueled
by a heavy drug addiction.
During
her freshman year of college, Annie had gotten mixed up with the wrong
group of people, mainly, a guy named Kyle. He introduced her to drugs,
and the rest was downhill from there. She lived with Kyle in a
drug-induced stupor for the next two years. There were weeks they would
disappear and nobody would know where they were or hear from them.
Brenda and Gerry spent many nights crying and praying, fearing that she
was dead in some heroin house.
As
Gerry recalled, “I blamed this guy. I had tried several times to drive
up to Indiana to get her, to rescue her, but she would never come with
me. I was convinced that Kyle was manipulating her. I was convinced that
if it wasn’t for him my daughter would not be doing drugs and not be in
the shape she was. For the first time in my life, I allowed my hatred
to take me to a dark place.
I began daydreaming about how I could kill Kyle.
I thought about how I would do it and how I would cover it up. I
convinced myself it was the only thing I could do to get my daughter
back. I planted a seed of hate in my heart that night, and the root of
bitterness began to grow. It was fertilized daily by my thoughts of
getting rid of Kyle.”
by Pete Wilson, from Let Hope In
Mengungkap 10 Mitos Kanker Payudara
Kanker payudara seperti penyakit yang menghantui wanita. Menurut data World Health Organization
(WHO), penderita kanker payudara mencapai tujuh juta orang. Lima juta
di antaranya meninggal dunia. Ia bisa dibilang ‘pembunuh’ kedua setelah
kanker serviks.
Namun, simpang siurnya fakta tentang kanker payudara sering menyesatkan pemahaman wanita. Penyakit ini memang mengandung banyak mitos. Mengutip laman ABC News, berikut 10 mitos menyesatkan seputar kanker payudara.
Penyakit Genetik
sumber : http://life.viva.co.id
Namun, simpang siurnya fakta tentang kanker payudara sering menyesatkan pemahaman wanita. Penyakit ini memang mengandung banyak mitos. Mengutip laman ABC News, berikut 10 mitos menyesatkan seputar kanker payudara.
Penyakit Genetik
Sebanyak 70 persen
penderita kanker payudara tak memiliki faktor risiko berupa hubungan
genetik. Namun, faktor keturunan memang ada. Jika kerabat tingkat
pertama (orang tua atau saudara kandung) menderita kanker payudara,
seseorang lebih berisiko dua kali lipat.
Bra Berkawat
Bra Berkawat
Mengenakan bra berkawat
tidak meningkatkan risiko kanker payudara. Tidak ada sistem limpatik
yang termampatkan dan racun yang terkumpul menumpuk karena kawat pada
bra.
Benjolan=Kanker
Benjolan=Kanker
Tak usah panik jika
menemukan benjolan di sekitar payudara. Itu tak selalu berarti kanker.
Bisa saja benjolan itu berupa kista. Namun, memang lebih baik memeriksakan temuan benjolan pada dokter agar dilakukan pemeriksaan menyeluruh.
Implan Payudara
Implan Payudara
Jika ada yang menyebutkan
implan payudara menyebabkan kanker, itu salah. Hanya saja, pemeriksaan
mammogram standar memang tak terlalu mempan pada wanita dengan implan
payudara. Jika menemukan benjolan, perlu diperiksa dengan tambahan sinar
X.
Dipengaruhi Deodoran
Dipengaruhi Deodoran
Penggunaan antiperspirant deodorant tak berhubungan dengan kanker payudara. Namun tetap saja, penelitian lebih lanjut masih diperlukan. Pasalnya, antiperspirant terkadang menggunakan paraben, bahan yang berhubungan dengan hormon estrogen.
Ukuran Payudara
Ukuran Payudara
Kanker tak ada
hubungannya dengan ukuran payudara. Bukan berarti ukuran payudara yang
lebih kecil lantas tak berisiko. Hanya saja, kanker pada wanita yang
berpayudara besar memang lebih sulit terdeteksi karena adanya timbunan
lemak.
Kafein
Kafein
Belum ada penelitian
medis apakah kafein meningkatkan risiko kanker payudara. Sejauh ini,
para ahli percaya tak ada hubungan antara dua hal itu.
Percaya Mammogram
Percaya Mammogram
Meskipun hasil pemeriksaan mammogram negatif, bukan berarti seseorang terlepas dari risiko kanker payudara. Penelitian membuktikan, mammogram punya kekeliruan 10-20 persen dalam mendeteksi kanker payudara. Maka, pemeriksaan klinis diperlukan.
Pelurus Rambut
Pelurus Rambut
Sebuah studi yang didanai National Cancer Institute
pada tahun 2007 menemukan adanya peningkatan risiko kanker payudara
pada pengguna pelurus rambut. Studi itu dilakukan pada wanita yang
menggunakan pelurus rambut tujuh kali dalam setahun, selama 20 tahun
atau lebih.
Aborsi
Aborsi dipercaya
mengganggu siklus hormon wanita. Padahal, kanker payudara berhubungan
erat dengan masalah hormon. Karena itulah, banyak penelitian dilakukan
untuk melihat keterkaitan keduanya. Namun, belum ada bukti bahwa aborsi
memengaruhi kanker payudara.Aborsi
sumber : http://life.viva.co.id
30 September 2013
22 September 2013
Tujuh Hal yang Ingin Didengar Istri Anda
Beberapa bulan lalu, saya menulis di blog saya yang diberi judul ‘25 Hal
yang Ingin Didengar Istri Anda’. Tampaknya, itu adalah hal-hal yang
ingin diketahui banyak pria. Pada saat yang sama, banyak istri
mendambakan kata-kata yang menyemangati dari suami mereka. Hasilnya,
tulisan ini dengan cepat menjadi tulisan yang banyak dilihat di situs
saya. Kita semua mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan dan kita
tahu pernikahan kita akan berjalan baik jika kita tahu apa yang ingin
didengar oleh istri kita. Setelah menyadari hal itu, saya memutuskan
untuk mencari tahu kata-kata yang paling menyemangati untuk istri Anda.
Saya menemukannya dengan bertanya kepada beberapa istri dengan
pertanyaan, “Kata-kata apa yang ingin Anda dengar dari suami?” Saya
menerima 12 jawaban, dan saya akan berbagi tujuh di antaranya. Inilah
kalimat yang ingin didengar istri Anda.
Oleh Jackie Bledsoe Jr
1. “Beri tahu aku apa yang kau butuhkan.”
“Suami saya menyemangati saya walaupun dia tidak memikirkannya. Dia selalu memberikan kata-kata menguatkan yang berkaitan dengan keberhasilan dalam hidup dan bisnis – kata-kata seperti ‘Kamu pasti bisa,’ ‘Aku yakin kamu bisa,’ ‘Beri tahu aku apa yang kau butuhkan.’ Namun semangat terbaik yang dia berikan bukanlah pengorbanan nonlisan yang dia lakukan untuk keluarga kami setiap hari agar saya bisa mewujudkan impian saya dan mencapai cita-cita saya.” Christine St. Vil dan suaminya Philip telah menikah selama delapan tahun. Christine adalah Pendiri/CEO Moms 'N Charge™.
2. “Aku cinta padamu”
Saya tahu itu terdengar klise, namun kata-kata yang paling menenangkan yang keluar dari mulut suami saya adalah ketika dia mengatakan “aku cinta padamu.” Saya juga senang mendengarkan dia mengatakannya kepada putri-putri kami. Tiga kata itu memiliki kemampuan untuk membuat wajah kami cerah. Walaupun suami saya menunjukkan bahwa dia cinta kepada saya dengan tindakannya, kadang-kadang saya perlu mendengarnya dan mendengarnya mengatakan kata-kata itu tidak pernah membosankan.” Krishnann Briscoe dan suaminya, Chris, sudah menikah selama tiga tahun. Blog Krishnann di His Mrs. Her Mr.
3. “Kamu bisa, Sayang!”
“Saya tahu itu terdengar menggelikan tapi saya suka saat suami saya berkata,’kamu bisa, Sayang!’ Itu adalah kata-kata yang perlu saya dengar kapan pun ketika saya meragukan diri sendiri, dan caranya mengatakan hal itu membuat saya terus merasa fokus dan bersemangat.” Martine Foreman dan suaminya, Sean, sudah menikah selama lima tahun. Blog Martine adalah CandidBelle, dan ia merupakan pendiri sekaligus editor JustDiva.
4. “Saya bahagia menikah denganmu”
“Saya senang saat suami saya berkata ‘Saya bahagia menikah denganmu.’ Itu membuat saya senang bahwa setelah sekian lama kami bersama dia masih merasa bahagia dan puas dengan pilihan yang dia buat ketika memutuskan untuk menjadikan saya sebagai istrinya. Hal itu membuat saya merasa percaya diri dalam melakukan pekerjaan yang saya lakukan sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu ketika dia menegaskan hal itu.” Lauren Hartmann dan suaminya, Craig, sudah menikah selama 11 tahun. Blog Lauren di The Little Things We Do.
5. “Pada akhirnya kita selalu saling memiliki”
“Saya senang mendengar suami saya mengatakan hal apa pun namun yang paling saya sukai adalah mendengarkan dia berkata, ‘kamu pasti bisa,’ ‘itulah kenapa saya menikahimu...’ dan ‘pada akhirnya kita selalu saling memiliki.’ Dia sangat ahli membuat saya menyadari hal yang paling penting, yaitu pernikahan saya dan dia membuat saya merasa memiliki kekuatan super, mampu menyelesaikan apa saja!” Donnie Nicole Smith dan suaminya, Che’, sudah menikah selama empat tahun. Blog Donnie di DonnieNicole.com , dan dia merupakan Direktur Eksekutif Donda's House.
6. “Aku mengagumi semangatmu”
“Saya suka mendengar suami saya berkata ‘aku cinta padamu,’ ‘kamu cantik apa adanya,’ ‘kamu adalah seorang ibu yang baik,’ dan ‘aku mengagumi semangatmu.’ Dia selalu mengatakan kata-kata itu kepada saya dan itu membuat saya merasa sangat dicintai dan didukung!” Amber L. Wright dan suaminya, Mohammed, sudah menikah selama tujuh tahun. Blog Amber di TalkToAmber.com.
7. “Itu adalah hal kecil untuk orang yang hebat”
“Setiap kali saya kesulitan menghadapi sesuatu, suami saya selalu berkata ‘itu adalah hal kecil untuk orang yang hebat’, itu adalah kata-kata yang sederhana namun membuat saya merasa saya bisa menguasai dunia.”
Tiya Cunningham-Sumter dan suaminya, Ken, sudah menikah selama 15 tahun. Blog Tiya di Not Your Average Advice, dan seorang Certified Life & Relationship Coach di Life
sumber: http://id.she.yahoo.com
Oleh Jackie Bledsoe Jr
1. “Beri tahu aku apa yang kau butuhkan.”
“Suami saya menyemangati saya walaupun dia tidak memikirkannya. Dia selalu memberikan kata-kata menguatkan yang berkaitan dengan keberhasilan dalam hidup dan bisnis – kata-kata seperti ‘Kamu pasti bisa,’ ‘Aku yakin kamu bisa,’ ‘Beri tahu aku apa yang kau butuhkan.’ Namun semangat terbaik yang dia berikan bukanlah pengorbanan nonlisan yang dia lakukan untuk keluarga kami setiap hari agar saya bisa mewujudkan impian saya dan mencapai cita-cita saya.” Christine St. Vil dan suaminya Philip telah menikah selama delapan tahun. Christine adalah Pendiri/CEO Moms 'N Charge™.
2. “Aku cinta padamu”
Saya tahu itu terdengar klise, namun kata-kata yang paling menenangkan yang keluar dari mulut suami saya adalah ketika dia mengatakan “aku cinta padamu.” Saya juga senang mendengarkan dia mengatakannya kepada putri-putri kami. Tiga kata itu memiliki kemampuan untuk membuat wajah kami cerah. Walaupun suami saya menunjukkan bahwa dia cinta kepada saya dengan tindakannya, kadang-kadang saya perlu mendengarnya dan mendengarnya mengatakan kata-kata itu tidak pernah membosankan.” Krishnann Briscoe dan suaminya, Chris, sudah menikah selama tiga tahun. Blog Krishnann di His Mrs. Her Mr.
3. “Kamu bisa, Sayang!”
“Saya tahu itu terdengar menggelikan tapi saya suka saat suami saya berkata,’kamu bisa, Sayang!’ Itu adalah kata-kata yang perlu saya dengar kapan pun ketika saya meragukan diri sendiri, dan caranya mengatakan hal itu membuat saya terus merasa fokus dan bersemangat.” Martine Foreman dan suaminya, Sean, sudah menikah selama lima tahun. Blog Martine adalah CandidBelle, dan ia merupakan pendiri sekaligus editor JustDiva.
4. “Saya bahagia menikah denganmu”
“Saya senang saat suami saya berkata ‘Saya bahagia menikah denganmu.’ Itu membuat saya senang bahwa setelah sekian lama kami bersama dia masih merasa bahagia dan puas dengan pilihan yang dia buat ketika memutuskan untuk menjadikan saya sebagai istrinya. Hal itu membuat saya merasa percaya diri dalam melakukan pekerjaan yang saya lakukan sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu ketika dia menegaskan hal itu.” Lauren Hartmann dan suaminya, Craig, sudah menikah selama 11 tahun. Blog Lauren di The Little Things We Do.
5. “Pada akhirnya kita selalu saling memiliki”
“Saya senang mendengar suami saya mengatakan hal apa pun namun yang paling saya sukai adalah mendengarkan dia berkata, ‘kamu pasti bisa,’ ‘itulah kenapa saya menikahimu...’ dan ‘pada akhirnya kita selalu saling memiliki.’ Dia sangat ahli membuat saya menyadari hal yang paling penting, yaitu pernikahan saya dan dia membuat saya merasa memiliki kekuatan super, mampu menyelesaikan apa saja!” Donnie Nicole Smith dan suaminya, Che’, sudah menikah selama empat tahun. Blog Donnie di DonnieNicole.com , dan dia merupakan Direktur Eksekutif Donda's House.
6. “Aku mengagumi semangatmu”
“Saya suka mendengar suami saya berkata ‘aku cinta padamu,’ ‘kamu cantik apa adanya,’ ‘kamu adalah seorang ibu yang baik,’ dan ‘aku mengagumi semangatmu.’ Dia selalu mengatakan kata-kata itu kepada saya dan itu membuat saya merasa sangat dicintai dan didukung!” Amber L. Wright dan suaminya, Mohammed, sudah menikah selama tujuh tahun. Blog Amber di TalkToAmber.com.
7. “Itu adalah hal kecil untuk orang yang hebat”
“Setiap kali saya kesulitan menghadapi sesuatu, suami saya selalu berkata ‘itu adalah hal kecil untuk orang yang hebat’, itu adalah kata-kata yang sederhana namun membuat saya merasa saya bisa menguasai dunia.”
Tiya Cunningham-Sumter dan suaminya, Ken, sudah menikah selama 15 tahun. Blog Tiya di Not Your Average Advice, dan seorang Certified Life & Relationship Coach di Life
sumber: http://id.she.yahoo.com
12 September 2013
A Gift to You
When the stars began radiating light in all directions,
there was nobody there to see them.
No one there to study their electromagnetic radiation.
no one to proclaim their beauty,
no one to retweet their perfection.
They received no feedback on their efforts,
no evaluations with tiny bubbles to fill in,
no applause
no commendations or promotions
no hope for a reward.
But shine they did.
They shined not knowing that you and I
would be blown away by their brilliance.
They shined not knowing sailors of old would
use them to navigate the dark waters of the oceans.
They shined not knowing we would invent telescopes
to see them more clearly,
close enough to learn that they are all unique,
but still to far away to know them much at all,
like a long distant relationship,
we write each other letters.
They shined not knowing the lights of our modern cities
would make them nearly impossible to see.
And for millions of years, they did just that,
the stars kept shining until they died,
Spent of all of their gas and vapor,
having nothing else to give.
We stare into the night sky,
and soak in their essence,
benefactors of their labors.
The recipients of their gift.
source: http://www.jeremystatton.com
there was nobody there to see them.
No one there to study their electromagnetic radiation.
no one to proclaim their beauty,
no one to retweet their perfection.
They received no feedback on their efforts,
no evaluations with tiny bubbles to fill in,
no applause
no commendations or promotions
no hope for a reward.
But shine they did.
They shined not knowing that you and I
would be blown away by their brilliance.
They shined not knowing sailors of old would
use them to navigate the dark waters of the oceans.
They shined not knowing we would invent telescopes
to see them more clearly,
close enough to learn that they are all unique,
but still to far away to know them much at all,
like a long distant relationship,
we write each other letters.
They shined not knowing the lights of our modern cities
would make them nearly impossible to see.
And for millions of years, they did just that,
the stars kept shining until they died,
Spent of all of their gas and vapor,
having nothing else to give.
We stare into the night sky,
and soak in their essence,
benefactors of their labors.
The recipients of their gift.
source: http://www.jeremystatton.com
Anda Adalah Istrinya, Bukan Ibunya!
Perempuan yang telah menikah, cenderung memiliki sifat mengatur yang
berlebihan. Awalnya sih agar suami bahagia dan merasa dimudahkan.
Tetapi, kalau terlalu sering, bisa-bisa suami malah gerah dan mulai
melirik yang ‘lain’!
Jauh sebelum memiliki anak, di awal pernikahan, perempuan telah menjalani peran ganda untuk suami tercintanya, yaitu menjadi sahabat, kekasih, teman, sekutu, orang kepercayaan dan penghibur saat ia dilanda resah atau sedang tertekan karena pekerjaan.
Tetapi terkadang, alih-alih menjalankan peran sebagai seorang istri, kok Anda lebih cocok menjadi ibunya?! Menurut Richard Templar, pada buku yang berjudul “The Rules of Love’’, satu hal yang dilarang keras bagi perempuan yang baru menikah, jangan pernah mencoba mengatur suami layaknya seorang ibu. Sebab, suami Anda adalah manusia dewasa dan tidak membutuhkan Anda menjalani peran tersebut.
Suami Anda jelas mampu mengambil tindakan-tindakan, dan keputusan sendiri tanpa kendali dari Anda. Mengutarakan pendapat boleh saja, tetapi tidak perlu secara rinci mengenai apa yang harus ia lakukan, atau apa yang harus ia hindari. Ungkapkan opini Anda sebagai sudut pandang, bukan instruksi.
“Ketika Anda bertindak seperti orang tua kepada suami, maka ia akan merespon dengan dua cara. Pertama, menanggapi aturan Anda seperti anak kecil dengan melakukan apa yang Anda katakan. Tetapi, bila suatu waktu Anda membutuhkan suami untuk menjaga Anda, suami Anda tidak bisa melakukannya. Karena terbiasa menuruti semua perkataan Anda’’ jelas Templar.
Bila Anda merasa memiliki kecenderungan ke arah ini, ubahlah segera. Libatkan suami untuk mengingatkan, bila tanpa disadari Anda sedang mengaturnya. Dengan mengakui kekurangan dan meminta dukungan dari suami untuk membantu menghilangkannya, maka suami akan merasa sebagai seorang pelindung yang menjaga diri Anda.
Sebaliknya, jika membiarkan sifat tukang atur ini berkembang dalam diri Anda, tak hanya akan menimbulkan tekanan, tapi juga akan mencederai hubungan serius yang tengah Anda bangun bersama orang yang Anda cintai.
sumber: http://female.kompas.com
Jauh sebelum memiliki anak, di awal pernikahan, perempuan telah menjalani peran ganda untuk suami tercintanya, yaitu menjadi sahabat, kekasih, teman, sekutu, orang kepercayaan dan penghibur saat ia dilanda resah atau sedang tertekan karena pekerjaan.
Tetapi terkadang, alih-alih menjalankan peran sebagai seorang istri, kok Anda lebih cocok menjadi ibunya?! Menurut Richard Templar, pada buku yang berjudul “The Rules of Love’’, satu hal yang dilarang keras bagi perempuan yang baru menikah, jangan pernah mencoba mengatur suami layaknya seorang ibu. Sebab, suami Anda adalah manusia dewasa dan tidak membutuhkan Anda menjalani peran tersebut.
Suami Anda jelas mampu mengambil tindakan-tindakan, dan keputusan sendiri tanpa kendali dari Anda. Mengutarakan pendapat boleh saja, tetapi tidak perlu secara rinci mengenai apa yang harus ia lakukan, atau apa yang harus ia hindari. Ungkapkan opini Anda sebagai sudut pandang, bukan instruksi.
“Ketika Anda bertindak seperti orang tua kepada suami, maka ia akan merespon dengan dua cara. Pertama, menanggapi aturan Anda seperti anak kecil dengan melakukan apa yang Anda katakan. Tetapi, bila suatu waktu Anda membutuhkan suami untuk menjaga Anda, suami Anda tidak bisa melakukannya. Karena terbiasa menuruti semua perkataan Anda’’ jelas Templar.
Bila Anda merasa memiliki kecenderungan ke arah ini, ubahlah segera. Libatkan suami untuk mengingatkan, bila tanpa disadari Anda sedang mengaturnya. Dengan mengakui kekurangan dan meminta dukungan dari suami untuk membantu menghilangkannya, maka suami akan merasa sebagai seorang pelindung yang menjaga diri Anda.
Sebaliknya, jika membiarkan sifat tukang atur ini berkembang dalam diri Anda, tak hanya akan menimbulkan tekanan, tapi juga akan mencederai hubungan serius yang tengah Anda bangun bersama orang yang Anda cintai.
sumber: http://female.kompas.com
Langganan:
Postingan (Atom)