2 Oktober 2013

Mengungkap 10 Mitos Kanker Payudara

Kanker payudara seperti penyakit yang menghantui wanita. Menurut data World Health Organization (WHO), penderita kanker payudara mencapai tujuh juta orang. Lima juta di antaranya meninggal dunia. Ia bisa dibilang ‘pembunuh’ kedua setelah kanker serviks.

Namun, simpang siurnya fakta tentang kanker payudara sering menyesatkan pemahaman wanita. Penyakit ini memang mengandung banyak mitos. Mengutip laman ABC News, berikut 10 mitos menyesatkan seputar kanker payudara.

Penyakit Genetik
Sebanyak 70 persen penderita kanker payudara tak memiliki faktor risiko berupa hubungan genetik. Namun, faktor keturunan memang ada. Jika kerabat tingkat pertama (orang tua atau saudara kandung) menderita kanker payudara, seseorang lebih berisiko dua kali lipat.

Bra Berkawat
Mengenakan bra berkawat tidak meningkatkan risiko kanker payudara. Tidak ada sistem limpatik yang termampatkan dan racun yang terkumpul menumpuk karena kawat pada bra.

Benjolan=Kanker
Tak usah panik jika menemukan benjolan di sekitar payudara. Itu tak selalu berarti kanker. Bisa saja benjolan itu berupa kista. Namun, memang lebih baik memeriksakan temuan benjolan pada dokter agar dilakukan pemeriksaan menyeluruh.

Implan Payudara
Jika ada yang menyebutkan implan payudara menyebabkan kanker, itu salah. Hanya saja, pemeriksaan mammogram standar memang tak terlalu mempan pada wanita dengan implan payudara. Jika menemukan benjolan, perlu diperiksa dengan tambahan sinar X.

Dipengaruhi Deodoran
Penggunaan antiperspirant deodorant tak berhubungan dengan kanker payudara. Namun tetap saja, penelitian lebih lanjut masih diperlukan. Pasalnya, antiperspirant terkadang menggunakan paraben, bahan yang berhubungan dengan hormon estrogen.

Ukuran Payudara
Kanker tak ada hubungannya dengan ukuran payudara. Bukan berarti ukuran payudara yang lebih kecil lantas tak berisiko. Hanya saja, kanker pada wanita yang berpayudara besar memang lebih sulit terdeteksi karena adanya timbunan lemak.

Kafein
Belum ada penelitian medis apakah kafein meningkatkan risiko kanker payudara. Sejauh ini, para ahli percaya tak ada hubungan antara dua hal itu.

Percaya Mammogram
Meskipun hasil pemeriksaan mammogram negatif, bukan berarti seseorang terlepas dari risiko kanker payudara. Penelitian membuktikan, mammogram punya kekeliruan 10-20 persen dalam mendeteksi kanker payudara. Maka, pemeriksaan klinis diperlukan.

Pelurus Rambut
Sebuah studi yang didanai National Cancer Institute pada tahun 2007 menemukan adanya peningkatan risiko kanker payudara pada pengguna pelurus rambut. Studi itu dilakukan pada wanita yang menggunakan pelurus rambut tujuh kali dalam setahun, selama 20 tahun atau lebih.

Aborsi
Aborsi dipercaya mengganggu siklus hormon wanita. Padahal, kanker payudara berhubungan erat dengan masalah hormon. Karena itulah, banyak penelitian dilakukan untuk melihat keterkaitan keduanya. Namun, belum ada bukti bahwa aborsi memengaruhi kanker payudara.

 sumber : http://life.viva.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar