16 Mei 2014

Jangan Takut untuk Berkata "Tidak"

Atas dasar keinginan untuk selalu membahagiakan orang lain, tak sedikit dari kita merasa sungkan untuk menolak dan berkata “Tidak”.
Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental di Vienna, Austria, mendeskripsikan sifat yang selalu ingin dipuji dan diterima oleh lingkungan adalah refleksi atas ketidakmampuan seseorang untuk fokus pada tujuan hidup. Alhasil, mereka terpaksa untuk melakukan hal yang
sebenarnya di luar ambang batas diri, hanya karena sulit berkata “Tidak” pada orang lain.

Laporan yang dipublikasikan pada sebuah jurnal di Pyschiatric School of Viktor Frankl, Vienna, Austria, menganjurkan supaya setiap orang menemukan orientasi hidup yang realistis dalam mencapai tujuan. Cara ini dipercaya dapat membentuk sikap dan prinsip untuk menghargai diri sendiri.
Agar prinsip Anda tetap dihargai oleh orang lain meskipun harus mengatakan “Tidak” pada mereka. Berikut beberapa langkah yang harus diterapkan:

Tentukan visi dan misiSama halnya dengan perusahaan yang memiliki visi dan misi dalam menjalani bisnis untuk meraih tujuan di masa depan. Setiap individu juga harus memiliki visi dan misi sebagai pegangan hidup dalam menentukan sikap ketika berhadapan pada kondisi yang kurang kondusif.

Asah talenta dan ketrampilanHidup di tengah era kapitalis seperti sekarang ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keterampilan profesional yang menguntungkan diri sendiri juga orang lain. Orang yang terampil dan bertalenta lebih mudah memperoleh kesempatan untuk berbuat, bertindak, dan mengembangkan kreativitas di masa depan. Dengan begitu, lingkungan sekitar akan melihat Anda sebagai sosok yang inspiratif dan pantang menyerah.

Berani untuk berkata “Tidak”Lahir dan hidup dengan ajaran budaya timur yang menjunjung tinggi sopan santun dan budi pekerti antar sesama, terkadang kerap disalahartikan sebagai tuntutan untuk selalu menyenangkan orang lain meskipun diri sendiri tersiksa. Padahal sebenarnya, menunjukkan sikap dengan berani berkata “Tidak” bukan berarti merefleksikan sifat pembangkang dan menolak mengikuti aturan.
Penting bagi kita untuk mulai belajar mengenali pola pikiran sendiri, yang selalu merasa bersalah jika menolak dan berkata tidak. Kita harus melatih diri untuk belajar atau bersedia “menabrak” pola pikiran tersebut, dengan berani menunjukkan sikap. Ketika memang benar-benar tidak bisa, ya bilang saja sudah ada janji lain, atau sedang sibuk. Pada dasarnya, tidak salah mengatakan “Tidak”, selama penolakan tersebut dilandasi dengan kejujuran. 

http://female.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar