Atas dasar keinginan untuk selalu membahagiakan orang lain, tak
sedikit dari kita merasa sungkan untuk menolak dan berkata “Tidak”.
Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental di Vienna,
Austria, mendeskripsikan sifat yang selalu ingin dipuji dan diterima
oleh lingkungan adalah refleksi atas ketidakmampuan seseorang untuk
fokus pada tujuan hidup. Alhasil, mereka terpaksa untuk melakukan hal
yang
sebenarnya di luar ambang batas diri, hanya karena sulit berkata “Tidak” pada orang lain.
Laporan yang dipublikasikan pada sebuah jurnal di Pyschiatric
School of Viktor Frankl, Vienna, Austria, menganjurkan supaya setiap
orang menemukan orientasi hidup yang realistis dalam mencapai tujuan.
Cara ini dipercaya dapat membentuk sikap dan prinsip untuk menghargai
diri sendiri.
Agar prinsip Anda tetap dihargai oleh orang lain meskipun harus
mengatakan “Tidak” pada mereka. Berikut beberapa langkah yang harus
diterapkan:
Tentukan visi dan misiSama halnya
dengan perusahaan yang memiliki visi dan misi dalam menjalani bisnis
untuk meraih tujuan di masa depan. Setiap individu juga harus memiliki
visi dan misi sebagai pegangan hidup dalam menentukan sikap ketika
berhadapan pada kondisi yang kurang kondusif.
Asah talenta dan ketrampilanHidup
di tengah era kapitalis seperti sekarang ini, setiap orang dituntut
untuk memiliki keterampilan profesional yang menguntungkan diri sendiri
juga orang lain. Orang yang terampil dan bertalenta lebih mudah
memperoleh kesempatan untuk berbuat, bertindak, dan mengembangkan
kreativitas di masa depan. Dengan begitu, lingkungan sekitar akan
melihat Anda sebagai sosok yang inspiratif dan pantang menyerah.
Berani untuk berkata “Tidak”Lahir
dan hidup dengan ajaran budaya timur yang menjunjung tinggi sopan santun
dan budi pekerti antar sesama, terkadang kerap disalahartikan sebagai
tuntutan untuk selalu menyenangkan orang lain meskipun diri sendiri
tersiksa. Padahal sebenarnya, menunjukkan sikap dengan berani berkata
“Tidak” bukan berarti merefleksikan sifat pembangkang dan menolak
mengikuti aturan.
Penting bagi kita untuk mulai belajar mengenali pola pikiran
sendiri, yang selalu merasa bersalah jika menolak dan berkata tidak.
Kita harus melatih diri untuk belajar atau bersedia “menabrak” pola
pikiran tersebut, dengan berani menunjukkan sikap. Ketika memang
benar-benar tidak bisa, ya bilang saja sudah ada janji lain, atau sedang
sibuk. Pada dasarnya, tidak salah mengatakan “Tidak”, selama penolakan
tersebut dilandasi dengan kejujuran.
http://female.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar