Tak sedikit karyawan yang membenci pekerjaan mereka. Mereka hanya bisa
mengeluh dan merasa tertekan setiap hari namun tidak melakukan apa pun
untuk membebaskan diri dari sumber stres mereka.
Cukup banyak
juga karyawan yang beranggapan jika kita menikmati pekerjaan, berarti
kita kurang keras bekerja. Seolah cara untuk mencapai sukses adalah
bekerja dengan jam yang panjang dan menderita di kantor.
Pandangan tersebut bukan saja salah, tetapi juga berbahaya. Membenci pekerjaan ternyata berdampak buruk pada kesehatan.
1. Membuat gemuk
Pekerjaan
yang dibenci dan bertambahnya angka di timbangan ternyata saling
berkait. Studi menunjukkan, pekerjaan yang tidak membahagiakan akan
mencuri energi Anda yang sebenarnya bisa digunakan untuk berolahraga dan
memilih makanan sehat. Bukankah setelah seharian frustasi di tempat
kerja maka yang paling Anda inginkan adalah makan es krim dan makanan
berlemak lainnya?
2. Menurunkan sistem imun
Stres
di tempat kerja bisa berasal dari jam kerja yang panjang, terlalu
sibuk, atau kurang merasa dihargai oleh perusahaan. Kondisi tersebut
tentu akan membuat kita stres, cemas, dan frustasi. Berbagai bentuk
stres diketahui akan melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan
risiko depresi.
3. Merusak hubungan
Salah
satu hal terburuk dari membenci pekerjaan adalah kebencian itu tidak
akan berakhir di sore hari. Bagi kebanyakan orang, pikiran mereka
sepanjang hari akan dipenuhi oleh rasa benci dan kecemasan akan
pekerjaan.
Sebuah penelitian menyebutkan, orang yang tidak
bahagia di tempat kerja cenderung memiliki hubungan seksual yang tidak
memuaskan. Studi lain menunjukkan, stres dari pekerjaan yang tidak
dikelola juga akan membuat hubungan Anda dengan pasangan dan keluarga
bisa berantakan.
4. Mengganggu kualitas tidur
Tidur
cukup dan berkualitas di malam hari berpengaruh besar pada kesehatan.
Orang yang menderita karena pekerjaan mereka biasanya akan sulit tidur
pulas atau mengalami insomnia. Hal ini berdampak buruk pada kesehatan
karena tidur cukup akan memperbaiki sistem imun sehingga kita tak mudah
sakit.
5. Risiko penyakit serius
Membenci
pekerjaan secara langsung terkait dengan peningkatan risiko penyakit
serius. Sebuah studi yang dilakukan terhadap 20.000 perawat di AS
menyebutkan, mereka yang tidak bahagia di pekerjaannya beresiko besar
menderita kanker, penyakit jantung, dan diabetes melitus.
Dengan
semua risiko kesehatan tersebut, seharusnya Anda mengambil tindakan jika
memang sudah merasa tidak nyaman dengan pekerjaan sekarang.
http://health.kompas.com
1 April 2014
Dibandingkan Perempuan Dewasa, Anak Perempuan Lebih Mensyukuri Tubuh Mereka
emua perempuan dilahirkan cantik dan punya kelebihan masing-masing.
Sayangnya, yang namanya manusia pasti selalu tak pernah puas dengan
dirinya, termasuk dalam soal kecantikan dan penampilan.
Alih-alih bersyukur dengan kondisinya, kebanyakan perempuan justru selalu merasa kurang dan akhirnya terus menerus mengeluh. Seperti misalnya, tidak percaya diri karena hidung pesek, minder hanya karena memiliki dahi lebar, kerap berlebihan mengenakan eyeliner demi menyamarkan mata yang sipit, belum lagi drama si rambut keriting. Sudahlah, perempuan dan ambisi mereka terhadap tubuh sempurna, memang tidak akan ada habisnya!
Sebuah penelitian dilakukan oleh Unilever lewat Dove Real Beauty Global Researchyang dilakukan di 25 negara dan melibatkan 5006 perempuan, terungkap bahwa sekitar 80 persen perempuan tidak bisa melihat kecantikannya sendiri, meskipun mereka setuju bahwa masing-masing perempuan memiliki kecantikannya sendiri. Lalu, sebanyak 64 persen perempuan merasa diri mereka tidak cantik.
Penelitian ini juga menyingkap 32 persen perempuan yang mengakui tekanan kecantikan terbesar berasal dari diri mereka sendiri. Parahnya, 54 persen perempuan setuju kalau mereka sendiri adalah kritikus kecantikan terburuk.
"Tekanan ini biasanya terjadi karena selalu membanding-bandingkan dengan perempuan lain yang dianggap lebih cantik. Jadi mereka menilai dirinya lebih jelek. Coba pikirkan saat ditanya tentang bagian tubuh mana yang jelek,pasti cepat jawabnya. Sebaliknya, kalau ditanya bagian mana yang disuka pasti susah dijawab," kata Eva Arisuci Rudjito, Marketing Manager Skin Cleansing Unilever Indonesia dalam acara Dove Beauty is U Global Research beberapa waktu lalu di Jakarta.
Melihat fenomena ini, penulis cerita, Marie C. menyarankan daripada Anda terus-terusan mengeluh, cobalah belajar pada kejujuran dan kepolosan anak perempuan. Menurutnya, para anak perempuan lebih bisa menghargai tubuh mereka, dibandingkan perempuan dewasa.
"Ini adalah perbedaan cara pandang tentang segala sesuatu yang dimiliki. Pendekatan utilitarian ini, membuktikan bahwa perempuan dewasa cenderung mengabaikan berbagai hal yang bisa dilakukan dengan semua anggota tubuhnya. Mereka harusnya lebih bersyukur dan tidak terlalu mengkhawatirkan hal-hal seperti selulit, lengan besar, uban dan hal-hal lain yang kurang sempurna," jelas Marie.
Kebalikan dengan perempuan dewasa, anak-anak perempuan justru lebih mudah menemukan bagian tubuh yang disukainya, beserta alasannya.
"Bagian tubuh yang paling saya suka mata. Saya paling suka mata karena kedua mata membantu saya melihat berbagai hal yang berbeda setiap saat. Saya juga suka tangan karena dengan tangan, saya bisa melakukan banyak hal dan juga menulis banyak hal. Saya juga suka kaki, karena bisa membantu saya berjalan dan bersenang-senang," - Jeniah (8).
"Saya suka semua, karena saya bisa bergerak dengan semua anggota tubuh yang saya miliki. Saya juga suka dengan bulu mata yang panjang, kulit yang setengah putih dan setengah cokelat (sawo matang.red), dan juga rambut saya yang panjang karena bisa dikibas-kibaskan," - Bayan (6).
"Saya suka mata saya karena bisa melihat banyak warna dan juga melihat segala sesuatunya. Saya juga suka kaki saya karena sangat panjang," - Charae (5).
"Saya suka tubuh saya semuanya, karena ini seperti sebuah keajaiban" Sofia (5).
Alih-alih bersyukur dengan kondisinya, kebanyakan perempuan justru selalu merasa kurang dan akhirnya terus menerus mengeluh. Seperti misalnya, tidak percaya diri karena hidung pesek, minder hanya karena memiliki dahi lebar, kerap berlebihan mengenakan eyeliner demi menyamarkan mata yang sipit, belum lagi drama si rambut keriting. Sudahlah, perempuan dan ambisi mereka terhadap tubuh sempurna, memang tidak akan ada habisnya!
Sebuah penelitian dilakukan oleh Unilever lewat Dove Real Beauty Global Researchyang dilakukan di 25 negara dan melibatkan 5006 perempuan, terungkap bahwa sekitar 80 persen perempuan tidak bisa melihat kecantikannya sendiri, meskipun mereka setuju bahwa masing-masing perempuan memiliki kecantikannya sendiri. Lalu, sebanyak 64 persen perempuan merasa diri mereka tidak cantik.
Penelitian ini juga menyingkap 32 persen perempuan yang mengakui tekanan kecantikan terbesar berasal dari diri mereka sendiri. Parahnya, 54 persen perempuan setuju kalau mereka sendiri adalah kritikus kecantikan terburuk.
"Tekanan ini biasanya terjadi karena selalu membanding-bandingkan dengan perempuan lain yang dianggap lebih cantik. Jadi mereka menilai dirinya lebih jelek. Coba pikirkan saat ditanya tentang bagian tubuh mana yang jelek,pasti cepat jawabnya. Sebaliknya, kalau ditanya bagian mana yang disuka pasti susah dijawab," kata Eva Arisuci Rudjito, Marketing Manager Skin Cleansing Unilever Indonesia dalam acara Dove Beauty is U Global Research beberapa waktu lalu di Jakarta.
Melihat fenomena ini, penulis cerita, Marie C. menyarankan daripada Anda terus-terusan mengeluh, cobalah belajar pada kejujuran dan kepolosan anak perempuan. Menurutnya, para anak perempuan lebih bisa menghargai tubuh mereka, dibandingkan perempuan dewasa.
"Ini adalah perbedaan cara pandang tentang segala sesuatu yang dimiliki. Pendekatan utilitarian ini, membuktikan bahwa perempuan dewasa cenderung mengabaikan berbagai hal yang bisa dilakukan dengan semua anggota tubuhnya. Mereka harusnya lebih bersyukur dan tidak terlalu mengkhawatirkan hal-hal seperti selulit, lengan besar, uban dan hal-hal lain yang kurang sempurna," jelas Marie.
Kebalikan dengan perempuan dewasa, anak-anak perempuan justru lebih mudah menemukan bagian tubuh yang disukainya, beserta alasannya.
"Bagian tubuh yang paling saya suka mata. Saya paling suka mata karena kedua mata membantu saya melihat berbagai hal yang berbeda setiap saat. Saya juga suka tangan karena dengan tangan, saya bisa melakukan banyak hal dan juga menulis banyak hal. Saya juga suka kaki, karena bisa membantu saya berjalan dan bersenang-senang," - Jeniah (8).
"Saya suka semua, karena saya bisa bergerak dengan semua anggota tubuh yang saya miliki. Saya juga suka dengan bulu mata yang panjang, kulit yang setengah putih dan setengah cokelat (sawo matang.red), dan juga rambut saya yang panjang karena bisa dikibas-kibaskan," - Bayan (6).
"Saya suka mata saya karena bisa melihat banyak warna dan juga melihat segala sesuatunya. Saya juga suka kaki saya karena sangat panjang," - Charae (5).
"Saya suka tubuh saya semuanya, karena ini seperti sebuah keajaiban" Sofia (5).
http://female.kompas.com
Punya Anak Perempuan Bikin Ibu Lebih Modis
Siapa bilang setelah jadi ibu, perempuan tidak bisa lagi tampil gaya dan
terlihat cantik? Anda bisa kok tampil cantik dan menjadi yummy mummy seperti saat masih lajang dulu.
Michelle Obama, Kate Moss, dan Samantha Cameron adalah contoh perempuan yang tetap terlihat cantik dan modis sekalipun sudah memiliki anak.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh toko ritel Gray & Osbourn mengungkapkan bahwa ternyata ada pengaruh antara anak dan penampilan seorang ibu. Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak perempuan cenderung lebih stylish dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak laki-laki. Lebih dari seperempat perempuan yang disurvei setuju dengan hal ini.
Kepedulian ibu yang memiliki anak perempuan terhadap fashion ini disebabkan putri-putri mereka akan membantu dan menjadi penata gaya ketika usia mereka bertambah.
Lebih dari setengah perempuan yang disurvei (51 persen) mengatakan bahwa mereka lebih percaya pendapat anak perempuan mereka dibandingkan penilaian orang lain. Bahkan, 78 persen perempuan di atas usia 50 tahun mengatakan kalau mereka lebih senang membiarkan anak perempuannya yang memilihkan busana untuk mereka.
Sebaliknya, hanya lima persen perempuan yang ingin meminta saran gaya busana dari anaknya. Sekitar delapan persen perempuan berusia 45 tahun ke atas mengaku mengambil saran busana dari suaminya.
"Seiring waktu membesarkan anak laki-laki, ibu biasanya tidak terlalu tertarik dengan mode. Namun, ibu dengan anak perempuan akan memiliki minat pada fashion karena secara tak langsung anak perempuannya akan mengenal fashion," kata psikolog, Honey Langcaster-James.
Selain itu, Honey menambahkan, jalinan kedekatan anak perempuan dengan ibunya akan menjadi sebuah sumber dukungan serta dorongan untuk memutuskan gaya busana yang digunakan.
"Alasan paling umum adalah anak perempuan itu lebih kritis dan bisa menawarkan nasihat yang baik, bahkan memberi unsur kompetisi untuk melihat gaya siapa yang terbaik," katanya.
Lucunya, hubungan ibu dan anak perempuan ini tak hanya sebatas itu. Sebanyak 40 persen anak perempuan berusia 19-34 tahun mengatakan kalau mereka tidak akan membiarkan ibunya berbelanja baju tanpa pengawasan mereka.
"Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan antara ibu dan anak perempuan, juga betapa perempuan itu lebih suka dan menghargai pendapat yang jujur serta bisa dipercaya," ujar Honey.
http://female.kompas.com
Michelle Obama, Kate Moss, dan Samantha Cameron adalah contoh perempuan yang tetap terlihat cantik dan modis sekalipun sudah memiliki anak.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh toko ritel Gray & Osbourn mengungkapkan bahwa ternyata ada pengaruh antara anak dan penampilan seorang ibu. Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak perempuan cenderung lebih stylish dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak laki-laki. Lebih dari seperempat perempuan yang disurvei setuju dengan hal ini.
Kepedulian ibu yang memiliki anak perempuan terhadap fashion ini disebabkan putri-putri mereka akan membantu dan menjadi penata gaya ketika usia mereka bertambah.
Lebih dari setengah perempuan yang disurvei (51 persen) mengatakan bahwa mereka lebih percaya pendapat anak perempuan mereka dibandingkan penilaian orang lain. Bahkan, 78 persen perempuan di atas usia 50 tahun mengatakan kalau mereka lebih senang membiarkan anak perempuannya yang memilihkan busana untuk mereka.
Sebaliknya, hanya lima persen perempuan yang ingin meminta saran gaya busana dari anaknya. Sekitar delapan persen perempuan berusia 45 tahun ke atas mengaku mengambil saran busana dari suaminya.
"Seiring waktu membesarkan anak laki-laki, ibu biasanya tidak terlalu tertarik dengan mode. Namun, ibu dengan anak perempuan akan memiliki minat pada fashion karena secara tak langsung anak perempuannya akan mengenal fashion," kata psikolog, Honey Langcaster-James.
Selain itu, Honey menambahkan, jalinan kedekatan anak perempuan dengan ibunya akan menjadi sebuah sumber dukungan serta dorongan untuk memutuskan gaya busana yang digunakan.
"Alasan paling umum adalah anak perempuan itu lebih kritis dan bisa menawarkan nasihat yang baik, bahkan memberi unsur kompetisi untuk melihat gaya siapa yang terbaik," katanya.
Lucunya, hubungan ibu dan anak perempuan ini tak hanya sebatas itu. Sebanyak 40 persen anak perempuan berusia 19-34 tahun mengatakan kalau mereka tidak akan membiarkan ibunya berbelanja baju tanpa pengawasan mereka.
"Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan antara ibu dan anak perempuan, juga betapa perempuan itu lebih suka dan menghargai pendapat yang jujur serta bisa dipercaya," ujar Honey.
http://female.kompas.com
Berbahagialah Orangtua yang Memiliki Anak Perempuan
Melalui sebuah penelitian, para ilmuan menyimpulkan bahwa keluarga
yang memiliki anak perempuan cenderung lebih bahagia, sukses, dan mereka
yang memiliki saudara perempuan berpotensi untuk umur panjang.
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Ulster di Irlandia Utara menyatakan, anak perempuan dalam keluarga merupakan energi penyeimbang. Terutama saat terjadi sesuatu yang menyedihkan dan menyakitkan, seperti misalnya perceraian orangtua, kematian, anggota keluarga terjangkit penyakit keras, dan sebagainya. Alasannya, karena secara alamiah perempuan dianugerahi kepekaan perasaan dan kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik serta membicarakan beban yang mereka rasakan. Personifikasi yang demikian membuat mereka tidak memendam pikiran dan masalah dalam hati.
Penelitian ini melibatkan partisipan sebanyak 571 orang dengan kisaran usia antara 17 hingga 25 tahun. Mereka diberikan angket berisi serangkaian pertanyaan mengenai pandangan mereka akan masa depan, apa yang mereka lakukan saat terbentur masalah, dan sebagainya. Akhirnya terangkum informasi yang menyatakan bahwa partisipan yang memiliki saudara perempuan ditemukan lebih bahagia dan menikmati hidup dengan pikiran yang terbuka.
Selain itu, partisipan yang dibesarkan oleh orangtua yang bercerai, ternyata tetap mampu menjalani kehidupan secara normal berkat memiliki saudara perempuan yang menjadi tempat mereka berbagi dan saling mendukung. “Penemuan ini bisa dijadikan materi menguntungkan bagi psikolog anak, lembaga konsutan keluarga, atau pihak lainnya yang menawarkan bantuan bagi anak-anak yang menjadi “korban” perceraian orangtua,” ujar Professor Tony Casdidy, Ketua Penelitian.
Menurut Tony, memiliki anak dan saudara perempuan mendorong komunikasi antar anggota keluarga lainnya menjadi lebih baik. Seperti yang kita ketahui dalam ilmu psikologi, mengemukakan perasaan emosional berdampak postitif bagi kesehatan batiniah manusia.
http://female.kompas.com
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Ulster di Irlandia Utara menyatakan, anak perempuan dalam keluarga merupakan energi penyeimbang. Terutama saat terjadi sesuatu yang menyedihkan dan menyakitkan, seperti misalnya perceraian orangtua, kematian, anggota keluarga terjangkit penyakit keras, dan sebagainya. Alasannya, karena secara alamiah perempuan dianugerahi kepekaan perasaan dan kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik serta membicarakan beban yang mereka rasakan. Personifikasi yang demikian membuat mereka tidak memendam pikiran dan masalah dalam hati.
Penelitian ini melibatkan partisipan sebanyak 571 orang dengan kisaran usia antara 17 hingga 25 tahun. Mereka diberikan angket berisi serangkaian pertanyaan mengenai pandangan mereka akan masa depan, apa yang mereka lakukan saat terbentur masalah, dan sebagainya. Akhirnya terangkum informasi yang menyatakan bahwa partisipan yang memiliki saudara perempuan ditemukan lebih bahagia dan menikmati hidup dengan pikiran yang terbuka.
Selain itu, partisipan yang dibesarkan oleh orangtua yang bercerai, ternyata tetap mampu menjalani kehidupan secara normal berkat memiliki saudara perempuan yang menjadi tempat mereka berbagi dan saling mendukung. “Penemuan ini bisa dijadikan materi menguntungkan bagi psikolog anak, lembaga konsutan keluarga, atau pihak lainnya yang menawarkan bantuan bagi anak-anak yang menjadi “korban” perceraian orangtua,” ujar Professor Tony Casdidy, Ketua Penelitian.
Menurut Tony, memiliki anak dan saudara perempuan mendorong komunikasi antar anggota keluarga lainnya menjadi lebih baik. Seperti yang kita ketahui dalam ilmu psikologi, mengemukakan perasaan emosional berdampak postitif bagi kesehatan batiniah manusia.
http://female.kompas.com
6 Maret 2014
Rambu-rambu Mengajarkan Bahasa Asing pada Anak
Pembelajaran apa pun, termasuk bahasa, sebenarnya dapat diterapkan
sedari usia dini. Hanya saja proses pembelajarannya ini harus dengan
emmerhatikan faktor-faktor yang melekat pada anak usia dini.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan bahasa pada anak-anak:
- Tidak dicampur aduk
Pembelajaran bahasa asing harus dilakukan secara benar agar anak betul-betul memahaminya. Bahasa yang digunakan tidak dicampur aduk. Bila kita mengajak bayi bercakap-cakap dalam bahasa Inggris, maka kita harus menggunakan bahasa Inggris sampai percakapan tersebut selesai.
Jangan dicampur aduk dalam satu kalimat, misalnya "Hai Rene, let's eat with Mama. Ayo, sit sebelah Mama, ya! atau "Then Mama akan suapin kamu," atau "So we eat together. Makan yang banyak ya!"
- Konsisten
Jika Mama Papa sudah memilih menggunakan bahasa asing, gunakan bahasa tersebut terus-menerus. Kecuali pada situasi tertentu, kita bisa melakukan kesepakatan untuk menggunakan bahasa lain. Idealnya, kita tentukan siapa yang berbahasa Inggris, Indonesia, atau bahasa daerah di rumah. Misalnya, Papa berbahasa Inggris, Mama berbahasa daerah, dan pengasuh berbahasa Indonesia. Diharapkan pemahaman bahasa asing anak akan lebih baik.
- Perhatikan struktur bahasa
Jika memutuskan mengajari anak bahasa asing sebaiknya lakukan sungguh-sungguh dengan memerhatikan grammar atau struktur bahasa dan vocabulary atau pengucapannya. Jadi, keakuratan dalam berbahasa (pelafalan, tata bahasa) untuk memberikan contoh yang benar. Dengan begitu anak menerima pelajaran secara lengkap.
Dengan kemampuan bahasa yang terstruktur baik tata bahasa dan pengucapannya tentu membuat kemampuan berbahasa asing anak jauh lebih baik.
- Memperbanyak saluran pembawa bahasa
Misalnya, dengan menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa tersebut, bercerita, membaca buku-buku, menonton film, percakapan, yang semuanya dalam bahasa tujuan. Memberikan waktu khusus untuk berbahasa Inggris, misalnya, waktu sedang makan malam, ketika berjalan-jalan di mal, dalam perjalanan dari sekolah ke rumah, dan lain-lain.
- Hal penting lainnya
Proses pentransferan bahasa secara alamiah/pemerolehan sesuai kebutuhan berkomunikasi anak dengan lingkungannya. Selain itu, memahami bahwa anak berbeda dari orang dewasa, sehingga pendekatan, metode, dan tekniknya disesuaikan dengan usia mereka atau dengan cara bermain yang menyenangkan.
http://female.kompas.com
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan bahasa pada anak-anak:
- Tidak dicampur aduk
Pembelajaran bahasa asing harus dilakukan secara benar agar anak betul-betul memahaminya. Bahasa yang digunakan tidak dicampur aduk. Bila kita mengajak bayi bercakap-cakap dalam bahasa Inggris, maka kita harus menggunakan bahasa Inggris sampai percakapan tersebut selesai.
Jangan dicampur aduk dalam satu kalimat, misalnya "Hai Rene, let's eat with Mama. Ayo, sit sebelah Mama, ya! atau "Then Mama akan suapin kamu," atau "So we eat together. Makan yang banyak ya!"
- Konsisten
Jika Mama Papa sudah memilih menggunakan bahasa asing, gunakan bahasa tersebut terus-menerus. Kecuali pada situasi tertentu, kita bisa melakukan kesepakatan untuk menggunakan bahasa lain. Idealnya, kita tentukan siapa yang berbahasa Inggris, Indonesia, atau bahasa daerah di rumah. Misalnya, Papa berbahasa Inggris, Mama berbahasa daerah, dan pengasuh berbahasa Indonesia. Diharapkan pemahaman bahasa asing anak akan lebih baik.
- Perhatikan struktur bahasa
Jika memutuskan mengajari anak bahasa asing sebaiknya lakukan sungguh-sungguh dengan memerhatikan grammar atau struktur bahasa dan vocabulary atau pengucapannya. Jadi, keakuratan dalam berbahasa (pelafalan, tata bahasa) untuk memberikan contoh yang benar. Dengan begitu anak menerima pelajaran secara lengkap.
Dengan kemampuan bahasa yang terstruktur baik tata bahasa dan pengucapannya tentu membuat kemampuan berbahasa asing anak jauh lebih baik.
- Memperbanyak saluran pembawa bahasa
Misalnya, dengan menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa tersebut, bercerita, membaca buku-buku, menonton film, percakapan, yang semuanya dalam bahasa tujuan. Memberikan waktu khusus untuk berbahasa Inggris, misalnya, waktu sedang makan malam, ketika berjalan-jalan di mal, dalam perjalanan dari sekolah ke rumah, dan lain-lain.
- Hal penting lainnya
Proses pentransferan bahasa secara alamiah/pemerolehan sesuai kebutuhan berkomunikasi anak dengan lingkungannya. Selain itu, memahami bahwa anak berbeda dari orang dewasa, sehingga pendekatan, metode, dan tekniknya disesuaikan dengan usia mereka atau dengan cara bermain yang menyenangkan.
http://female.kompas.com
4 Maret 2014
10 Cara Gampang untuk Rileks di Kantor
Ada ratusan e-mail di kotak masuk yang harus segera dijawab,
sementara Anda juga harus menyiapkan presentasi karena dalam dua jam
Anda ditunggu di ruang rapat. Dengan kata lain, ini adalah saat yang
paling tepat untuk mengambil jeda sejenak dan rileks.
Ketika hidup kita seolah dikejar-kejar target, liburan akhir pekan di resor pantai memang seolah paling tepat untuk menenangkan saraf yang tegang. Tetapi, waktu dan dana tak selalu ada untuk kita bersantai, tidur, dan makan sepuasnya.
Demikian juga halnya ketika sedang di kantor. Jangankan untuk jeda sejenak dan melipir ke mal sebelah untuk menenangkan pikiran, pergi ke taman di bawah saja tak sempat. Untungnya ada banyak cara untuk rileks dalam waktu lima menit atau kurang.
1. Minum teh hijau
Dari pada membuka sekaleng minuman soda, cobalah buat secangkir teh hijau hangat. Teh hijau adalah sumber L-Theanin, zat kimia yang membantu meredakan amarah.
2. "Ngemil" cokelat
Hanya satu keping (bukan satu bungkus) cokelat hitam sudah efektif untuk menenangkan saraf. Antioksidan dalam cokelat hitam akan menurunkan level hormon stres dan menstabilkan metabolisme.
3. Sesendok madu
Ganti stres Anda dengan sesuatu yang manis, misalnya sesendok madu. Selain mengandung pelembab kulit alami dan antibiotik, madu juga mengandung komponen yang mengurangi inflamasi di otak. Ini berarti melawan depresi dan kecemasan.
4. Makan mangga
Mumpung sedang musim mangga, potonglah buah mangga. Buah ini mengandung komponen yang disebut linalool yang menurunkan level stres. sayangnya, komponen tersebut akan berkurang jika mangga dibuat jus.
5. Kunyah permen
Permen karet, permen mint, atau buah-buahan boleh Anda pilih. Mengunyah permen ternyata dengan cepat akan menurunkan stres dan mengurangi kecemasan.
6. Meditasi
Tak perlu jauh-jauh menyepi di pegunungan, melakukan meditasi selama 5 menit cukup efektif untuk mengusir stres. Carilah tempat yang agak sepi lalu aturlah pernapasan selama beberapa menit. Rasakan kecemasan mulai menghilang.
7. Bernapas
Adakah cara lain untuk rileks selain mengambil napas dalam dan perlahan. Menarik napas dalam akan menurunkan tekanan darah dan detak jantung. Anda juga bisa mempelajari beberapa teknik pernapasan dan mempratikkannya saat merasa tertekan.
8. Hitung mundur
Ini bukan sebuah tes IQ, tetapi salah satu cara untuk rileks. Ketika rasa khawatir dan stres mendominasi, cobalah menghitung sampai 10 kemudian hitung mundur sampai 1. Untuk sejenak pikiran akan teralihkan.
9. Pejamkan mata
Asingkan diri dari hiruk-pikuk kesibukan kantor dengan memejamkan mata. Ini adalah cara paling mudah untuk tenang dan fokus.
10. Pijat tangan
Memijat bagian tangan sangat membantu meredakan stres, terutama pada orang yang banyak menghabiskan waktu mengetik. Tangan tentu membawa banyak tekanan. Cobalah untuk melemaskan otot-otot tangan dengan lotion favorit.
http://female.kompas.com/
Ketika hidup kita seolah dikejar-kejar target, liburan akhir pekan di resor pantai memang seolah paling tepat untuk menenangkan saraf yang tegang. Tetapi, waktu dan dana tak selalu ada untuk kita bersantai, tidur, dan makan sepuasnya.
Demikian juga halnya ketika sedang di kantor. Jangankan untuk jeda sejenak dan melipir ke mal sebelah untuk menenangkan pikiran, pergi ke taman di bawah saja tak sempat. Untungnya ada banyak cara untuk rileks dalam waktu lima menit atau kurang.
1. Minum teh hijau
Dari pada membuka sekaleng minuman soda, cobalah buat secangkir teh hijau hangat. Teh hijau adalah sumber L-Theanin, zat kimia yang membantu meredakan amarah.
2. "Ngemil" cokelat
Hanya satu keping (bukan satu bungkus) cokelat hitam sudah efektif untuk menenangkan saraf. Antioksidan dalam cokelat hitam akan menurunkan level hormon stres dan menstabilkan metabolisme.
3. Sesendok madu
Ganti stres Anda dengan sesuatu yang manis, misalnya sesendok madu. Selain mengandung pelembab kulit alami dan antibiotik, madu juga mengandung komponen yang mengurangi inflamasi di otak. Ini berarti melawan depresi dan kecemasan.
4. Makan mangga
Mumpung sedang musim mangga, potonglah buah mangga. Buah ini mengandung komponen yang disebut linalool yang menurunkan level stres. sayangnya, komponen tersebut akan berkurang jika mangga dibuat jus.
5. Kunyah permen
Permen karet, permen mint, atau buah-buahan boleh Anda pilih. Mengunyah permen ternyata dengan cepat akan menurunkan stres dan mengurangi kecemasan.
6. Meditasi
Tak perlu jauh-jauh menyepi di pegunungan, melakukan meditasi selama 5 menit cukup efektif untuk mengusir stres. Carilah tempat yang agak sepi lalu aturlah pernapasan selama beberapa menit. Rasakan kecemasan mulai menghilang.
7. Bernapas
Adakah cara lain untuk rileks selain mengambil napas dalam dan perlahan. Menarik napas dalam akan menurunkan tekanan darah dan detak jantung. Anda juga bisa mempelajari beberapa teknik pernapasan dan mempratikkannya saat merasa tertekan.
8. Hitung mundur
Ini bukan sebuah tes IQ, tetapi salah satu cara untuk rileks. Ketika rasa khawatir dan stres mendominasi, cobalah menghitung sampai 10 kemudian hitung mundur sampai 1. Untuk sejenak pikiran akan teralihkan.
9. Pejamkan mata
Asingkan diri dari hiruk-pikuk kesibukan kantor dengan memejamkan mata. Ini adalah cara paling mudah untuk tenang dan fokus.
10. Pijat tangan
Memijat bagian tangan sangat membantu meredakan stres, terutama pada orang yang banyak menghabiskan waktu mengetik. Tangan tentu membawa banyak tekanan. Cobalah untuk melemaskan otot-otot tangan dengan lotion favorit.
http://female.kompas.com/
Jangan Biarkan Pekerjaan Merusak Hidup Anda
Jangan senang dulu jika perusahaan memberi Anda perangkat gadget canggih. Hidup Anda bisa-bisa terganggu karena setiap waktu harus menerima e-mail
mengenai pekerjaan. Jam kerja Anda pun tak jelas lagi karena tengah
malam dan akhir pekan pun Anda masih harus mengurusi pekerjaan.
Dalam sebuah penelitian terungkap, lebih dari separuh karyawan merasa beban kerja mereka semakin tinggi. Tak mengherankan jika 33 persen responden mengaku langsung memikirkan pekerjaan begitu bangun tidur dan 75 persen menjawab masih memikirkan pekerjaan sampai mereka tidur malam.
Para karyawan yang tak bisa lagi membedakan mana waktu bekerja dan waktu untuk beristirahat pada umumnya kurang bahagia, kurang sehat, dan bisa memicu mereka pada perilaku kecanduan.
Tak mau hidup Anda terganggu oleh pekerjaan? Ikuti tips berikut:
1. Bekerja efisien
Jam kerja yang panjang di kantor tak berarti kita akan lebih produktif. Karena itu, jangan jadikan waktu kerja sebagai barometer efektivitas kerja. Bukan hal terlarang untuk melakukan sesuatu secara efisien; jika Anda bisa memberi hasil yang sama dalam 8 jam dibanding 10 jam, belum lagi bisa punya tambahan waktu bersama keluarga, maka lakukanlah.
2. Ambil jeda
Sebuah penelitian menunjukkan, bekerja terus menerus ternyata bisa mengganggu kemampuan kita untuk fokus. Karena itu jangan segan mengambil jeda di sela pekerjaan. Bahkan, mengambil jeda akan membuat kita bekerja lebih baik. Di kantor Anda bisa jeda sebentar setiap 10 menit, sementara di rumah matikan perangkat kerja Anda pada hari Minggu, misalnya.
3. Bergeraklah
Berbagai studi menunjukkan, olahraga teratur akan mengurangi stres. Para ahli berpendapat, olahraga adalah cara terbaik untuk secara psikologis melepaskan diri dari pekerjaan.
http://female.kompas.com
Dalam sebuah penelitian terungkap, lebih dari separuh karyawan merasa beban kerja mereka semakin tinggi. Tak mengherankan jika 33 persen responden mengaku langsung memikirkan pekerjaan begitu bangun tidur dan 75 persen menjawab masih memikirkan pekerjaan sampai mereka tidur malam.
Para karyawan yang tak bisa lagi membedakan mana waktu bekerja dan waktu untuk beristirahat pada umumnya kurang bahagia, kurang sehat, dan bisa memicu mereka pada perilaku kecanduan.
Tak mau hidup Anda terganggu oleh pekerjaan? Ikuti tips berikut:
1. Bekerja efisien
Jam kerja yang panjang di kantor tak berarti kita akan lebih produktif. Karena itu, jangan jadikan waktu kerja sebagai barometer efektivitas kerja. Bukan hal terlarang untuk melakukan sesuatu secara efisien; jika Anda bisa memberi hasil yang sama dalam 8 jam dibanding 10 jam, belum lagi bisa punya tambahan waktu bersama keluarga, maka lakukanlah.
2. Ambil jeda
Sebuah penelitian menunjukkan, bekerja terus menerus ternyata bisa mengganggu kemampuan kita untuk fokus. Karena itu jangan segan mengambil jeda di sela pekerjaan. Bahkan, mengambil jeda akan membuat kita bekerja lebih baik. Di kantor Anda bisa jeda sebentar setiap 10 menit, sementara di rumah matikan perangkat kerja Anda pada hari Minggu, misalnya.
3. Bergeraklah
Berbagai studi menunjukkan, olahraga teratur akan mengurangi stres. Para ahli berpendapat, olahraga adalah cara terbaik untuk secara psikologis melepaskan diri dari pekerjaan.
http://female.kompas.com
Langganan:
Postingan (Atom)