"Jika sumber pendapatan seseorang meningkat, maka garis kebutuhan pun
biasanya turut meningkat," ungkap Fourrita, seorang Financial Planner.
Setiap orang tentunya ingin maju dan bisa mendapatkan penghasilan yang
banyak. Tapi tanpa sadar, majunya seseorang ternyata juga bisa menjadi
bumerang untuk diri sendiri.
Orang sukses yang sudah memiliki
banyak uang misalnya. Karena lingkungan dan keinginan, ia pun terdorong
untuk menjadi lebih konsumtif, entah itu karena membeli barang-barang
branded atau lapar mata saat jalan-jalan ke mal. Umumnya ini terjadi
karena si pelaku tak berpikir secara jangka panjang.
Maka tak
heran, uang pun banyak yang dikeluarkan dan bisa membuat orang mendadak
jadi bangkrut. Apakah hal ini juga terjadi pada Anda?
"Hidup
memang cuma sekali, jadi harus menikmati. Tapi bukan berarti kita
menikmatinya dengan harus selalu membuat keinginan terpenuhi dan
pengularan jadi tidak terkontrol," papar Fourrita.
Oleh karena
itu, sangat penting untuk bisa menyeimbangkan antara pemasukan dengan
pengeluaran. Meskipun uang yang didapat banyak, bukan berarti juga kita
harus hidup mewah.
Fourrita juga menambahkan, orang yang boros
dan selalu ingin memenuhi keinginannya, maka orang tersebut sudah
diperbudak oleh uang yang dimilikinya. Itu tanda ia tidak bisa
mengontrol keinginan dan pengeluarannya tersebut. Masalah keungan tidak
hanya membuat seseorang jadi bangkrut, tapi mereka juga bisa mengalami
stres.
"Stres yang sering dirasakan oleh seseorang sering
dikaitkan dengan perasaan cemas dan takut," jelas dr. Andri, Sp. Kj,
Psychosomatic Clinic di acara Sequislife yang bertema 'Continuously
Well, Aren't You?' Itu.
Berdasarkan data dari American Institute
of Stress, ternyata masalah keuangan berada di posisi keempat dari lima
penyebab utama orang menjadi stres. Sementara di posisi pertama, yaitu
faktor perceraian, lalu hukuman, luka atau sakit, dan terakhir kesulitan
dalam pekerjaan.
Jadi, agar lebih bisa seimbang dalam mengatur
pemasukan dan pengeluaran, mulailah membiasakan diri untuk menyisihkan
sebagian pendapatan. Saran lainnya adalah jangan selalu ketergantungan
dengan kartu kredit.
"Nabung paling bagus 20 persen dari
pemasukan. 10 persen pun sudah bagus. Asalkan terus-menerus dan
konsisten untuk menyisihkan uangnya," tutup Fourrita.
29 Mei 2013
27 Mei 2013
Rahasia Sukses Wanita Karier
Zaman modern bekerja sebagai wanita karier terlihat sangat memukau. Apakah Anda salah satunya?
Tidak peduli seberapa pandainya Anda menyelesaikan pekerjaan, Anda tetap membutuhkan keahlian untuk meng-handle orang lain, khususnya rekan kerja Anda. Apa yang harus Anda lakukan?
Prinsip pertama, "Hampir setiap orang pasti ingin merasa dirinya dipandang baik." Karena itu, Kate mengajarkan, akuilah kehebatan orang lain and be respect to them.
Namun, lakukanlah dengan tulus bukan dengan maksud tersembunyi.
Prinsip kedua, "Jika menghadapi orang yang tidak menyenang?kan, cobalah menghitung hingga sepuluh baru merespon orang tersebut." Dengan kata lain, coba redam amarah Anda karena emosi membuat pikiran menjadi tidak logis.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah body language. Sikap duduk dan berdiri yang tidak tegap menggambarkan kurang percaya diri. Senyum pada atasan memang baik, namun senyum yang terlalu banyak pada rekan kerja menggambarkan kurangnya wibawa.
Kate White, editor in chief Cosmopolitan US, membagikan "rahasia" yang seharusnya dimiliki oleh semua wanita yang ingin sukses. Sudah pasti jadi buku yang wajib dimiliki!
Testimoni
"Banyak hal-hal kecil di dalam buku ini yang tidak kita sadari dan sering kita lupakan. Kate mengajarkannya dengan sangat baik, membuat kita sadar betapa besar pengaruhnya dalam karier. So smart!" -- Canny, 29 tahun
"Dalam hidup, kita harus punya tujuan ? apa yang kita suka, apa yang kita tidak suka. Kenali hal tersebut karena setelah kita mengetahuinya, kita akan dapat menapaki tangga karier dihadapan kita dengan lebih siap." --Jessica, 25 tahun.
http://review.ghiboo.com/
Tidak peduli seberapa pandainya Anda menyelesaikan pekerjaan, Anda tetap membutuhkan keahlian untuk meng-handle orang lain, khususnya rekan kerja Anda. Apa yang harus Anda lakukan?
Prinsip pertama, "Hampir setiap orang pasti ingin merasa dirinya dipandang baik." Karena itu, Kate mengajarkan, akuilah kehebatan orang lain and be respect to them.
Namun, lakukanlah dengan tulus bukan dengan maksud tersembunyi.
Prinsip kedua, "Jika menghadapi orang yang tidak menyenang?kan, cobalah menghitung hingga sepuluh baru merespon orang tersebut." Dengan kata lain, coba redam amarah Anda karena emosi membuat pikiran menjadi tidak logis.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah body language. Sikap duduk dan berdiri yang tidak tegap menggambarkan kurang percaya diri. Senyum pada atasan memang baik, namun senyum yang terlalu banyak pada rekan kerja menggambarkan kurangnya wibawa.
Kate White, editor in chief Cosmopolitan US, membagikan "rahasia" yang seharusnya dimiliki oleh semua wanita yang ingin sukses. Sudah pasti jadi buku yang wajib dimiliki!
Testimoni
"Banyak hal-hal kecil di dalam buku ini yang tidak kita sadari dan sering kita lupakan. Kate mengajarkannya dengan sangat baik, membuat kita sadar betapa besar pengaruhnya dalam karier. So smart!" -- Canny, 29 tahun
"Dalam hidup, kita harus punya tujuan ? apa yang kita suka, apa yang kita tidak suka. Kenali hal tersebut karena setelah kita mengetahuinya, kita akan dapat menapaki tangga karier dihadapan kita dengan lebih siap." --Jessica, 25 tahun.
http://review.ghiboo.com/
25 Mei 2013
Wanita Lebih Rentan Stres Emosional
Kaum wanita memang lebih gampang stres. Berbagai hal bisa menyebabkan
tekanan emosional pada diri mereka, mulai dari pekerjaan di kantor,
pengasuhan anak, sampai soal penampilan.
Dalam buku The Stresses Sex: Uncovering the Truth about Men, Women, and Mental Health, Jason Freeman, menyebutkan kaum wanita beresiko 40 persen lebih besar untuk mengalami gangguan psikologi.
Freeman yang seorang profesor bidang psikologi itu mengatakan wanita rentan mengalami depresi, gangguan panik, fobia, insomnia, gangguan stres pasca trauma, serta gangguan pola makan.
Ia mengatakan, tuntutan dari lingkungan terhadap kaum wanita juga lebih besar sehingga meningkatkan level stres mereka. "Kesan sempurna diperoleh bila wanita bisa menjaga keluarga, karir, penampilan, bahkan merangkap pencari nafkah," katanya.
Melakukan pekerjaan domestik dianggap kurang bernilai, sementara wanita bekerja juga mendapat upah lebih rendah. Sehingga menurut Freeman sulit bagi wanita untuk mencapai karir yang baik tetapi tetap bisa menjalankan fungsi gandanya.
"Belum lagi mereka dihujani oleh image akan wanita sempurna. Tak heran jika mereka mengalami stres emosional," katanya.
Sementara itu pria lebih bermasalah dalam hal penanganan rasa marah, kecanduan alkohol dan obat terlarang, meski sebagian pria juga menderita depresi.
Bagi negara maju seperti Amerika dan Inggris, stres sebetulnya sudah menjadi hal umum. Tak heran jika stres dianggap sebagai "flu dunia psikiatri" karena banyaknya warga mereka yang menderita kondisi tersebut.
Para pakar percaya, aspek biologis, psikologis, dan lingkungan bisa menjelaskan mengapa stres lebih sering dialami wanita. Pengaruh hormon selama kehamilan dan masa menopuase juga menyebabkan wanita rentan depresi.
Selain itu kaum wanita juga berupaya lebih keras dalam menjaga hubungannya dengan pasangan. Mereka juga tak segan mencari pertolongan profesional jika mengalami gejala depresi, sehingga mereka lebih sering didiagnosis.
Perbedaan gaji antara pria dan wanita, dimana wanita umumnya mendapat upah lebih sedikit dibanding karyawan pria juga kerap menjadi sumber stres.
Penelitian lain yang dilakukan tim dari Universitas Yale memberikan hasil yang hampir sama, para wanita yang menjadi dosen menunjukkan perilaku bias yang sama seperti para pria. Mereka jarang menawarkan pekerjaan pada wanita, khususnya untuk posisi penting dan bergaji tinggi.
"Kondisi tersebut bisa membuat kaum wanita merasa ada yang salah dari diri mereka, mengapa mereka tak bisa sukses, dan sebagainya. Hal itu bisa memicu kecemasan dan depresi," katanya.
http://health.kompas.com
Dalam buku The Stresses Sex: Uncovering the Truth about Men, Women, and Mental Health, Jason Freeman, menyebutkan kaum wanita beresiko 40 persen lebih besar untuk mengalami gangguan psikologi.
Freeman yang seorang profesor bidang psikologi itu mengatakan wanita rentan mengalami depresi, gangguan panik, fobia, insomnia, gangguan stres pasca trauma, serta gangguan pola makan.
Ia mengatakan, tuntutan dari lingkungan terhadap kaum wanita juga lebih besar sehingga meningkatkan level stres mereka. "Kesan sempurna diperoleh bila wanita bisa menjaga keluarga, karir, penampilan, bahkan merangkap pencari nafkah," katanya.
Melakukan pekerjaan domestik dianggap kurang bernilai, sementara wanita bekerja juga mendapat upah lebih rendah. Sehingga menurut Freeman sulit bagi wanita untuk mencapai karir yang baik tetapi tetap bisa menjalankan fungsi gandanya.
"Belum lagi mereka dihujani oleh image akan wanita sempurna. Tak heran jika mereka mengalami stres emosional," katanya.
Sementara itu pria lebih bermasalah dalam hal penanganan rasa marah, kecanduan alkohol dan obat terlarang, meski sebagian pria juga menderita depresi.
Bagi negara maju seperti Amerika dan Inggris, stres sebetulnya sudah menjadi hal umum. Tak heran jika stres dianggap sebagai "flu dunia psikiatri" karena banyaknya warga mereka yang menderita kondisi tersebut.
Para pakar percaya, aspek biologis, psikologis, dan lingkungan bisa menjelaskan mengapa stres lebih sering dialami wanita. Pengaruh hormon selama kehamilan dan masa menopuase juga menyebabkan wanita rentan depresi.
Selain itu kaum wanita juga berupaya lebih keras dalam menjaga hubungannya dengan pasangan. Mereka juga tak segan mencari pertolongan profesional jika mengalami gejala depresi, sehingga mereka lebih sering didiagnosis.
Perbedaan gaji antara pria dan wanita, dimana wanita umumnya mendapat upah lebih sedikit dibanding karyawan pria juga kerap menjadi sumber stres.
Penelitian lain yang dilakukan tim dari Universitas Yale memberikan hasil yang hampir sama, para wanita yang menjadi dosen menunjukkan perilaku bias yang sama seperti para pria. Mereka jarang menawarkan pekerjaan pada wanita, khususnya untuk posisi penting dan bergaji tinggi.
"Kondisi tersebut bisa membuat kaum wanita merasa ada yang salah dari diri mereka, mengapa mereka tak bisa sukses, dan sebagainya. Hal itu bisa memicu kecemasan dan depresi," katanya.
http://health.kompas.com
24 Mei 2013
Minyak Ikan Kurangi Efek "Junk Food"
unk food alias makanan "sampah"—karena tidak mengandung
nilai gizi selain kalori—merupakan jenis makanan yang harus dihindari
jika kita ingin terhindar dari penyakit yang berkaitan dengan jantung
dan pembuluh darah. Akan tetapi, jika sulit menghindari godaan junk food, mungkin ada baiknya Anda mulai rutin mengonsumsi suplemen minyak ikan.
Analisis yang dilakukan pada 185 studi mengatakan bahwa suplemen minyak ikan dapat meminimalkan efek junk food pada otak. Tim peneliti asal University of Liverpool menganalisis studi-studi yang dilakukan di seluruh dunia untuk menentukan bukti manfaat suplemen asam lemak omega-3. Tim peneliti ini juga menelaah jika suplemen ini bermanfaat mengurangi berat badan.
Studi terbaru yang dipublikasikan dalam British Journal of Nutrition ini mengindikasikan bahwa diet junk food berlemak dapat menghalangi proses yang dinamakan dengan neurogenesis atau proses pembentukan sel saraf baru. Sementara diet kaya asam lemak omega-3 dapat mencegah efek negatifnya dengan merangsang area pada otak yang mengontrol makan, belajar, dan ingatan.
Meskipun tim menemukan bahwa minyak ikan tidak memiliki efek langsung pada proses ini dalam area di otak, minyak ikan memiliki peran penting dalam mengurangi kemampuan karbohidrat atau gula dan lemak jenuh untuk menghambat kontrol otak terhadap keinginan makan.
Hal ini jugalah yang menyebabkan minyak ikan bermanfaat untuk mengontrol berat badan. Ketua studi dr Lucy Pickavance dari University's Institute of Ageing and Chronic Disease mengatakan, berat badan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor terpenting yang memengaruhinya adalah nutrien yang kita konsumsi.
"Asupan berlebihan dari makronutrien tertentu, seperti gula dan lemak jenuh yang ditemukan di junk food, dapat menyebabkan penambahan berat badan, mengganggu metabolisme, bahkan memengaruhi kemampuan kognitif," tutur Pickavance.
Perubahan ini, imbuh dia, dapat terlihat dari struktur otak, termasuk kemampuan untuk melakukan proses pembentukan sel saraf baru. Maka dari itu, dengan kata lain, obesitas terkait dengan penyakit penuaan saraf.
"Minyak ikan tidak memberikan efek langsung pada penurunan berat badan, tetapi dapat menghentikan efek dari proses penuaan di otak yang dipicu oleh makanan tinggi lemak," ujar Pickavance.
http://health.kompas.com
Analisis yang dilakukan pada 185 studi mengatakan bahwa suplemen minyak ikan dapat meminimalkan efek junk food pada otak. Tim peneliti asal University of Liverpool menganalisis studi-studi yang dilakukan di seluruh dunia untuk menentukan bukti manfaat suplemen asam lemak omega-3. Tim peneliti ini juga menelaah jika suplemen ini bermanfaat mengurangi berat badan.
Studi terbaru yang dipublikasikan dalam British Journal of Nutrition ini mengindikasikan bahwa diet junk food berlemak dapat menghalangi proses yang dinamakan dengan neurogenesis atau proses pembentukan sel saraf baru. Sementara diet kaya asam lemak omega-3 dapat mencegah efek negatifnya dengan merangsang area pada otak yang mengontrol makan, belajar, dan ingatan.
Meskipun tim menemukan bahwa minyak ikan tidak memiliki efek langsung pada proses ini dalam area di otak, minyak ikan memiliki peran penting dalam mengurangi kemampuan karbohidrat atau gula dan lemak jenuh untuk menghambat kontrol otak terhadap keinginan makan.
Hal ini jugalah yang menyebabkan minyak ikan bermanfaat untuk mengontrol berat badan. Ketua studi dr Lucy Pickavance dari University's Institute of Ageing and Chronic Disease mengatakan, berat badan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor terpenting yang memengaruhinya adalah nutrien yang kita konsumsi.
"Asupan berlebihan dari makronutrien tertentu, seperti gula dan lemak jenuh yang ditemukan di junk food, dapat menyebabkan penambahan berat badan, mengganggu metabolisme, bahkan memengaruhi kemampuan kognitif," tutur Pickavance.
Perubahan ini, imbuh dia, dapat terlihat dari struktur otak, termasuk kemampuan untuk melakukan proses pembentukan sel saraf baru. Maka dari itu, dengan kata lain, obesitas terkait dengan penyakit penuaan saraf.
"Minyak ikan tidak memberikan efek langsung pada penurunan berat badan, tetapi dapat menghentikan efek dari proses penuaan di otak yang dipicu oleh makanan tinggi lemak," ujar Pickavance.
http://health.kompas.com
20 Mei 2013
Renungan Harian Kristen: PEREMPUAN PENDOSA
Renungan Harian Kristen: PEREMPUAN PENDOSA: PEREMPUAN PENDOSA YANG MERAIH KERAJAAN SORGA! Bahan Bacaan Renungan Harian Kristen hari ini : Lukas 7 : 36-50 Dapat kita bayangkan situa...
Do's & Don'ts Dalam Memuji Anak Agar Tak Berlebihan
Seberapa sering orangtua boleh memberikan pujian untuk anak? Adakah
bahayanya jika terlalu sering memuji si kecil? Bagaimana memberikan
pujian yang sesuai porsinya?
Ketimbang orangtua dulu, ayah dan ibu masa kini memang lebih mudah memberikan pujian untuk anak-anak mereka. Pujian tersebut gampang terlontar karena orangtua kini menyadari kalau kalimat positif dari mereka bisa membuat anak lebih percaya diri.
Penulis buku 'The A to Z Guide to Raising Happy and Confident Kids' Jenn Berman, PhD mengakui mengenai kerajingan orangtua dalam memberikan pujian tersebut. "Kita sudah menjadi kebalikan dari orangtua zaman dulu yang cenderung lebih kaku. Dan sekarang kita menjadi terlalu berlebihan dalam memuji anak," ujar Berman.
Pujian yang terlalu berlebihan porsinya bukannya bisa membangun kepercayaan diri anak. Hal tersebut malah dapat berdampak negatif. Misalnya saja anak jadi takut mencoba hal baru atau mengambil risiko karena khawatir tak akan bisa sebagus sebelumnya sesuai pujian orangtua mereka.
Agar tidak salah melangkah dalam memberikan pujian untuk anak, berikut ini do's & don'ts yang perlu diperhatikan agar anak mendapatkan pelajaran yang benar dalam kata-kata positif dari orangtuanya tersebut:
1. Spesifik
Saat memuji anak, Berman menjelaskan, cobalah katakan dengan lebih spesifik agar membantu anak mengidentifikasi keahlian istimewanya. Misalnya ketimbang mengatakan, 'kamu pemain bola yang hebat', ucapkan 'kamu menendang bola dengan keras dan kamu penyerang yang luar biasa'.
2. Tulus
Pujian haruslah diucapkan dengan tulus. Anak punya cara tersendiri untuk mengetahui apakah pujian yang diucapkan orangtuanya tulus atau tidak. Jika memang dia tahu pujian Anda tidak tulus, Anda bisa kehilangan kepercayaannya. Yang lebih parah, menurut Berman, anak jadi merasa insecure karena dia tidak percaya kalimat positif dari Anda.
3. Ketika Bisa Melakukan Hal Baru
Puji anak ketika mereka berani melakukan suatu hal baru, seperti naik sepeda, memakai tali sepatu. Puji juga dia karena tidak takut untuk melakukan kesalahan ketika mencoba hal baru ini.
4. Pujian yang Harus Dihindari
"Berusahalah untuk tidak berlebihan dalam memuji anak yang sudah jelas seperti: kamu pintar, cantik, ganteng, berbakat," jelas Paul Donahue, PhD, pendiri dan direktur dari Child Development Associates. Ketika kalimat pujian tersebut terus-menerus diucapkan, lama kelamaan akan terdengar tanpa arti untuk mereka.
5. Ucapkan Pujian Ketika Memang Itu Harus Diucapkan
Dalam memberikan pujian untuk anak, katakan hal yang memang Anda ingin ucapkan. Misalnya kalau memang dia sudah bekerja keras, katakan padanya, 'kamu sudah bekerja keras mengerjakan tugas dari sekolah'. Dengan mengatakan hal yang memang ingin Anda katakan, Anda menghargai usaha dan kerja kerasanya. Hal itu juga membuat Anda lebih paham kapan anak bekerja keras dan kapan anak bisa melakukannya dengan mudah.
6. Fokus Pada Prosesnya
"Ingatlah, yang penting proses bukan produknya. Tidak semua anak bisa jadi atlet yang luar biasa atau siswa pintar atau musisi berbakat. Tapi anak yang mau belajar untuk bekerja keras dan tekun bisa memiliki bakat spesial," tandas Donahue.
sumber: http://wolipop.detik.com
Ketimbang orangtua dulu, ayah dan ibu masa kini memang lebih mudah memberikan pujian untuk anak-anak mereka. Pujian tersebut gampang terlontar karena orangtua kini menyadari kalau kalimat positif dari mereka bisa membuat anak lebih percaya diri.
Penulis buku 'The A to Z Guide to Raising Happy and Confident Kids' Jenn Berman, PhD mengakui mengenai kerajingan orangtua dalam memberikan pujian tersebut. "Kita sudah menjadi kebalikan dari orangtua zaman dulu yang cenderung lebih kaku. Dan sekarang kita menjadi terlalu berlebihan dalam memuji anak," ujar Berman.
Pujian yang terlalu berlebihan porsinya bukannya bisa membangun kepercayaan diri anak. Hal tersebut malah dapat berdampak negatif. Misalnya saja anak jadi takut mencoba hal baru atau mengambil risiko karena khawatir tak akan bisa sebagus sebelumnya sesuai pujian orangtua mereka.
Agar tidak salah melangkah dalam memberikan pujian untuk anak, berikut ini do's & don'ts yang perlu diperhatikan agar anak mendapatkan pelajaran yang benar dalam kata-kata positif dari orangtuanya tersebut:
1. Spesifik
Saat memuji anak, Berman menjelaskan, cobalah katakan dengan lebih spesifik agar membantu anak mengidentifikasi keahlian istimewanya. Misalnya ketimbang mengatakan, 'kamu pemain bola yang hebat', ucapkan 'kamu menendang bola dengan keras dan kamu penyerang yang luar biasa'.
2. Tulus
Pujian haruslah diucapkan dengan tulus. Anak punya cara tersendiri untuk mengetahui apakah pujian yang diucapkan orangtuanya tulus atau tidak. Jika memang dia tahu pujian Anda tidak tulus, Anda bisa kehilangan kepercayaannya. Yang lebih parah, menurut Berman, anak jadi merasa insecure karena dia tidak percaya kalimat positif dari Anda.
3. Ketika Bisa Melakukan Hal Baru
Puji anak ketika mereka berani melakukan suatu hal baru, seperti naik sepeda, memakai tali sepatu. Puji juga dia karena tidak takut untuk melakukan kesalahan ketika mencoba hal baru ini.
4. Pujian yang Harus Dihindari
"Berusahalah untuk tidak berlebihan dalam memuji anak yang sudah jelas seperti: kamu pintar, cantik, ganteng, berbakat," jelas Paul Donahue, PhD, pendiri dan direktur dari Child Development Associates. Ketika kalimat pujian tersebut terus-menerus diucapkan, lama kelamaan akan terdengar tanpa arti untuk mereka.
5. Ucapkan Pujian Ketika Memang Itu Harus Diucapkan
Dalam memberikan pujian untuk anak, katakan hal yang memang Anda ingin ucapkan. Misalnya kalau memang dia sudah bekerja keras, katakan padanya, 'kamu sudah bekerja keras mengerjakan tugas dari sekolah'. Dengan mengatakan hal yang memang ingin Anda katakan, Anda menghargai usaha dan kerja kerasanya. Hal itu juga membuat Anda lebih paham kapan anak bekerja keras dan kapan anak bisa melakukannya dengan mudah.
6. Fokus Pada Prosesnya
"Ingatlah, yang penting proses bukan produknya. Tidak semua anak bisa jadi atlet yang luar biasa atau siswa pintar atau musisi berbakat. Tapi anak yang mau belajar untuk bekerja keras dan tekun bisa memiliki bakat spesial," tandas Donahue.
sumber: http://wolipop.detik.com
Strategi Obrolan agar Anak & Suami Mau Lebih Terbuka kepada Anda
Kesibukan seringkali jadi alasan kurangnya komunikasi antar anggota
keluarga. Padahal, komunikasi yang efektif adalah kunci untuk
mempertahankan rumah tangga dan keluarga yang harmonis.
Tanpa disadari, berbagai permasalahan dalam keluarga kerap muncul akibat kurang efektifnya komunikasi. Apabila kondisi tersebut dibiarkan terlalu lama, bukan tidak mungkin masalah kecil bisa jadi konflik besar seperti gumpalan bola salju.
Komunikasi efektif tidak selalu diukur dari banyaknya frekuensi perbincangan atau pertemuan keluarga. Paling penting adalah kualitas kebersamaan dan dari obrolan itu bisa menghasilkan sesuatu yang memberikan solusi. Oleh karena itu menciptakan komunikasi efektif perlu strategi yang pintar. Psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, Psi, berbagi tipsnya untuk Anda.
1. Mendengarkan
Bukan sekadar mendengar apa yang disampaikan suami atau anak Anda. Tapi perhatikan juga intonasi suara, ekspresi wajah dan pertahankan kontak mata. Hal ini penting untuk membaca dan memahami apa yang sebenarnya mereka maksud.
2. Bertanya
Untuk lebih menggali apa yang anggota keluarga sampaikan, pastikan ada interaksi yang intens. Tapi usahakan tidak mencecar dengan banyak pertanyaan sekaligus.
"Setelah tanya, sebaiknya kita diam dulu. Kasih waktu lima detik. Lihat ekspresi lawan bicara, kontak mata. Jangan dicecar," ujar psikolog yang akrab disapa Nina ini, saat acara bincang santai 'Komunikasi Keluarga: Berkomitmen untuk Kebersamaan Keluarga yang Bermakna'.
3. Pilih Momen Khusus
Pemilihan waktu jadi hal utama untuk mewujudkan komunikasi efektif di lingkungan keluarga. Anda bisa memilih momen saat makan malam atau setelahnya, menonton TV, menjelang tidur atau di akhir pekan. Pastikan momennya menyenangkan.
"Waktu ideal ini sangat relatif. Tergantung sensitivitas sang ibu. Bisa siang, sore, malam. Janjian aja, misalnya, 'eh habis makan malam kita kumpul ya'," terang Nina.
4. Atur Gerak & Posisi Tubuh
Ketika obrolan mengarah pada topik yang sensitif dan membuat emosi suami atau anak meledak-ledak, jaga suasana agar tetap tenang dengan bersikap tenang juga. Jangan sampai intonasi vokal Anda meninggi karena bisa memancing emosi lawan bicara.
"Berdiri sambil kacak pinggang, itu sikap menekan. Tapi kalau sambil duduk tenang dengan intonasi lembut, rendah, pasti dia juga akan menyamakan sikap Anda," tutur psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.
5. Sambil Melakukan Aktivitas yang Menyenangkan
Cari hal-hal apa saja yang disukai suami atau anak dan jadikan itu sebagai pembuka topik yang ingin dibicarakan. Misalnya saja ajak bermain board game, monopoli, Uno atau scrabble. Komentari hasil permainan dan hubungkan dengan kondisi saat ini.
"Dari obrolan kecil tentang game tapi bisa dikembangkan sampai membicarakan cita-cita anak, atau jika anaknya remaja bisa tahu rencana kuliah. Kita juga bisa arahkan dia untuk menuju cita-citanya," jelas Nina.
Strategi lainnya, ajak mengobrol sambil menghidangkan camilan dan minuman. Menurut Nina, makanan dan minuman merupakan 'ice breaking' yang efektif untuk memecah kebekuan.
sumber : http://wolipop.detik.com
Tanpa disadari, berbagai permasalahan dalam keluarga kerap muncul akibat kurang efektifnya komunikasi. Apabila kondisi tersebut dibiarkan terlalu lama, bukan tidak mungkin masalah kecil bisa jadi konflik besar seperti gumpalan bola salju.
Komunikasi efektif tidak selalu diukur dari banyaknya frekuensi perbincangan atau pertemuan keluarga. Paling penting adalah kualitas kebersamaan dan dari obrolan itu bisa menghasilkan sesuatu yang memberikan solusi. Oleh karena itu menciptakan komunikasi efektif perlu strategi yang pintar. Psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, Psi, berbagi tipsnya untuk Anda.
1. Mendengarkan
Bukan sekadar mendengar apa yang disampaikan suami atau anak Anda. Tapi perhatikan juga intonasi suara, ekspresi wajah dan pertahankan kontak mata. Hal ini penting untuk membaca dan memahami apa yang sebenarnya mereka maksud.
2. Bertanya
Untuk lebih menggali apa yang anggota keluarga sampaikan, pastikan ada interaksi yang intens. Tapi usahakan tidak mencecar dengan banyak pertanyaan sekaligus.
"Setelah tanya, sebaiknya kita diam dulu. Kasih waktu lima detik. Lihat ekspresi lawan bicara, kontak mata. Jangan dicecar," ujar psikolog yang akrab disapa Nina ini, saat acara bincang santai 'Komunikasi Keluarga: Berkomitmen untuk Kebersamaan Keluarga yang Bermakna'.
3. Pilih Momen Khusus
Pemilihan waktu jadi hal utama untuk mewujudkan komunikasi efektif di lingkungan keluarga. Anda bisa memilih momen saat makan malam atau setelahnya, menonton TV, menjelang tidur atau di akhir pekan. Pastikan momennya menyenangkan.
"Waktu ideal ini sangat relatif. Tergantung sensitivitas sang ibu. Bisa siang, sore, malam. Janjian aja, misalnya, 'eh habis makan malam kita kumpul ya'," terang Nina.
4. Atur Gerak & Posisi Tubuh
Ketika obrolan mengarah pada topik yang sensitif dan membuat emosi suami atau anak meledak-ledak, jaga suasana agar tetap tenang dengan bersikap tenang juga. Jangan sampai intonasi vokal Anda meninggi karena bisa memancing emosi lawan bicara.
"Berdiri sambil kacak pinggang, itu sikap menekan. Tapi kalau sambil duduk tenang dengan intonasi lembut, rendah, pasti dia juga akan menyamakan sikap Anda," tutur psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.
5. Sambil Melakukan Aktivitas yang Menyenangkan
Cari hal-hal apa saja yang disukai suami atau anak dan jadikan itu sebagai pembuka topik yang ingin dibicarakan. Misalnya saja ajak bermain board game, monopoli, Uno atau scrabble. Komentari hasil permainan dan hubungkan dengan kondisi saat ini.
"Dari obrolan kecil tentang game tapi bisa dikembangkan sampai membicarakan cita-cita anak, atau jika anaknya remaja bisa tahu rencana kuliah. Kita juga bisa arahkan dia untuk menuju cita-citanya," jelas Nina.
Strategi lainnya, ajak mengobrol sambil menghidangkan camilan dan minuman. Menurut Nina, makanan dan minuman merupakan 'ice breaking' yang efektif untuk memecah kebekuan.
sumber : http://wolipop.detik.com
Langganan:
Postingan (Atom)