Kesibukan seringkali jadi alasan kurangnya komunikasi antar anggota
keluarga. Padahal, komunikasi yang efektif adalah kunci untuk
mempertahankan rumah tangga dan keluarga yang harmonis.
Tanpa
disadari, berbagai permasalahan dalam keluarga kerap muncul akibat
kurang efektifnya komunikasi. Apabila kondisi tersebut dibiarkan terlalu
lama, bukan tidak mungkin masalah kecil bisa jadi konflik besar seperti
gumpalan bola salju.
Komunikasi efektif tidak selalu diukur dari
banyaknya frekuensi perbincangan atau pertemuan keluarga. Paling
penting adalah kualitas kebersamaan dan dari obrolan itu bisa
menghasilkan sesuatu yang memberikan solusi. Oleh karena itu menciptakan
komunikasi efektif perlu strategi yang pintar. Psikolog anak dan
keluarga Anna Surti Ariani, Psi, berbagi tipsnya untuk Anda.
1. Mendengarkan
Bukan
sekadar mendengar apa yang disampaikan suami atau anak Anda. Tapi
perhatikan juga intonasi suara, ekspresi wajah dan pertahankan kontak
mata. Hal ini penting untuk membaca dan memahami apa yang sebenarnya
mereka maksud.
2. Bertanya
Untuk lebih
menggali apa yang anggota keluarga sampaikan, pastikan ada interaksi
yang intens. Tapi usahakan tidak mencecar dengan banyak pertanyaan
sekaligus.
"Setelah tanya, sebaiknya kita diam dulu. Kasih waktu
lima detik. Lihat ekspresi lawan bicara, kontak mata. Jangan dicecar,"
ujar psikolog yang akrab disapa Nina ini, saat acara bincang santai
'Komunikasi Keluarga: Berkomitmen untuk Kebersamaan Keluarga yang
Bermakna'.
3. Pilih Momen Khusus
Pemilihan
waktu jadi hal utama untuk mewujudkan komunikasi efektif di lingkungan
keluarga. Anda bisa memilih momen saat makan malam atau setelahnya,
menonton TV, menjelang tidur atau di akhir pekan. Pastikan momennya
menyenangkan.
"Waktu ideal ini sangat relatif. Tergantung
sensitivitas sang ibu. Bisa siang, sore, malam. Janjian aja, misalnya,
'eh habis makan malam kita kumpul ya'," terang Nina.
4. Atur Gerak & Posisi Tubuh
Ketika
obrolan mengarah pada topik yang sensitif dan membuat emosi suami atau
anak meledak-ledak, jaga suasana agar tetap tenang dengan bersikap
tenang juga. Jangan sampai intonasi vokal Anda meninggi karena bisa
memancing emosi lawan bicara.
"Berdiri sambil kacak pinggang, itu
sikap menekan. Tapi kalau sambil duduk tenang dengan intonasi lembut,
rendah, pasti dia juga akan menyamakan sikap Anda," tutur psikolog
lulusan Universitas Indonesia ini.
5. Sambil Melakukan Aktivitas yang Menyenangkan
Cari
hal-hal apa saja yang disukai suami atau anak dan jadikan itu sebagai
pembuka topik yang ingin dibicarakan. Misalnya saja ajak bermain board
game, monopoli, Uno atau scrabble. Komentari hasil permainan dan
hubungkan dengan kondisi saat ini.
"Dari obrolan kecil tentang
game tapi bisa dikembangkan sampai membicarakan cita-cita anak, atau
jika anaknya remaja bisa tahu rencana kuliah. Kita juga bisa arahkan dia
untuk menuju cita-citanya," jelas Nina.
Strategi lainnya, ajak
mengobrol sambil menghidangkan camilan dan minuman. Menurut Nina,
makanan dan minuman merupakan 'ice breaking' yang efektif untuk memecah
kebekuan.
sumber : http://wolipop.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar