Sebagai ibu, ungkapan kasih sayang seperti apa yang Anda terima di
Hari Ibu? Anak-anak boleh jadi memberikan rangkaian atau setangkai
bunga yang cantik petanda cinta. Atau seharian, Anda dibanjiri perhatian
sebagai bentuk apresiasi atas peran yang Anda jalankan sebagai ibu.
Dengan ungkapan kasih sayang melimpah, pernahkah terbersit pertanyaan
dalam diri, "Apakah saya layak menjadi panutan bagi anak-anak? Apakah
saya ibu yang berbahagia dan penuh cinta dalam menjalankan peran dalam
keluarga?
Leadership Motivator dan Coach, Ainy Fauziyah, CPC
(Certified Professional Coach), mengatakan jika perempuan merasa berat
menjalankan perannya sebagai ibu, sebenarnya ia tak bahagia dengan
dirinya. Kalau ibu belum merasa memiliki anak-anak yang memenuhi
harapan/impiannya, tak memiliki kelekatan dengan anak bahkan merasa
berjarak, atau menemukan sikap/tutur kata kasar dalam diri anak yang
menimbulkan rasa kecewa, bisa jadi kita belum menjadi ibu yang penuh
cinta untuk anak-anak dan keluarga.
Berbahagia
“Manusia
yang paling berbahagia adalah mereka yang pandai bersyukur apa pun
kondisinya. Ia selalu punya impian dan berusaha mencapainya, namun tetap
memiliki kepedulian yang membuatnya tak lupa bersyukur dalam hidupnya.
Dengan memiliki rasa peduli, ia juga peduli dengan dirinya, memastikan
dirinya sehat, juga peduli dengan orang lain. Ia juga berpikiran sehat,
karena pikiran sehat membuat kita bahagia,” tutur pengasuh Rubrik
Konsultasi Pengembangan Diri Kompas Female ini.
Ainy
melanjutkan, ibu yang bahagia tak melihat berbagai konflik/masalah dalam
rumah tangganya, dalam keluarga, dengan anak-anak, sebagai hukuman.
Justru ia melihatnya sebagai peluang. Ia takkan menganggapnya beban
justru kesempatan menunjukkan perannya.
“Kalau bukan saya siapa
lagi yang berperan, inilah gunanya saya hadir sebagai ibu, inilah
tanggung jawab saya, dan ia tak pernah menjalani hidupnya juga perannya
sebagai beban,” ungkap penulis buku "Dahsyatnya Kemauan" ini.
Dengan
begitu, apa pun masalah yang tengah dihadapinya, seorang ibu yang
bahagia tetap berdaya menjalani perannya dalam keluarga. Tidak menyerah
dan mencari alasan sebagai bentuk pembenaran, namun lebih fokus pada
solusi, bahkan bertindak untuk memperbaiki kondisi.
“Setiap ibu
punya prinsip bahwa kehidupan anak-anaknya harus lebih baik lahir dan
batin. Selama punya prinsip/mimpi bahwa anak-anak harus luar biasa dan
mulia, fokuslah pada impian itu. Sehingga ketika mengalami
ketidakseimbangan dalam hidup, seorang ibu tidak akan melihatnya sebagai
masalah tapi sebagai peluang untuk menunjukkan tanggung jawabnya
sebagai ibu,” tuturnya.
Ibu yang berbahagia juga tahu kapan saatnya untuk menjaga diri, termasuk menikmati me time,
memelihara dirinya dengan tidak membiarkan merusak dirinya sendiri.
Dengan tetap menjaga kesehatannya misalnya, juga merawat dirinya sebagai
bentuk penghargaan atas diri.
Penuh cinta
“Jadilah
ibu yang penuh cinta,” ujar Ainy. Caranya, jangan sungkan memberikan
apresiasi pada anak, bertutur kata yang baik, ucapkan terima kasih,
berikan anak pelukan, inilah ungkapan cinta ibu. Dengan ibu bersikap
penuh cinta, betapa pun anak-anak melakukan tindakan negatif yang
mengecewakan, anak akan luluh dengan kebaikan yang ibu tebarkan. Bukan
mustahil, justru anak akan merasa selalu dekat dengan ibunya, begitu pun
sebaliknya. Kebersamaan terpelihara, kelekatan pun terjaga.
“Setiap tindakan negatif anak akan luluh dengan pelukan,” jelasnya.
Ibu
yang penuh cinta juga selalu menjaga tutur katanya. Kalau pun tak bisa
berkata-kata lembut, ia akan selalu berkata-kata baik. “Bertutur kata,
bersikap baik, ini penting karena anak akan menjadi apa yang kita
katakan,” tutur Ainy.
Dengan menjadi pribadi berbahagia dan penuh
cinta, ibu akan menjadi panutan dalam keluarganya. Kembali ke
pertanyaan awal, “Sebagai ibu, sudahkah saya patut dicontoh oleh
anak-anak saya?”. Hanya Anda yang bisa menjawabnya.
Ainy
mengatakan, setiap ibu adalah panutan yang akan dicontoh oleh anak-anak.
Setiap tutur kata, sikap, yang muncul dari ibu, maka anak akan
mencontohnya. Menjadi panutan bukan berarti ibu harus punya jabatan
tinggi, sukses dalam karier. Ibu layak menjadi panutan ketika mampu
berdaya, mandiri tanpa melupakan perannya dalam keluarga,
bersikap/bertutur kata baik, dan menjalani perannya dengan penuh cinta
dan ketulusan bukan sebagai beban yang memberatkan dalam hidupnya.
sumber: KOMPAS.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar