Wajar saja jika anak balita banyak maunya karena terkait perkembangan
egosentrisnya. Meski demikian, perlu juga diajarkan cara menahan
keinginan agar si kecil dapat mengontrol emosi.
Ratih Zulhaqqi,
MPsi, perwakilan Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, menyarankan agar orangtua perlu membuka ruang diskusi dengan
anak balitanya. Memang, sering kali orangtua mengalami dilema saat
menghadapi permintaan anak. Kalau permintaan terus-menerus dikabulkan,
ditakutkan anak kebablasan sering minta ini dan itu. Namun jika
permintaan anak diacuhkan, maka orangtua khawatir dibilang pelit, pilih
kasih, dan sebagainya.
Sebetulnya sebelum mengiyakan atau menolak
permintaan anak, buka saja ruang diskusi. Meskipun masih usia
prasekolah, anak-anak dapat diajak bicara tentang skala prioritas
kebutuhannya. Misalnya, diajarkan memilih mana yang hanya sekadar
keinginan dan mana yang memang kebutuhan.
Coba lakukan negosiasi dan buat kesepakatan, misalnya, "Oh, Adek ingin kalung yang kayak
dipakai anak itu? Bukannya kita ke mal ini karena Mama mau membelikan
sepatu Adek? Kan, sepatu Adek yang lama sudah kesempitan. Jadi, mau beli
kalung atau sepatu? Mama cuma mau membelikan salah satu. Kalau mau beli
kalung berarti Adek pakai sepatu yang kesempitan."
Bisa saja
setelah mendengar alasan Anda, si kecil jadi marah atau menangis karena
kebutuhannya tidak terpenuhi. Kalau sudah begini, jangan terpancing
emosi. Jangan malu dan ragu memperlihatkan sikap tegas dan konsisten
meski di ruang publik. Tetap tenang dan katakan baik-baik. "Kamu boleh
menangis dan Mama tunggu di kursi itu ya, sampai nangis-nya selesai. Tapi Mama tetap tidak akan membelikan yang kamu minta sekarang."
Percayalah,
selama pembiasaan konsisten diterapkan orangtua, si kecil akan
pelan-pelan belajar mengendalikan dirinya. Sejak dini anak harus tahu,
tidak semua permintaannya harus dipenuhi karena ada regulasi atau
peraturan yang disepakati. Dengan belajar menahan keinginan, sistem
regulasi emosi dan kontrol kebutuhan pada dirinya akan bekerja baik.
Efeknya,
akan membuat anak menjadi lebih mudah dalam mengatur diri dan menata
hidupnya. Ia akan tumbuh menjadi pribadi yang bisa mengontrol emosinya
ketika keinginannya tidak terpenuhi. Ia juga fleksibel dan dapat
menerima kondisi tersebut dengan tetap menunjukkan perilaku baik,
semisal tidak ngambek.
Selain membuka ruang diskusi,
orangtua juga harus bersikap konsisten dalam menyikapi anak yang serba
ingin ini-itu, yaitu sejak dini sudah menerapkan atau mengeset
aturan-aturan. Contohya, "Adek boleh makan es krim seminggu sekali
setiap Sabtu." Adanya aturan-aturan ini membuat anak jelas dan tahu
bahwa selain Sabtu, dia belajar mengendalikan keinginan makan es
krimnya.
sumber: http://female.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar